JALAN UNTUK MELANGKAH DENGANMU, JALAN MENUJU MIMPI

(Part 2)

(Translator : Hikari)


Hari berikutnya, penyerahan versi beta berakhir dengan sukses.

“Yeah, libur musim dinginku tiba~...”

Iori yang kecapekan merebahkan diri ke tempat tidur di kamar Sorata saat penyerahan ROM selesai.

Lagu-lagunya tidak memiliki turunan asli yang konstan, tapi Iori entah bagaimana berhasil memulihkannya minggu ini. Dia berpikir bahwa perasaannya cukup berhasil. 

Seiring berlalunya waktu, perasaannya membuncah. Iori juga secara aktif berbicara dengan Kanna.

“Oh, selamat pagi. Kau kelihatan segar hari ini.”

Dia tidak dipedulikan saat melakukan pelecehan seksual sejak pagi 

“Kau bisa makan! Kalau kau tidak makan dengan benar, dadamu tidak akan tumbuh besar~!”

Sekalipun dia mengatakannya keras-keras, itu diabaikan.

“Kenapa suasana hatimu buruk lagi hari ini?”

“Jangan bicara denganku.”

Iori bukanlah orang yang bisa menyerah meskipun jelas-jelas ditolak.

“Kau baru penuh semangat saat berbicara denganku.”

Walaupun mereka merasa canggung pada awalnya, dia sekarang berbicara seakan-akan mereka telah melupakan apa yang dia akui pada saat itu. Dia berbicara pada gadis itu. Jarak di antara mereka sudah semakin dekat seperti sebelumnya.

Iori telah melangkah melewati batas sementara Kanna mencoba untuk melindunginya. Adalah hal lumrah yang tidak bisa dia apa-apakan sekalipun apa yang dia ucapkan berkesan tidak peka.

Terkadang, Kanna melempar pandang pada Sorata untuk meminta bantuan. “Tolong lakukan sesuatu” kata matanya.

Tapi Sorata berpura-pura tidak menyadarinya. Dia ingin Kanna menyelesaikannya sendiri.

Mengambil tangan Iori, gadis itu bisa dengan mudah kabur dari perasaan yang mengungkungnya. Kenyataannya, pemuda itu menjulurkan tangannya setiap saat... Iori memberikan kesempatan bagi Kanna untuk membuka hati pada orang lain... Dia ingin gadis itu menyadarinya.

Iori yang seperti itu terbaring di ranjang Sorata. 

“Iori, kalau kau akan tidur, kembalilah ke kamarmu.”

"Tidak, aku akan tidur di sini hari ini.”

“Itu artinya kau menggangguku.”

“Sebentar saja~”

Iori sudah tertidur dan sulit untuk membawanya sendirian ke kamar 103.

Mashiro dan Rita terbang ke Inggris pada tanggal 27, kemarin.

Saat mereka pergi, 

“Berhati-hatilah.”

".... Yup"

Mereka bertukat kata singkat, tapi dia merasa itu tidak benar-benar bermakna. Bahkan meskipun dia ingin mengatakan sesuatu, Sorata tidak menemukan jawaban yang meyakinkan...

Pada hari yang sama, Kanna memberitahukannya bahwa dia akan pulang.

“Kanna-san juga pulang.”

Dia benar-benar terkejut karena dia pikir gadia itu tidak ada niatan untuk pulang. Sebelumnya, dia bilang tidak mau pulang ke rumah orang tuanya karena pernikahan kembali ibunya...

“Karena aku tidak pulang saat musim panas, ibuku kesal dan memintaku untuk pulang pada akhir tahun.”

“Dia mencemaskanmu.”

“Dia hanya ingin membuatku berpikir bahwa itu adalah keluarga baruku.”

"... ...."

Walaupun suara Kanna tidak bisa digambarkan, emosi yang terkandung di dalamnya dapat terlihat.

“Selama kami tetap berhubungan, akan lebih mudah meyakinkannya untuk mundur sesekali.”

Setelah menjelaskan begitu, Kanna menundukkan kepala, mengambil sebuah tas kecil dan pulang ke rumah orang tuanya.

Empat orang --- Sorata, Ryuunosuke, Iori dan Chihiro tetap berada di Sakurasou. Sorata dijadwalkan pulang ke rumah orang tuanya di Fukuoka pada Malam Tahun Baru. Tapi sebelum itu… ada sebuah pekerjaan besar yang tersisa bagi Sorata.

Dua puluh delapan hari telah berlalu di bulan Desember. Hari Rabu. Sorata datang ke bangunan kantor perusahaan yang mengadakan “Game Camp”. Sebagai pertemuan terakhir tahun ini, adalah mendengarkan evaluasi dari versi beta.

Meskipun sekarang adalah akhir tahun, suasana di kantor tidak berbeda dari biasanya. Di dalam kereta bawah tanah, dia sering menemukan para pebisnis dalam setelan jas.

Sekola-sekolah memasuki libur musim dingin di mana-mana, tapi kantor-kantor tetap berjalan seperti biasa. Dia tidak merasakan suasana tahun baru.

Saat dia berbicara dengan Hayakawa Satomi yang datang untuk menjemputnya di penerima tamu, rasa ada sesuatu yang kurang nyaman.

"Oh itu, aku juga berpikir begitu saat masih karyawan baru.” 

Dan mereka tertawa.

Mereka sama-sama pergi ke lift. Tidak ada yang naik selain Sorata dan Hayakawa.

“Ngomong-ngomong tentang sekolah, libur musim dinginnya sekitar 2 minggu.”

