WORST ONE DI BAWAH TEKANAN

(Translator : Ridho. H)



Bagian 1

“Eh~, semuanya, aku sangat berterima kasih kepada kalian karena telah menerima panggilan daruratku dalam rapat ini meskipun kalian sedang sibuk hari ini~. Untuk pertemuan kali ini, meskipun Kurogane-kun disini adalah orang yang sudah dewasa, dia telah membuat skandal yakni menjalani hubungan terlarang dengan seorang tamu negara, dan banyak keluhan yang menanyakan akuntabilitas dan sikapnya sebagai orang dewasa di cabang Jepang. Dia telah menerima banyak keistimewaan yang seharusnya tidak diberikan kepada seorang kesatria didik atau anak laki-laki berumur 15 tahun lainnya. Karena alasan ini, kami mengharapkan rasa tanggung jawab sebesar keistimewaan itu. Karenanya, Komite Etika juga mempertimbangkan hal ini, dan pada kesempatan ini,     kita harus menyimpulkan kalau ada kesempatan untuk secara formal dan tertutup mengusut kelayakan Ikki Kurogane sebagai seorang kesatria. Meskipun kita tahu kalian semua sibuk, mohon bantu kami dengan pengertian dan kerja sama kalian.”

Di gedung pencakar langit Kesatuan Kesatria Sihir, cabang Jepang. Direktur etika kesatria didik, kesatria sihir, berada di sepuluh lantai di bawah tanah disana, dimana pada seksi itu dikontrol oleh Komite Etika yang ditugasi untuk mengurus tindakan disipliner dan pengusiran apabila diperlukan, atau bertindak sebagai polisi militer.

Pada sebuah ruangan di dalam seksi itu, ketua Komite Etika, Akaza, menundukkan kepalanya di hadapan pria paruh baya dengan raut wajah penuh kepuasan kepada Ikki Kurogane yang berdiri sopan.

“—Baik, mari kita buka rapat hari ini. Semuanya. Silahkan duduk.“

Namun tidak ada kursi di dekat Ikki. Hanya para pria yang duduk. Dengan demikain, Ikki diharuskan untuk terus berdiri selama rapat ini yang tidak tentu seberapa jam akan berlangsung.

Yah, itu seperti yang diperkirakannya, tetapi dia tidak akan mengeluh terhadap ketidaknyamanan itu seperti itu, jadi itu bukan masalah besar, tetapi…

“Kalau dilihat-lihat, tempat ini mandek juga.”

Ikki memperhatikan ruangan yang praktis tanpa penerangan. Di dalam ruangan itu, sebuah meja berbentuk U diatur di sekitarnya, dan para pria berjas mulai duduk, dimulai dari Akaza. Tiga orang di depan Ikki dan masing-masing di kanan dan kirinya. Total lima orang. Mereka semua mengenakan setelan berwarna merah yang segera Ikki kenali sebagai seragam Komite Etika.

“Tidak perlu tegang. Terlepas dari yang kukatakan di awal, kami semua disini adalah sekutumu.”

Akaza mengejek Ikki yang sepertinya sedang menyelidiki kemampuan tempur orang-orang Komite Etika.

“Rapat ini bukan bertujuan mengecammu. Kami tidak hanya ingin mendengar alasan darimu yang telah melakukan skandal dengan seorang tamu negara, tetapi juga penjelasan dari ayahmu yan baik sebagai sang direktur. Karena entah bagaimana, kau mendorong dirimu sendiri begitu keras agar bisa terus tampil di Seven Stars Sword-Art Festival. Kami jelas tidak mau merusak kegigihan itu.” 

“…Terima kasih banyak.”

Akaza mengatakan hal hipokrit.

“Sekarang, Ikki-kun, sekarang karena kau mengerti kami sekutumu, pertama-tama, mari kita ulas faktanya. Apakah benar kalau Ikki-kun dan putri kedua Kerajaan Vermillion, Nona Stella Vermillion berpacaran, benar?”

“Ya, itu benar.”

“He he he. Bagus sekali kau jujur. Kapan kira-kira hubungan itu dimulai?”

“Hubungan kami dimulai setelah pertandingan pembuka Seven Stars Sword-Art Festival, malam setelah pertandingan pertamaku.”

Ikki berkata terus terang. Namun, orang-orang komite berekspresi sinis.

“Oh, kalian cepat sekali cocoknya, ya.”

“Hmph. Kelakuan anak muda zaman sekarang seperti ini, ya.” 