"Begitu, ya.”

“Kita bekerja sampai besok. Memang hanya bersih-bersih sederhana sampai siang hari dan kita semua akan bertemu sekitar enam jam, tapi… itu secara resmi.”

"Resmi?”

“Aku tidak bisa mengatakan lebih banyak lagi, hanya proyek-proyek sebelum mastering.”

Hayakawa tersenyum nakal. Ekspresi mengatakan ada sangat banyak proyek tahun ini.

"Tahun Baru dimulai dari tanggal 4.”

Mencoba menghitung waktu liburan.

"Hanya ada lima hari, ‘kan?”

“Setiap perusahaan seperti itu. Libur panjang adalah kelebihan para murid. Kalau kau menjadi seorang pebisnis, kau tidak bisa mendapat libur selama sebulan penuh, bahkan tidak seminggu… Jadi kau sebaiknya bermain selagi kau bisa.”

"Aku setuju.” 

Dia sudah menduga hal itu, tapi rasanya sulit untuk benar-benar merasakannya. Sudah sejak lama istilah liburan ada sampai hari ini. Dia hanya tahu itu. Bagaimana rasanya setahun tanpa musim panas, yang seharusnya selama sebulan? Bahkan sekalipun dia membayangkannya, itu sama sekali tidak terpikirkan.

"Oh, tapi untuk kasus Kanda-san, pengembangannya sudah masuk tahap mastering dan sekarang bukan waktunya kau bisa bermain.”

"..... Aku setuju.”

Sementara mereka membicarakan hal-hal semacam itu, lift pun tiba di lantai yang dituju. Dia dipandu oleh Hayakawa dan masuk ke ruang rapat.

"Kerja bagus!”

Orang lain lagi, Totsuka, menyambutnya.

Perlengkapan pengembangan terhubung ke TV di ruang pertemuan, dan versi beta dari “Rhythm Battlers” berjalan di layar. Tujuan kedatangannya hari ini adalah untuk mendengarnya hasil evaluasinya.

Sorata merasakan ketengangan yang berbeda daripada rapat-rapat lain sejauh ini, sementara penampilan Totsuka dan Hayakawa seperti biasa.

"Ayo kita mulai sekarang, dan santai saja, Kanda-san.”

Sepertinya rasa tegangnya terlihat jelas. Akan tetapi, mau bagaimana lagi karena rasanya begitu kuat. 

"Nah, silakan duduk.”

Dia mengambil kursi dan duduk.

"Terima kasih telah menyerahkan versi betanya tepat waktu.”

Balas membungkuk.

"Sejujurnya, aku tidak mengira ini akan diselesaikan dengan begitu cepat, jadi aku terkejut.”

Totsuka tersenyum.

"Benarkah?”

“Aku tidak bisa bicara terlalu banyak karena ini bukanlah game yang bisa kumainkan. Tapi, biasanya versi beta game yang diserahkan ke perusahaan tidaklah seimbang dan segera berhenti karena bug.”

Dari penjelasan Totsuka, Sorat melihat dia memiliki dendam dengan hal itu. Mungkin ini bukan imajinasinya. Apakah ada masalah dengan proyek yang saat ini sedang berlangsung?

Setelah itu, Hayakawa menganggukkan kepala menyetujui.

Sorata hanya bisa tersenyum getir.

“Kualitas grafisnya luar biasa, dan pergerakannya juga. Kau telah berhati-hati menginformasikan tentang detail-detail seperti bersarang dan semacamnya. Itu menandakan bahwa ini dibuat dengan seksama dan mulut, pergerakannya juga bagus.”

Rita dan Misaki yang melakukan bagian itu. Tidak mungkin itu jelek.

"Ada sedikit lagu untuk dimainkan, mengingat isi gamenya, tapi yah, kurasa tidak masalah karena akan ada penambahan nantinya, ‘kan?”

"Ya...."

Karena merasa khawatir, tida ada tenaga pada akhir ucapannya. Mengenai musik, itu tergantung dari mental Iori. Meskipun dia sekarang dalam kondisi membaik, Sorata tidak tahu kapan dia akan ambruk lagi.

"Kupikir awal dari gamenya sangat bagus dan rampung.”

Menyambung Totsuka, Hayakawa mulai bicara.

“Membedakan stage dari ‘Area Zoco yang memprioritaskan kegembiraan’, ‘Area Spesial yang memerlukan operasi baru, ‘Area boss yang menantang dengan memobilisasi semua operasi yang dipelajari di stage itu’. Pada dasarnya ini sangat mudah dimainkan karena dipandu, sehingga bisa secara bertahap mengingat operasinya, dan alur penangkapan bossya dengan hal yang baru diingat sebagai axisnya adalah hal yang menyenangkan, ya ‘kan?”

"Oh, terima kasih."

Bagian yang dibahas Hayakawa adalah titik yang paling menyulitkan Sorata dalam proses desain. Karena itulah evaluasi Hayakawa yang dengan tepat memperdaya niatnya, luar biasa nyaman di telinganya. Dia memuji bagian yang paling diinginkan

 "Ada banyak judul-judul pabrikan luar negeri akhir-akhir ini, tapi sekalipun mengumumkan operasi yang tidak pernah diumumkan secara tiba-tiba, itu hanya membuat bingung. Saat aku berhasil mengoperasikan, aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Saat aku melakukannya, aku tidak bisa mengalami rasa pencapaian, meskipun seorang sutradara hebat memasukinya. Aku, aku tidak hebat dalam hal itu."

Apakah yang Hayakawa maksud? Judul mana yang mengeluhkan judulnya? Di dalam kepala Hayakawa pastinya ada beberapa nama software game yang berkeliaran.

"Yah, Hayakawa akan terlalu kepanasan, jadi tolong lanjutkan dalam kondisi ini."

Sekali lagi, pengarah pembicaraan ini beralih ke Totsuka.

"Ya."

"Akan tetapi, kami hanya ada saran untuk dikonsultasikan pada satu masalah…"

"Apa yang kau ingin aku lakukan?"

"Kenapa kau tidak menaruh sebuah skenario di antara tiap stage?"

Untuk membantu cerita, Hayakawa mengingat kembali stage kedua. Pada saat itu setiap stage hanyalah sebuah skenario singkat dari teks narasi sederhana yang ditulis Sorata.

"Kurasa baik karakter yang dikendalikan maupun karakter lawan sama-sama sangat unik dan diselesaikan dengan bagus. Kurasa tidak akan masalah untuk menempatkan sedikit lagi karakter."

"Tentu ...."

Sementara mereka semua adalah motif hewan, dia mengangguk patuh pada usulan Totsuka.

"Sebenarnya, ini adalah pendapat Fujisawa-san."

"Eh?

"Hari ini, dia harus menghadiri rapat lain di pagi hari… Karena dia tidak sabaran, dia telah melihat versi betamu."

"Begitu, ya."

Dia merasa tegang sekarang saat memikirkan ini telah dilihat Kazuki.

"Tidak ada yang perlu diputuskan saat ini, jadi silahkan diskusikan dengan anggota tim dulu."

"Oh, baik."

Kesadarannya kembali pada Totsuka.

"Untuk berjaga-jaga, kau mungkin mau mengganti tenggat batas waktu untuk mastering dijadwalkan pada akhir Februari. Aku berharap dapat mendiskusikan ini denganmu."

"Aku mengerti, aku akan mempertimbangkannya."

Setelah itu, rapat pun diakhiri dengan konfirmasi jadwal sederhana dan percakapan.

Dia diantar oleh Hayakawa dan naik lift.

Lift yang hanya membawa Sorata, mulai bergerak turun tanpa bersuara sedikitpun

"Ya!"

Dia menghela napas dan mengepalkan tangan kanannya.

Evaluasi grafik dan suaranya luar biasa. Dia juga bisa melihat rasa suka terhadap tingkat pengerjaan desain yang menjadi tugas Sorata. Dia sudah tahu bahwa bukanlah hal yang salah bahwa dia membuatnya sampai kurang tidur.

Dia merasa sangat bersemangat. Pikirannya benar-benar melambung.

Tapi rasa senang Sorata tidak meledak saat lift tiba di lantai pertama. Walaupun dia meninggalkan bangunan, dia tidak berteriak-teriak di jalanan. Bahkan saat dia berdiri di kereta bawah tanah, dia tidak mengulas senyum di wajahnya.

Meskipun kepalanya dipenuhi dengan suasana perayaan, dia sadar, dia menyadari bahwa dirinya sendirian dengan tenang, berdiri tegap.

Terlebih lagi, 

---Aku belum selesai.

Dia mengangguk pelan menyetujui. Dia mengulanginya bahwa itu benar 

Kemudian, otak yang tadinya mengawang-awang pun dengan cepat kehilangan hawa panasnya 

Dia baru menyelesaikan versi betanya. Ini hanyalah sedikit evaluasi bagus yang diterimanya.

Apa yang Sorata tuju adalah lulus dan sesi screening sesudah master up. Itu artinya memenangkan hak untuk mengkomersilkan dan merilis gamenya. Mengirimnya pada banyak pengguna dan membuat mereka berkata "menyenangkan". Untuk membuat proyek ini sukses, untuk terus memproduksi game di masa yang akan datang dengan ini. Juga untuk membangun perusahaan software game dengan Ryuunosuke.

Dia belum melewati rintangan pertamanya.

Adalah hal yang menyenangkan untuk melewati fase penilaian judul yang merupakan sebuah dinding besar 

Jika ini tidak menarik maka tidak akan lulus. Ini tidak akan dinilai baik jika hanya cukup bagus. Jika ada kompetisi judul, itu akan dinilai berdasarkan apakah dapat atau tidak lebih bernilai jual. Sebagai sebuah perusahaan, adalah hal penting bagi mereka untuk menemukan makna memberi budget untuk game tersebut.

Sekitar sepuluh bulan yang lalu… Sorata menantang review judul board tanpa tahu apa-apa, dan kehilangan mimpi untuk mengkomersilkan akibat alasan yang tidak diantisipasinya.

Pada saat itu, dia mempelajari ada keadaan rumit yang tidak bisa dipahami anak kecil. Sekarang dia berpikir itu adalah sebuah pengalaman bagus mengetahui mekanisme dunia semacam itu. 

Seseorang yang tidak tahu apa yang penting bagi dirinya ditentukan di mana tangannya tidak dapat menjangkau. Itu bukanlah hal yang tidak biasa. Tidak ada hubungannya dengan apa yang sedang Sorata lakukan atau seberapa banyak kerja kerasnya. 

Karena itulah, bukanlah hal yang sia-sia melakukan apapun.

Sekarang mereka harus memutuskan melakukan apa tentang menambahkan skenario yang telah diusulkan

Begitu memikirkan hal itu, Sorata mengeluarkan handphonenya dan mengirim email pada Ryuunosuke.