“Di masa muda kami, kami memulainya dari pendekatan pelan-pelan. “

“Saat menyangkut anak muda zaman sekarang, mereka terpikat terlalu cepat. Tidak heran zaman sekarang semakin sering terjadi kehamilan di luar nikah dan pernikahan dini.”

“Sangat disayangkan.”

Mereka berbicara seolah-olah Ikki dan Stella telah melakukan hubungan badan. Tentunya, Ikki tidak melakukan itu. Sampai hari ini, mereka bertingkah tidak lebih dari pasangan yang jatuh cinta. Itulah yang dia dan Stella putuskan untuk hubungan mereka setelah pertimbangan serius. Mereka memahami posisi masing-masing, sebagai seorang putri, sangat rentan. Karenanya tuduhan palsu sepert ini terasa menyebalkan.

“Maaf memotong, tapi kami belum melakukan seperti yang ada di surat kabar—“

“Ikki-kun, Ikki-kun. Aku tahu kamu ingin berbicara, tapi tolong bicaralah hanya ketika diberi zini, paham? Kalau tidak, kau akan memberikan impresi yang buruk, tahu. He he he.”

Perkataannya diinterupsi oleh Akaza, dan Ikki dengan enggan menundukkan kepalanya untuk meminta maaf.

“Hmph. Karena kamu kelihatannya sangat mau berbicara, aku akan bertanya padamu. Kau tahu betapa salahnya berpacaran dengan putri negara lain, kan? Itu sangat berbahaya karena dapat menciptakan masalah internasional. Aku mengerti pada umurmu sekarang kau punya banyak hasrat seksual, tapi apa akal sehatmu bekerja saat memilih pasangan?”

“Hubunganku dengan Stella bukan main-main. Kami benar-benar mencintai satu sama lain.”

“Hmph. Kamu kekanak-kanakan.”

“He he he. Aku juga dulu seperti itu, tahu. Memiliki seorang gadis yang menjadi cinta pertamamu merasa seperti dia akan menjadi pasangan seumur hidup kita. Indahnya masa muda.”

“Aku setuju dengan perkataanmu, tapi baik Stella dan aku sudah dewasa dimana kami sudah melewati masa pubertas. Kami bahkan sudah berhak menikah. Bukannya normal kalau kami berpikir serius tentang hubungan kami?”

“Membangkang, ya? Benar-benar tidak beradab.”

“Kau, sikapmu itu gak bagus.”

“Akan membuat kesan buruk. He he he.”

Akaza mengisi sesuatu di atas kertas.

Pemandangan itu, dan menyaksikan pria-pria paruh baya mengitarinya dengan sikap mengabaikannya sampai sekarang—

Aku tahu akan seperti ini, tapi… ini perlakuan yang menyebalkan.

Ikki mengeluh di dalam hatinya. Selagi mempertanyakan kelayakan Ikki, mereka sepenuhnya menolak mengakuinya sebagai orang dewasa. Gestur dari orang-orang Komite Etika membuat Ikki yakin. Ini bukanlah tempat dimana kelayakannya sebagai kesatria dirundingkan. Tempat ini, telah menyimpulkan kalau Ikki Kurogane tidak kompeten sebagai seorang kesatria, dan mereka sedang mengumpulkan material yang dapat menguatkannya.

…Yah, aku sudah memahaminya setelah membaca surat kabar, tapi…

Sejak awal, hal-hal yang mereka katakan sungguh aneh. Mereka menyebutnya melakukan hubungan gelap dengan seorang putri dari luar negeri. Yah, itu jelas sebuah skandal. Dapat dimengerti apabila media menjadi menggila karenanya. Namun, aneh masalah ini malah merembet kepada kompetensinya sebagai seorang kesatria.

Seperti yang Ikki tegaskan sebelumnya, baik Stella dan dirinya bukan anak-anak lagi. Mereka adalah pria dan wanita yang berhak menikah secara legal. Cinta mereka sah di bawah hukum. Mengesampingkan perasaan mereka berdua, kalau misalnya ayah Stella, raja Kerajaan Vermillion, menentang hubungan mereka, itu adalah sesuatu yang harus didiskusikan dengan orangnya langsung. Meskipun demikian, hal itu belum terjadi, tetapi hubungan mereka justru menjadi skandal yang disebar melalui sebuah halaman surat kabar yang membuat kompetensi Ikki sebagai kesatria dipertanyakan. Itu sangatlah aneh.

Kenapa sesuatu yang seaneh itu menjadi seperti ini? Alasannya sederhana. Karena ada orang yang menyalahgunakan kewenangannya. 