---Evaluasi versi betanya luar biasa. Aku diberitahu bahwa mereka ingin kau melanjutkannya dengan kondisi ini.

---Tentu saja.

Sebuah balasan penuh percaya diri telah terkirim.

---Tapi, ada satu saran. Kita sebaiknya menaruh sebuah skenario yang menghubungkan antar stage

---Aku mengerti.

---Saat aku mendengarnya, kurasa kita sebaiknya memasukkannya.

---Aku setuju, tapi siapa yang akan menulisnya?

---Hanya ada Jin-san.

---Tinggal tersisa dua bulan sampai tahap maste-up. Di bulan Januari dan Februari universitas2 menyerahkan tugas, ujian akhir, dll. Bukankah itu menumpuk?

---Tanyakan jadwalnya. Ngomong2 tentang tahap master-up, mereka bilang kita bisa mengalihkannya jika terjadi hal tidak diinginkan. Kurasa kita sebaiknya mengikuti jadwal saat ini

---Alasannya?

---Sebagai contoh, kalau kau memperpanjang masa pengembangannya sebulan, apa kau bisa menempatkan upacara kelulusan di antara waktu itu? Kurasa aku tidak akan bisa konsentrasi.

Jika memungkinkan, dia ingin menyelesaikannya sambil mempertahankan keadaan pengembangan saat ini. Dia ingin menyelesaikannya selagi dia masih di Sakurasou.

---Aku setuju dengan hal itu. Tapi, menambahkan skenario akan memakan banyak waktu.

---Saat turun dari kereta, aku akan menelpon dan menanyai Jin-san. Akasaka, tolong cek pendapat Rita dan Iori.

---Oke.

Kemudian, mereka berdua berhenti mengirim email.

Dia mendengar suara pengumuman di dalam kereta. Pemberhentian berikutnya adalah stasiun Geidaimae.

Dia mendapat email dari Ryuunosuke begitu dia meninggalkan stasiun. 

---Soal penambahan skenario, aku mendapat persetujuan dari si cewek luar negeri dan si kepala sarang burung.

---Oh

Membalas singkat, Sorata menelpon Jin sambil menyusuri jalan menuju ke Sakurasou.

Itu terhubung di dering kedua.

“Bisa ceritakan padaku kesanmu tentang H pertama?” 

Suara dengan nada bercanda. Itu adalah Jin.

“Aku tidak akan pernah bicara.”

“Aku sudah mengharapkan Sorata sejak lama untuk menghubungiku.”

“Kalau begitu, sekaranglah saatnya, oke?”

Akan tetapi, di telepon ada suara berisik. Dia penasaran apa Jin ada di luar rumah.

“Aku sedang berbelanja di supermarket jadi tidak masalah.”

Dari belakang suara Jin, 

“Apa, Kouhai-kun? Kouhai-kun!”

Ada suara yang tidak asing lagi.

“Misaki-senpai, kau di sana?”

“Sejak kemarin.”

Sorata pikir-pikir lagi dia belum melihatnya, jadi dia sedang di Osaka…?

“Sepertinya kami akan masak nasi hari ini.”

“Kedengarannya bagus.”

“Bagus. Yah, sudah lama sejak aku bertemu teman-temannya di universitas.”

“Apa yang kau katakan sebagai perkenalan?”

“Misaki bilang ‘Aku adalah isterinya, suamiku berhutang budi pada kalian’. Aku tercengang.”

"Ya ‘kan?"

Senyum getir Jin tidak terdengar. Misaki kelihatannya dalam suasana hati yang bagus, bernyanyi “Pancinya panas di dalam pot ~, OH hot pot ~". Dia sepertinya merasa senang dibanding siapapun.

"Ada apa?"

"Aku ingin meminta sesuatu dari Jin-san."

"Kalau kau sedang menulis pengumuman pernikahan, aku akan mengajarimu ~"

"Apa kau ingin menambah grup, Jin-san?"

"Sulit mendapatkan teman untuk berbagi masalah."

"Bukan itu, aku ingin meminta tolong untuk produksi game."

"Apa tentang 'Rhythm Battler'?"

"Ya. Aku tadi berdiskusi dengan orang yang menangani versi beta yang kuserahkan."

"Kau bilang kau adalah murid SMA."

Jin berpikir cemas.

"Dia menyarankanku untuk memasukkan sebuah skenario."

"Aku mengerti, jadi kau ingin aku menulisnya?

Dia sepertinya berpikir sejenak.

"Ya, bisa tidak?"

"Kudengar dari Misaki tahap masteringnya di akhir Februari, 'kan?"

"Ya."

Sepertinya Jin sedang berbicara sebentar pada Misaki, berkata dengan suara kecil, “Yang kecap asin” atau “Sasari”, lalu menjawab pertanyaan yang Sorata sedang bicarakan.

“Yah, tidak peduli seberapa kerasnya kau mencoba, bukankah gawat kalau teksnya tidak diselesaikan di pertengahan Februari?”

“Kurasa begitu. Tidak perlu banyak-banyak. Kuharap bisa mendapatkan event cerita bergambar yang menghubungkan antar stage.”

"....Hmm"

Jin terdengar menghela napas.

“Memang benar, sulit untuk menulis di bulan Januari dan Februari. Aku juga ada ujian akhir di bulan Januari dan di Februari ada tenggat waktu untuk urusan produksi.”

“Yah, benar.”

Dugaan Ryuunosuke benar.