Dia melakukan hal rumit seperti biasanya.

Namun, Ikki juga mengerti mereka seperti ini karena mereka tidak menyukainya. Semua kesatria didik adalah anggota Kesatuan Kesatria Sihir. Selain pencegahan perang, dengan memasukkan para kesatria ke dalam organisasi nasional, hal itu mempermudah proses perjalanan, dan mengizinkan mereka untuk membantu sesama secepatnya dalam situasi darurat. Atau dalam kejadian seperti pecahnya perang, hal itu mengizinkan mereka terjun dalam peperangan dengan negara lain di bawah pengawasan Kesatuan dan lembaga-lembaga di atasnya. Ada berbagai macam kemungkinan, tetapi tidak ada yang cocok dengan yang terjadi sekarang.

Yang terpenting adalah penentuan kompetensinya sebagai seorang kesatria didik merupakan pekerjaan markas Kesatuan, penentuan itu tidak bisa diputuskan oleh orang-orang pemerintahan dimanapun di seluruh dunia dan beserta cabang-cabangnya. Termasuk juga Itsuki Kurogane sang direktur cabang Jepang, termasuk juga Akaza ketua Komite Etika yang berperan sebagai polisi militer, juga tidak memiliki wewenang tersebut. Karenanya mereka tidak punya pilihan selain menggunakan kosa-kata yang berbelit-belit.

Ya, seperti menyelidik The Hunter melawan Ikki Kurogane setahun yang lalu.

Dengan menjelek-jelekkan Ikki, mereka berusaha membuatnya mengatakan hal-hal yang dapat memberatkan dirinya sendiri. Kalaupun mereka tidak bisa mendapatkannya, mereka harus mendapatkan kesempatan ketika dia berkelakuan buruk. Bersikap buruk. Berekspresi tidak senang. Nada kasar. Semuanya tidak masalah. Pada saat ini, mereka mengumpulkan informasi mengenai Ikki memberikan kesan buruk, untuk mendukung mereka mendapatkan izin pengeluarannya yang dapat diajukan kepada markas Kesatuan. Itulah tujuan Akaza dan yang lainnya. Ikki mengetahuinya.

Kalau begitu, daripada mengulangi pernyataan serupa, akan lebih aman menahan mulutnya agar tidak berbalik melawannya.

Ikki memahami hal itu, tetapi dia—

“Mau kalian percaya atau tidak, itu tidak masalah bagiku. Aku mencintai Stella sepenuh hati, dan dia juga begitu. Aku tahu itu. Karenanya aku tidak merasa kalau apa yang kami lakukan adalah kesalahan, dan tidak mengumbarnya juga hal yang salah.”

Dia dengan cermat mengacuhkan keegoisannya. Ikki sadar dia sangat mencintai gadis yang mempesona itu. Setiap kali mereka berpegangan tangan, berciuman, dia mengetahui perasaannya dari senyuman tulus yang Stella tunjukkan. Itulah yang dianggap sebagai skandal disini. Dia tidak menganggapnya sebagai suatu kesalahan. Kalau ada seseorang yang mendesaknya mengatakan kalau itu adalah sebuah kesalahan, mengabaikan orang itu adalah hal yang seharusnya dilakukan oleh seorang pria. Karena itulah Ikki datang dalam rapat ini.

—Aku bilang begitu ke Stella.

Tidak peduli siapa yang dihadapinya, dia akan dengan bangga menyatakan cintanya kepada Stella. Jadi dia takkan menyerah. Dia tidak akan terus-terusan diam. Kalau pria dihadapannya tidak berniat mendengarkan pembelaannya, itu bukanlah masalah. Dia tidak menginginkan persetujuan mereka. \

Karena perasaan ini adalah sesuatu yang jujur.


Bagian 2

Ikki telah ditahan oleh Komite Etika selama tiga hari. Stella seperti gunung berapi yang hendak meletus. Terus-terusan mengernyit, dengan rambutnya yang memercikkan api. Ada banyak sekali murid yang penasaran mengenai skandalnya, tetapi mereka terlalu takut untuk mendekatinya, dan tidak banyak murid yang akrab dengannya. Bahkan di ruang makan yang dipenuhi orang selama jam makan siang, tidak ada yang duduk di dekat Stella. 

“Meskipun kau akhirnya pulih dari demam, kau terlalu banyak mengeluarkan hasrat membunuh, Stella-chan.”