“Sulit untuk menganggap remeh situasi di mana kau tidak tahu bagaimana caranya membagi waktu.”

“Begitukah…”

"Maaf."

"Oh, tidak ...."

Tapi, tidak ada siapapun yang menulisnya.

“Apa kau tidak bisa meminta padanya?”

"Eh?"

“Yah, bukan Yuihamahama-san. Apa nama aslinya yang kau bilang waktu itu? Si penulis ‘CInderella’s Sunday’?”

“Maksudmu Kanna-san?”

“Oh ya, Kanna-chan. Kalau dia tinggal di Sakurasou, bukankah mudah untuk memintanya?”

"Haa, yah ..."

“Ada apa dengan balasan tidak senangmu itu?”

“Tidak, kurasa gayanya berbeda.”

“Benarkah? Dari tekstur model 3D yang ditunjukkan Misaki, itu imut dan seharusnya mirip dengan dongeng, ‘kan?”

“Oh iya. Itu seperti buku bergambar.”

Kebanyakan karakter yang muncul didesain dalam motif hewan.

“Kupikir itu akan cukup mengejutkan. Dia melakukannya karena itu adalah dongeng modern.”

"Ah, aku mengerti..."

Dia anehnya teryakini saat Jin mengatakannya. Memang benar begitu.

“Ada suasana positif juga saat buku barunya dipublikasikan.”

“Apanya yang baru?”

“Apa ini? Kau tidak tahu? Itu dirilis minggu lalu.”

“Aku tidak mendengarnya dari Kanna-san. Begitukah?”

Dia tahu bahwa Kanna menulis sebuah buku baru, tapi dia tidak tahu bahwa itu sudah dirilis. Dia tadinya yakin bahwa Kanna akan memberitahunya saat itu dipublikasikan.

“Yah, alasan kenapa dia tidak ingin memberitahu Sorata, bahkan aku pun tahu.”

Itu adalah kalimat yang sangat inklusif.

“Apa maksudmu?”

“Aku bisa tahu dari membaca.”

"Haa...."

Sekarang dia tidak punya pilihan kecuali menjawab seperti itu.

Novel seperti apakah itu? Dia dengar sebelumnya itu bertemakan cinta. Sebuah cerita tentang seorang gadis tak berpengalaman yang menyukai seorang pemuda yang mempunyai seorang pacar yang manis...

"..........."

Dia rasanya mengerti apa yang Jin maksudkan. Mungkin perlu mempersiapkan diri untuk membacanya. Tapi, kalau dia meminta skenario, akan tidak sopan kalau tidak membacanya dulu.

Masalah besarnya adalah apakah Kanna akan tertarik atau tidak. Sebagai tambahan, kalau menyertakan Kanna dalam tim produksi, apakah mental Iori akan baik-baik saja… Bahkan dengan perkenalan skenario, kalau mereka tidak bisa tepat waktu, atau kualitasnya menurun, itu akan sepenuhnya gagal.

Sepertinya ini adalah hambatan besar.

"Ah iya, Sorata"

Jim berbicara saat Sorata sedang berpikir.

"Ya?"

“Bagaimana dengan Mashiro-chan?”

“...Kau tahu, kau sudah mendengarnya, ‘kan?”

"Apa?"

Dia kembali ke kondisi yang tidak bisa dia atasi.

“Kami bertengkar saat Natal.”

Sorata menyerah dan mengakuinya.

“Yah, aku tahu.”

“Dari Misaki-senpai, ‘kan?”

“Sebelumnya aku mendapat email dari Ryuunosuke. Dia ingin aku melakukan sesuatu tentang itu, tapi sama sekali kurang jelas.”

Jin tertawa.

“Kebanyakan dari situasi lainnya kudengar dari Misaki. Jadi, apa yang Sorata pikirkan?”

“... Aku juga mengerti apa yang Mashiro katakan, tapi aku ingin dia mengerti apa yang sedang kukatakan… Karena itu adalah waktu yang penting baginya.”

“Tapi Natal adalah hari yang penting bagi kalian berdua, ‘kan?”

Dia berjanji akan menghabiskan waktu bersama-sama. Demi hari itu, mereka berusaha keras untuk menyediakan waktu untuk satu sama lain dan bersenang-senang. Seperti yang Jin katakan, itu adalah hari yang penting.

“Aku mengerti bahwa itu adalah hal yang penting. Aku juga berpikir demikian.”

“Walau begitu, kupikir Mashiro sebaiknya menyerah soal kencan dan membuat manganya.”

Dia benar-benar yakin soal itu dan tidak meragukannya.

“Tapi, hasilnya berbeda, kemudian itu membuat bingung.”

“Itu benar. Dia datang dari Inggris untuk menjadi seorang mangaka… Sejak awal seri, dia selalu berusaha keras supaya lebih banyak orang yang bisa membacanya.”

"Aku mengerti."

“Tapi karena itu juga makanya Mashiro-chan sangat mengharapkan waktu yang dihabiskan bersama Sorata, ya ‘kan?”

"......."

“Dan kalau kau tidak bisa sering pergi kencan, rasa gelisah ‘aku bertanya-tanya kenapa kami berpacaran padahal kami bahkan tidak berkencan saat Natal’ akan mulai muncul.”

"Itu, ..."

Itu ditunjukkan terlalu tepat. Jika dipikir secara emosional, itu memang benar. Kencan setiap juga berkurang. Gadis itu bahkan tidak mengatakan ini di kamar. Kencan Natal mereka yang penting dibatalkan, dia tidak bisa memenuhi janji yang dibuat lebih dulu. Apakah tidak masalah mengatakan bahwa Sorata dan Mashiro yang dalam kondisi seperti itu berpacaran? Dia penasaran untuk apa mereka berkencan. Jika dia menyadari kegelisahan itu, dia bisa memahami mengapa Mashiro jadi marah pada hari itu. Keesokan paginya, dia bisa melihat alasan kenapa nama Nanami muncul. Dia mengerti itu, tapi tetap saja...

“Kalau kau bilang ini, apa kau punya tangan atau kaki?”

“Maksudnya, Jin-san bilang aku ini jahat?”

“Tepat, dalam hal perasaan. Aku bisa mengerti apa yang Sorata katakan. Itu adalah keegoisan Mashiro. Setidaknya saat Natal, kencan atau manga… Walaupun dia hanya bisa memilih salah satu, dia bilang ingin keduanya. Dia tidak melepaskannya.”

"Kalau begitu...."

Jin menambahkan kata-kata untuk Sorata yang mencoba membuka mulutnya.

“Hanya dengan menyaksikan Misaki, ada hal-hal yang kupikirkan, mengikatku, membutuhkan waktu, berkompromi… karena aku tidak terbiasa dengan hal semacam itu, aku akan menjulurkan tangan sepanjang waktu. Kurasa itu tidak bagus, tapi aku tidak bisa bilang itu sebuah kesalahan.”

"........."

Dia mengerti. Mashiro ingin menang lebih dari siapapun… Dia akan meraih apa yang dia inginkan dengan kekuatan penuh. Begitu pula hari itu.

“Entah mana yang benar dan mana yang salah… Ada hal-hal yang tidak bisa dipilah-pilah hanya dengan dua pilihan.”

Suara Jin terdengar lembut.

“Ini bukanlah tentang menang atau kalah. Baik Sorata maupun Mashiro-chan sama-sama benar dan mungkin sama-sama salah. Mereka yang memutuskan apakah itu hitam atau putih mungkin merasa nyaman, tapi kalau kau memutuskannya, kau tidak dapat melakukannya lagi.”

Dia pikir Jin berbicara tentang dirinya sendiri.

Jin memutuskan untuk pergi ke Osaka. Dia pernah bilang bahwa dia tidak ingin meninggalkan Misaki.

Jin mengalami jalan buntu, tapi itu seharusnya berbeda dari apa yang Jin pikir. Dia berpikir bahwa empat tahun telah dipersiapkan untuk tidak bertemu dengan Misaki. Akan tetapi, Misaki menyerahkan surat pernikahan yang Jin tinggalkan pada saat perpisahan, sehingga dia tidak bisa bilang begitu. Dia merasa bahwa Jin telah menerima kenyataan untuk bertemu Misaki di Osaka.

“Karena itulah, aku bukannya tidak ingin cepat-cepat.”

"Sudah pasti begitu."

"Kau ingin aku melakukan apa..."

“Bagaimanapun, kalian harus terus saling berhadapan satu sama lain.”

Jin terbatuk begitu saja. Selain itu, Sorata tidak dapat menahannya. Sama halnya dengan Jin, Sorata belum sampai pada kesimpulan akhirnya. Sepertinya kesimpulan panjang Jin adalah sebuah kompromi positif...

Setelah itu, dia beralih dari percakapan tentang cinta dua atau tiga kali lagi dan menutup telepon.

Menyimpan handphonenya di saku dan kemudian mengangkat wajah. Sebuah tanjakan yang perlahan naik pun berlanjut. Naik ke atas dan di sana ada Sakurasou.

"Aku pulang ~"

Katanya di pintu masuk yang tidak ada seorangpun dan melepaskan sepatunya.

"Hmm?"

Dia menemukan sepatu hak tinggi yang tidak dikenal di sudut. Dia bertanya-tanya apakah Chihiro yang membelinya. Akan tetapi, sepatu itu tidak begitu mengilap sebagaimana harusnya sepatu baru.

Saat memikirkan hal itu, pintu ruang makan terbuka dan wajah Chihiro muncul.

"Kanda, ke sini sebentar."

Dia memintanya untuk datang.

"Ya?"

"Secepatnya."

"Ya."

"Cepat."

"Aku tidak berlari di koridor!"

Dia dengan enggan berjalan dan melongokkan wajahnya ke ruang makan.

Selain Chihiro, ada orang lain. Bukan Ryuunosuke ataupun Iori. Itu adalah Iida Ayano, editor yang bertanggung jawab atas manga Mashiro. Dia sedang duduk di salah kursi di meja bundar.

“Maaf mengganggu.”

“Eh? Wah? Kenapa Iida-san di sini?”

Mashiro sedang di Inggris sejak kemarin. Dia penasaran apakah wanita ini datang tanpa mengetahui hal itu. Mashiro bisa saja melakukannya.

“Hari ini aku datang untuk Sengoku-sensei dan Kanda-kun.”

"Sensei and aku?"

Karena Chihiro lebih dulu mendengarnya, dia tidak terlihat kaget.

Sorata pun duduk dan mendengarkan.

“Apa kau bisa melihat ini?”

Ayano menunjuk pada layar laptop yang ditempatkan di atas meja di depan Sorata.

Apa yang ditampilkan di sana adalah sebuah website. Itu adalah situs rangkuman informasi mengenai manga dan anime.

Dia bagian tajuknya,

--- "SEORANG MANGAKA SMA CANTIK"

Dan itu ditulis dalam huruf kapital berwarna merah muda.