Yang berbicara kepada Stella tanpa keraguan dan duduk di sebelahnya adalah sesosok tinggi dan ramping, Nagi Arisuin. Dari kejauhan, terdengar suara-suara memekik seperti “Aah, Nagi-sama melakukan hal yang sangat berbahaya…”. Sepertinya itu berasal dari para penggemarnya.

Meskipun dia merasa sangat tidak nyaman, bahkan Stella tidak akan menyinggung temannya yang mencoba meredam amarahnya. Kemudian, sikap dan gaya bicaranya kembali seperti biasanya.

“…Jelaslah. Memangnya aku hanya akan tersenyum dan membiarkan tulisan-tulisan tidak masuk akal itu?”

Saat Stella mengatakan “itu”, yang dia maksud adalah surat kabar pada hari itu. Surat kabar yang memuat segudang kebohongan tentang Ikki, dan menulisinya sebagai gadis dungu yang dicuci otak. Mengingat isi halaman itu membuat amarahnya meledak.

“Aku tahu ini kasar, tapi media di negara ini goblok banget, ya?”

Stella menyemburkan sumpah serapah itu.

“Nya ha ha, telingaku panas.”

Seorang lagi, adalah seorang siswi mengenakan kacamata, duduk di seberang Stella dengan raut wajah setuju.

“Kagami…”

“Boleh aku bergabung?”

“Silahkan. Aku tidak tahu kenapa, tapi hanya tempat ini yang kosong.”

“Nya ha ha, makasih.”

Menaruh baki di meja yang berisi roti isi di atasnya, Kagami Kusakabe melanjutkan perkataannya.

“Yah, wajar kalau Stella-chan marah. Putri Vermillion menemukan cinta selagi belajar di luar negeri, itu bukanlah sebuah skandal. Tapi bagi reporter yang menistakan sang putri dengan menyebut hubungannya sebagai skandal, nah itu yang tidak benar. Karenanya ini bisa menjadi masalah internasional. Yah, itu kalau informasinya jelas.”

“Tunggu. Apa maksudmu?”

“…Yah, aku punya sediiikit pengaruh dengan reporter koran lokal, dan dapat menggunakan koneksiku untuk melakukan penyelidikan, tetapi sesuai dugaanku Komite Etika kelihatannya mengambil jalan tikus. Hal itu menghasilkan citra negatif terhadap kerajaan Vermillion. Ini hanya diantara kita saja, tetapi kelihatannya Komite Etika menggunakan wewenang mereka untuk memasukkan buletin spesial ke dalam siaran resmi King of Knights.

“…Karena KOK berhubungan dengan Kesatuan, mereka bisa melakukan omong kosong seperti itu, ya? Begitu.” 

Tidaklah mungkin memasukkan buletin spesial ke dalam acara hiburan terbesar. Bahkan kejadian seperti kematian mendadak seorang tokoh penting tidak akan diberitakan oleh acara tersebut. Manuver seperti ini sama seperti menikamkan belati di tenggorokan. Tidak salah lagi, itu adalah sesuatu yang tak terhindarkan. Dan kebenaran itu dipaparkan oleh Kagami, itu adalah bukti yang tidak hanya memberatkan Komite Etika, tetapi juga Itsuki Kurogane yang secara serius hendak mencabut kompetensi Ikki sebagai seorang kesatria.

“Benar-benar…”

Mengetahui keseriusan mereka, Stella tidak dapat berhenti bergumam.

“Ikki Cuma seorang siswa! Kenapa dia sampai dipojokkan begitu? Kenapa ayahnya, direktur cabang Jepang berbuat sampai sejauh itu?”

Terlebih lagi, apa untungnya perbuatannya? Kalau dia sampai sejauh ini merepotkannya, bukankah itu juga akan merusak reputasi keluarga Kurogane? Apa alasannya memojokkannya seperti ini dengan masalah yang ada sekarang?

“Meskipun Ikki anaknya sendiri?”

“Karena dia ayah yang seperti itu.”

Suara yang menjawab berasal dari seberang Stella. Tepat di hadapannya. 

“Karena dia pria yang seperti itu. Dan dia bahkan berbuat yang lebih parah dari yang kau bilang.”

“Shizuku…”

“Sejujurnya, apa yang ayah pikirkan, kenapa dia sangat membenci Onii-sama, aku tidak memahaminya, karena sikapnya yang memang menyimpang.”

Selagi mengungkapkan fakta tersebut secara blak-blakan, Shizuku menaruh bakinya yang berisi satu set santapan Jepang di atas meja. Dan dia duduk di meja di depan Stella.