“Ini…”

Tentu saja, itu adalah sebuah artikel tentang Mashiro.

Menelusuri ke bawah, detail tentang sejarah masa lalunya pun terpampang. Penghargaan kompetisi melukis yang terkenal. Foto kenang-kenangan upacara penganugerahan, sejumlah foto Mashiro dalam gaunnya yang sedang berjabat tangan dengan para selebritis luar negeri pun ada. Mashiro lebih berkesan saat masih muda dibanding sekarang. Itu adalah Mashiro saat masih di Inggris.

Dalam situs tersebut, komentar-komentar seperti “Dia manis”, “Dia adalah seorang peri”, “Ada fotonya lagi?”, “Dia adalah seorang selebriti”, dll.

Sebuah kumpulan antusiasme.

“Penjualan dua jilid yang kami rilis minggu lalu adalah hal luar biasa. Walaupun aku mencetak sangat banyak, aku masih belum bisa memenuhi permintaan. … Sekarang aku bahkan tidak melihat satu jilid pun di tempat penyimpananku, bahkan di toko-toko buku.”

"Haa ..."

Sambil memperhatikan artikel, Sorata memahaminya.

“Awalnya, aku sempat takut ini tidak akan terjual di manapun… tapi hasilnya berubah jadi menarik ke Shiina-san sejak dua hari yang lalu.”

Rangkuman info yang Sorata baca ini adalah hasilnya.

“Sekarang departemen editorial dibanjiri dengan email pertanyaan.”

“Apa ada yang salah?”

“Ini sangat bagus dalam sisi bisnis, bukti bahwa manga Shiina-san menarik perhatian.”

"Itu benar."

Sebenarnya, jika penjualan bukunya bagus, seharusnya tidak ada masalah. Akan tetapi, Ayano berwajah rumit.

“Tapi, ada juga beberapa penggemar yang tertarik dengan kehidupan pribadi si penulis manga, karena dia adalah seorang gadis yang masih sangat muda dan cantik.”

Wajah Ayano menyiratkan kesulitan.

“Ada juga kasus di mana seorang mangaka diketahui alamatnya dan mendapatkan perlakuan seperti pengambilan foto secara diam-diam dan dikuntit, dll. Karena itulah, mangaka tersebut berusaha mengasingkan diri beberapa lama….”

“Terutama dalam kasus Shiina-san. Kurasa ini bukanlah hal yang perlu dikatakan pada Kanda-kun, tapi dirinya yang imut itu? Selain itu, latar belakangnya juga tidak biasa… Jadi, aku berkonsultasi dengan editor, dan aku diberitahu bahwa akan lebih untuk berhati-hati.”

“Yah, apa yang akan kau lakukan?”

“Untungnya, karena dia sedang pulang ke Inggris sekarang, aku akan memperhatikan situasinya sampai dia kembali, tapi kalau situasi ramai ini terus berlanjut bahkan setelah libur musim dingin, aku ingin untuk sementara waktu menjaga Shiina.”

Chihiro dalam diam mendengarkan penuturannya. Sepertinya dia telah menerimanya.

“Aku akan mengambil sebuah kamar di hotel dekat perusahan dan menunggu sampai situasinya tenang.”

“Oke, aku mengerti. Kalau begitu, terima kasih.”

Dia menundukkan kepala begitu saja.

“Permisi, kau?”

Saat Sorata mengangkat wajah, dia mendapatkan tatapan dari Chihiro yang tetap diam dan mendengarkan.

“Aku tidak punya hak apapun. Mashirolah yang akan memutuskan.”

“Belum lama ini, kau dalam kesulitan karena disalahpahami, ‘kan?”

"..."

“Chihiro berbicara tentang Natal.”

“Apa terjadi sesuatu?”

Ayano bertanya padanya sambil berbisik.

“Aku ada janji dengan Mashiro saat Natal, tapi batal… … dan kami pun bertengkar.”

“Eh? Natal… Ah! Itu, jangan-jangan, aku!?”

"Ah, tidak ..."

“A-aku minta maaf. Aku tidak tahu bahwa… … Aku benar-benar minta maaf!”

Sambil melipat tangan, Ayano menundukkan kepala.

“Kurasa tidak apa-apa, karena kupikir itu adalah masalah yang suatu hari nanti pun akan kami temui.”

Memang benar dia berpikir ini hanyalah masalah yang akan muncul cepat atau lambat.

Dia berpikir kejadian serupa akan muncul tidak lama lagi nantinya sekalipun mereka berdua dengan bergembira menghabiskan waktu Natal bersama-sama.

Selama Sorata dalam produksi game dan Mashiro terus mengejar mimpinya menjadi seorang mangaka, ini akan selalu terjadi dalam proses bersinggungan satu sama lain, sehingga masalah akan muncul.

“Jadi, kau tidak perlu risau tentang aku. Iida-san sebaiknya memutuskannya dengan Mashiro.”

“Aku mengerti. Aku akan mendiskusikan ini dengan Shiina-san nanti.”

Setelah itu, dia mendengar suara pintu terbuka di belakangnya.

“Oh, Sorata-senpai. Kau sudah pulang?”

Ternyata Iori yang datang. Dia lapar dan melihat-lihat ke dalam kulkas. Dia mengambil sebuah kotak plastik seukuran telapak tangan. Isinya sebuah puding

“Senpai, apa yang akan terjadi kalau aku memakan ini?”

Di bagian tutupnya tertulis “Kanna”.

“Kurasa kau akan segera dibunuh.”

“Tapi tanggal kadaluarsanya hari ini?”

Kanna sedang pulang ke rumah dan tidak di Sakurasou. Dia seharusnya tidak akan pulang sampai awal tahun baru.

“Kalau begitu, kurasa tidak masalah?”

Iori membuka tutupnya sebelum Sorata menyetujui.

"Selamat makan."

Dia berkata begitu kemudian memakan isi kotak tersebut secara langsung begitu saja. Misaki pernah bilang sebelumnya bahwa puding adalah minuman, dan tepat seperti itulah dia memakannya sekarang.

“Iori, akan ada diskusi tentang skenario. Bisa bilang ke Akasaka dan berkumpul di kamarku?”

“Langsung jalan ~!”

Walaupun ada dua orang wanita dewasa di ruang makan ini, Iori sama sekali tidak ada ampun. Tidak ada rasa malu. Ketangguhan macam apa itu? Akhir-akhir ini Sorata penasaran apakah kalau dia juga patah hati, apakah dia juga bisa melakukannya dengan lebih baik?

"Dragon-senpai~! Sorata-senpai sudah pulang~!"

Iori keluar dari ruang makan sambil bersuara lantang.

“Kalau begitu, aku permisi dulu. Aku akan pergi dengannya juga.”

"Kanda"

"Ya?"

“Kurasa sia-sia mengatakan ini padamu sekarang, tapi aku akan mengatakannya.”

"Ada apa?"

“Ini bukan untuk saat ini, hanya untuk masa depan.”

"..."

“Apa kau mengerti maksudku?”

Kata-kata lain muncul di kepalanya saat dia mendengar itu. Itu adalah kata-kata Fujisawa Kazuki.

- Masa depanku dimulai dari sekarang. 

Kata-kata tersebut menguatkan Sorata. Dia masih percaya kata-kata tersebut...

“Apa karena itu Sensei tidak akur dengan Fujisawa-san saat masih di sekolah?”

“Kalau kau tahu, kau tidak perlu mengatakan apapun.”

Chihiro menyuruhnya pergi dan mengabaikan Sorata.

Saat dia kembali ke kamar, Ryuunosuke dan Iori sedang menunggu.

“Permintaan naskah skenarionya ditolak oleh Jin-san karena alasan seperti yang dikatakan Akasaka. Sepertinya tidak mendapatkan waktu saat Januari dan Februari karena penyerahan dan pemeriksaan masalah produksi.”

"Eh~ begitukah~"

Iori terlihat sedih. Ryuunosuke meskipun sudah memperkirakannya, tidak mengubah ekspresinya.

“Kanda, apa kau sudah memikirkan yang berikutnya?”

“Menurut saran dari Jin-san, aku berpikir untuk meminta tolong Kanna-san.”

“Eh? Si gadis dada rata!?”

Benar saja, Iori terkejut.

“Novel dan skenario tidaklah mirip. Bisakah dia menulisnya?”

Yang merasa ragu kali ini adalah Ryuunosuke.

“Aku tidak tahu tanpa menanyakan apakah dia ingin melakukannya atau tidak. Sebelum itu, aku sebaiknya menanyakan pendapat Akasaka dan Iori dulu.”

“Aku tidak keberatan. Kanda juga sepertinya sama. Tapi ada satu orang yang mungkin.”

“Yah, itu benar.”

Mata Sorata dan Ryuunosuke mengarah pada Iori.

“Aku juga tidak apa-apa.”

Iori menjawab santai.

“Benar tidak apa-apa?”

“Karena dia selalu terlihat bosan, lebih baik membuat game bersama dan tahu bahwa ini menyenangkan.”

“Benarkah?”

“Oh tidak, aku tidak pernah melihatmu tertawa kapan saja.”

“Saat dia bersama teman sekelasku, dia akan melakukannya.”

“Kanda akan menyadari bahwa ada sebuah cengiran.”

"... yah ..."

Ryuunosuke di luar dugaan mengawasi baik-baik penghuni Sakurasou meskipun nada bicaranya tidak menyenangkan.

“Oke kalau begitu. Kalau Iori tidak masalah, kenapa tidak kau tanyakan pada Kanna-san?”

Akan tetapi, Kanna tidak di Sakurasou. Dia sedang pulang ke rumah. Dia berpikir untuk menghubunginya lewat handphone, tapi akan lebih baik untuk membicarakannya secara tatap muka. Tidak seperti Jin yang tahu tentang game, Kanna tidak pernah bermain game. Sampai tahap tertentu, juga diperlukan untuk menyiapkan material untuk posisi penempatannya.

“Saat aku di Fukuoka, aku akan merangkum spesifikasi skenario dan rincian susunannya. Ayo bicarakan ini saat Kanna-sana kembali.”

"Ya."

Dia tadinya berpikir Iori akan keberatan, tapi sebaliknya dia malah merasa senang.

“Kalau begitu, aku akan mempersiapkan mesin event selama libur musim dingin.”

"Oke."

Dengan begini, masalah tentang skenario pun teratasi.

---0---

TL Note:

Huuft, akhirnya satu part lagi berhasil diselesaikan. Jadi ngarep ni LN ada versi lisensi bahasa Inggrisnya, biar gampang digarap ke Indonesia. Salut sama yg biasa baca MTL, otaknya bisa tetap utuh...mungkin. Anyway, seperti biasa, ada beberapa bagian yg aneh dan susah dimengerti meskipun sudah diusahain  kuubah-sesuaikan. Jadi, tolong maklumnya ya~ ❄️