Selagi Stella sedikit ragu berbicara kepadanya saat dia seperti itu, Shizuku masih berbicara seperti biasanya. Karena Shizuku tidak pernah menunjukkan mukanya semenjak melawan Raikiri, Stella tidak pernah berbicara padanya semenjak saat itu—

“Umm, Shizuku… maaf. Kami belum membicarakan hubungan kami kepadamu.”

Stella tahu Shizuku sangat mencintai kakaknya. Karenanya tidak peduli serangan seperti apa yang akan diterimanya, Stella bertekad menghadapinya tanpa keraguan.

Namun Shizuku meresponnya biasa-biasa saja.

“Itu bukan masalah. Lagipula aku sudah tahu soal itu.”

“Eh?”

“Aku mengetahuinya dalam sekejap. Kalau hubungan diantara kalian berdua berubah setelah malam pertandingan debut Onii-sama. Benar ‘kan Alice?”

“Ha ha, Yah, jelas sekali.”

“Yep, yep, aku bahkan tidak sadar.”

“Wow….”

Merasa malu, Stella menutupi wajahnya. Kelihatannya mudah sekali mereka terpergok sedang menggoda satu sama lain/ Di kamar asrama atau di hutan, mereka berusaha menyembunyikannya dari publik, tetapi….

“Stella-san memiliki posisi berbeda. Mengumumkan hal semacam itu selalu menyebabkan kegemparan. Dapat dimengerti kalau kalian tidak mau masalah itu mengganggu kesibukan kalian selama musim Sword-Art Festival, dan kalau aku berada dalam posisi kalian, aku juga akan berusaha sekuat tenaga untuk menyembunyikannya. Karenanya kami tidak menyalahkanmu. Hal krusial adalah apa yang kau lakukan setelah ini.”

Mengatakan itu, Shizuku mengalihkan perhatiannya kepada Kagami yang duduk di sebelah Stella.

“Kusakabe-san. Diskusi kalian mengarah kepada masalah keluargaku, jadi…”

“Nya ha ha. Menghilangkan informasi adalah pekerjaan jurnalis, tahu. Yah, aku akan menyesuaikannya dengan situasi saat ini.”

“Kalau begitu, aku ingin kita bicara terus terang, tapi bisa-bisa ini membuat Onii-sama dikeluarkan, kan?”

Kagami menyatakannya tanpa keraguan.

“Bisa dibilang begitu,”

“Benarkah?”

“Lagipula, Alice-chan. Ini bukannya Senpai dan Stella melakukan sesuatu yang buruk, kan? Meskipun kita baru membicarakannya, lebih banyak reporter berita yang mengesampingkan perasaan Stella sebagai anggota kerajaan, dan seenaknya menyebut hubungannya sebagai sebuah ‘skandal’. Kisah ini sejak dari awal adalah ‘Putri Vermillion menemukan cinta saat belajar di luar negeri. Eek! Orang macam apa dia—? Yay yay!’ semacam itu. Perusahaan yang menginginkan topik ini sebagai skandal hanya ingin memanas-manasi keadaan. Dengan komposisi seperti itu, orang-orang itu akan kehilangan legitimasinya. Di masa kini, yang mereka punya hanyalah sebuah tuduhan palsu. Dan wajar, apabila orang-orang itu ingin memanipulasi data yang mereka miliki karenanya mereka mengadakan rapat itu. Senpai tidak bodoh, jadi mau berapa kali pun mereka mencoba mencari kesalahannya, mereka tidak akan mendapatkan apa-apa, dan sulit dibayangkan apabila markas Kesatuan memilih mengeluarkannya. Karena Kesatuan mempertimbangkan pengeluaran sebagai solusi terakhir.”

“Solusi terakhir? Hey, Kagami, apa maksudmu?”

“Kesatuan tidak pernah mengeluarkan seseorang tanpa mempertimbangkan potensinya. Sebagai contohnya, Stella-chan masih ingat dengan Kurashiki-kun dari Akademi Donrou?”

“Ya.”

“Bahkan orang sebandel dirinya saja, Kesatuan hanya menghukumnya dengan teguran.”

“…Itu keringanan, kan?”

“Kenapa bisa begitu?”

Kagami mengangguk, dan menjawab pertanyaan Shizuku.

“Kesatria yang dikeluarkan, adalah mereka yang menjadi kriminal.”

Kesatria sihir yang menerima lisensi adalah, Blazer yang saat masih menjadi seorang siswa dipertimbangkan potensinya mengenai bagaimana mereka menggunakan kekuatan super mereka dalam kehidupan mereka.  Orang-orang itu, apa yang terjadi pada mereka apabila hak istimewa mereka dicabut? Jawabannya adalah mereka kemungkinan menjadi kriminal yang menyalahgunakan kemampuan Blazer mereka. Itu adalah kenyataan dari statistik yang ditarik dari berbagai penyelidikan.

“Yah, itu wajar. Meskipun wajar bagi manusia mengacaukan keadaan dibuang, akan lebih aman memiliki seekor anjing galak yang dirantai daripada yang tidak, kan? Karena ini Kesatuan ingin menetapkan aturan kalau semua kesatria perlu diawasi. Menanggapi hal itu, hampir semua anggota Kesatuan di tiap negara menciptakan hukum seperti itu di negara mereka. Meskipun Jepang memiliki Komnas HAM, mereka belum juga memberlakukan hukum tersebut.”

Untuk melakukan hal itu.

“Dengan tergesa-gesa mengeluarkan seseorang, Kesatuan akan menciptakan para kriminal dengan tangan mereka sendiri, yang mana itu juga memanjakan para kriminal. Itu juga berlaku saat Kesatuan mengurus kasus pengeluaran ini secara lambat. Dan juga, biasanya pengeluaran seorang kesatria didik yang masih dalam tahap pembelajaran sangatlah jarang.”

Namun—

“Tapi kali ini, kelihatannya kasus langka ini cukup untuk  memunculkan gagasan pengeluaran. Karena itulah aku khawatir. Penderitaan macam apa yang Senpai lalui saat ini.”

Rapat itu bertujuan mencari kesalahan Ikki dalam bersikap dan berbicara, itulah tujuan utama Komite Etika. Namun Ikki sendiri menyadari kalau itu akan menjadi kebenaran yang semua orang terima. Kebenaran itu akan mendukung pengeluarannya. Karenanya Komite Etika akan tanpa ragu mencoba mendapatkan kesimpulan itu tidak peduli bagaimana keadaannya.”

Semua orang disana membungkam terhadap perkataan pahit Kagami. Apa yang dilakukan oleh Komite Etika saat ini berada jauh di bawah tanah dimana cahaya matahari tidak mencapainya, yang mana tempat itu adalah teritorialnya Itsuki Kurogane. Dan Komite Etika dalam posisi dimonopoli generasi ke generasi oleh keturunan keluarga Kurogane. Bisa dibilang, tanah suci. Tentunya tidak ada satupun orang di sekitarnya kecuali orang-orang dari keluarga Kurogane. Tidak mungkin Ikki akan menerima perlakuan ramah di tempat itu. Meskipun dia mungkin tidak akan menerima siksaan fisik seperti di interogasi pada umumnya, mereka bisa menggunakan cara apapun untuk menjatuhkan seseorang semau mereka.

Semakin Stella memikirkannya, semakin kepadanya dipenuhi dengan tebakan-tebakan tidak menyenangkan. Sejujurnya, dia belum tidak selama dua hari. Setiap kali dia memejamkan mata, dia akan membayangkan bagaimana hari yang dihabiskan oleh seseorang yang dicintainya jauh di bawah sana. Namun itu…

“…Sepenuhnya salahku.”

Kalau saja dia seorang gadis biasa. Dia tidak akan disangka sebagai musuh Ikki. Penyesalan semacam itu melayang-layang di dalam pikirannya. Dia telah menjadi jerat bagi Ikki. Sebuah penghalang terhadap performa Ikki dalam Seven Stars Sword-Art Festival, dia menahannya menjelang saat-saat penting. 

“Haruskah aku berpisah dari Ikki..”

Dari mulut Stella, meluncurkan kata-kata keluhan.

“Lagipula… ini salahku, kan? Kalau saja aku seorang gadis biasa, hal seperti ini—“

“Stella-chan!”

Dalam sekejap, apa yang meresap dalam telinga Stella adalah suara Arisuin yang setajam pedang. Punggungnya bergidik terhadap suara tersebut, dan Stella mendongak.

Dan dia segera sadar.

Ujung untaian es setajam tombak berada tepat di depan matanya.

Stella telah secara refleks mengenakan Empress Dress miliknya, dan memblok serangan tombak es dengan menyilangkan kedua tangannya. Namun serangan itu cepat dan berat, sehingga menerbangkan tubuh Stella dan membuatnya menghantam tembok ruang makan, menghancurkannya, dan menembus dinding itu.

‘Eeeek!

‘A-Apa yang kau lakukan!?’

Kepanikan melanda ruangan makan. Di tengah-tengah keributan, Stella memaksakan kemampuannya yang telah menerima serangan itu, dan…

Mengernyit terhadap rasa sakit di tulangnya. Kelihatannya tulang di lengannya patah. Api Stella akan melahap dan menguapkan bahkan peluru senapan, tetapi Empress Drees miliknya meleleh dan mencekung seperti baru ditusuk. Hanya ada satu orang yang dapat menggunakan sihir air sekuat itu.

“A-Apa yang kau lakukan, Shizuku!?”

Stella melindungi tangannya yang terluka, dan di waktu yang bersamaan meneriaki Shizuku yang berdiri dengan mengacungkan Yoshigure di tangannya. Dan Shizuku…



“Dan aku juga bertanya padamu. Apa yang kau katakan?”

Tatapan Shizuku terbayang-bayang di pikiran Stella, dan membuat punggung Stella bergidik luar biasa dibandingkan beberapa saat yang lalu.

Nada Shizuku kalem, dan ekspresinya datar seperti biasa. Namun di matanya terdapat horor yang tidak pernah Stella lihat sebelumnya, dan membuat seluruh tubuhnya tampak membeku. 

“Kamu, tidakkah kamu tahu alasan Onii-sama melewati semua lelucon ini? Bagi Onii-sama, pilihannya adalah tetap diam dan tidak menjawab apapun. Dengan begini, rapat itu tidak akan menghasilkan apa-apa. Lagipula orang-orang itu tidak akan mendengar semua yang Onii-sama katakan. Setelah mengetahui hal ini dan menghadapi permintaan mereka, itu karena dia tidak bisa membiarkan orang-orang itu menghancurkan hubungan kalian. Itu karena dia pikir hubungan kalian berdua seserius itu. Kalau kau mengkhianati Onii-sama tanpa tahu soal itu—aku tidak akan memaafkanmu.“

Kemarahannya, membuat Stella menyadari ucapannya.

“…Maafkan aku. Tadi aku bersikap bodoh.”

Stella langsung menundukkan kepalanya kepada Shizuku.

Bagaimana aku bisa mengatakan hal seperti itu?

Sampai hari ini, dia tidak pernah berpikir kalau hubungannya dengan Ikki adalah suatu kesalahan. Fakta kalau Ikki sedang berada di kandang musuh, itu adalah bukti kalau dia masih meyakini hubungannya. Niat musuh adalah untuk menaburkan keraguan dalam tanggung jawab Ikki, dan ada orang dewasa yang ingin menggantikannya. Karenanya apabila testimoninya negatif seperti “Ini sia-sia” dan “Ini salah” diterima, akan mustahil untuk membuat pengumuman palsu mengenai hubungan mereka. Karena ucapan seperti “Aku orang bodoh yang tidak bisa menanggung tanggung jawabku” diakui oleh Ikki sendiri, hal itu akan membuktikannya.

‘Stella, aku mencintaimu , dan aku ingin menyatakannya dengan bangga di depan orang-orang.”

Ikki telah melatih dirinya sejak dia mengatakan itu. Rasa cintanya untuknya sangatlah kuat. Kalau begitu, apa yang Stella bisa lakukan? Terhadap perasaan kuat ini, bagaimana aku harus menjawabnya?

Aku tidak bisa berbuat apa-apa, tidak satupun—

Itu adalah—

“Astaga, kalian berdua merusak bangunan Sekolah seenaknya, ya?”

Tiba-tiba, sebuah suara dengan desahan mendekati Stella dan Shizuku. Pemiliknya suara itu adalah Kurono Shinguuji, yang menghampiri mereka berdua melewati siswa-siswi yang bergumam.

“Aku mau seseorang juga memperbaiki orang ini.”

Selagi menggerutu, Kurono keluar dari lubang yang Shizuku ciptakan, dan menjentikkan jarinya perlahan.

Kemudian, kepingan-kepingan dinding yang tercecer melayang, dan terpasang ke lubang tersebut. Itu seperti saat seseorang memutar mundur video. Dalam beberapa detik, lubang besar yang terbuka telah pulih sepenuhnya.

“Begitu seharusnya.”

Menganggukkan kepalanya mengapresiasi hasil pekerjaannya sendiri, Kurono memalingkan pandangannya dari tembok ke tempat Stella jatuh. Dan—

“Vermillion. Ada yang ingin kukatakan mengenai masalah Kurogane. Maukah kau datang ke kantorku?”

Dia memberitahu Stella tempat dimana dia bekerja.


Bagian 3 

Kurono mengundang Stella ke kantornya yang berbau tembakau dan menyuruh Stella duduk di sofa. Dia sendiri duduk seberang Stella.

“Itu menjadi hal yang sangat merepotkan, bukan?”

Dia menggerutu dengan alis yang terukir keriput. Kelelahan yang bisa terlihat di wajahnya mungkin karena dia diselidiki sebagai orang yang bertanggung jawab atas Ikki dan Stella yang tinggal di kamar yang sama. Yah, mengenai sistem pembagian kamar cowok dan cewek, Stella masih mempermasalahkannya sampai sekarang. Namun…

Karena rasa sakit yang disebabkan olehnya, dia akan mendengarkan inti masalah ini dan mengajukan pertanyaan setelahnya.

“… Ibu pimpinan, bagaimana dengan pertandingan seleksi Ikki berikutnya? Apa pertandingan itu akan dilanjutkan dengan ketidakhadirannya?”

“Aku tidak mempertaruhkan jabatanku pada hal semacam itu. Kurogane sedang bertarung dengan melawan Kesatuan cabang Jepang. Tentunya ada seorang guru yang diutus untuk menemaninya sebagai pembelanya. Kita jelas tidak bisa menyerahkan sidang kepada orang-orang itu. “

“Bolehkah kita pergi untuk mendukungnya?”

“Tidak, itu tidak mungkin. Sampai penyelidikan selesai, semua pertemuan tatap muka dilarang.”

“Dia benar-benar sendirian kalau begitu…”

Namun, Kurono yang secara tegas menjanjikan Ikki tidak akan didiskualifikasi karena kehadirannya yang belum pasti. Sesuai perkiraannya, mereka tidak bisa memutuskan kekalahan Ikki seenaknya karena itu terlalu berlebihan. Satu kekhawatiran berkurang, dan Stella menarik napas lega, lalu mendesak Kurono mengenai masalah selanjutnya.

“Lalu kenapa kau memanggilku?”

Mengenai itu, Kurono menjawab dengan singkat “Oh”, dan langsung ke pokok permasalahan.

“Tentang apa yang terjadi sekarang, aku ingin mendengar apa yang dipikirkan orang tuamu di Vermillion sana.”

Kenapa Kurono mengkhawatirkan hal itu? Masalah semacam itu memang ada, tetapi mereka tidak menyembunyikannya, dan setelah Ikki dibebaskan, Stella segera menghubungi orangtuanya melalui telepon dan memberi tahu mereka semuanya.

“Ibu memaklumi keputusanku. Tapi … Ayah benar-benar menentangnya. Dia sangat marah, dan berteriak ‘Dia menyentuh putri kita tanpa mendapatkan izinku, Kiyo!”

“Dia menyayangimu, kan?”

“Dia tidak mau merelakan anak-anaknya. Dia kedengaran benar-benar marah, dan sepertinya dia akan segera datang ke Jepang.”

“Dan berapa lama itu?”

“Tiga minggu dari sekarang, kurasa.”

“Tepat ketika pertandingan seleksi berakhir, ya? … Tepat saat kita mendekati tujuan kita.”

“Tujuan?”

Stella memiringkan kepalanya dengan bingung mendengar kata-kata Kurono. Apa yang dia maksud dengan tujuan?

Kurono menjelaskan maksudnya dengan menggerutu.

“Jika Raja Vermillion sendiri datang kesini, seperti yang diharapkan, itu bukan hanya penyelidikan atau penginterogasian. Bahkan orang-orang berjas merah itu tidak punya pilihan selain membahas masalah Kurogane. Dan dengan beitu, kalau kamu dan orang-orangmu yang berdiskusi, kamu pasti akan mencapai kesimpulan yang benar mengenai semua ini. Desas-desus yang dirancang oleh keluarga Kurogane sebagai skandal, diskusinya tidak akan mengarah kesana, karena mereka hanya ingin secara sewenang-wenang membesar-besarkan berita yang baru berupa spekulasi. Apabila Raja Vermillion sendiri yang mengakui Kurogane, orang-orang itu akan menarik pernyataan mereka. Kalau itu terjadi, giliran mereka yang akan diselidiki. “

“Serangan balik?”

“Tepat. Memasukkan murid terpercayaku sendiri ke wilayah mereka. Dengan begitu aku dapat membuat mereka menyesal sampai mereka mati.”

Mendengar kata-kata dan ekspresi Kurono, tubuh Stella merinding.

“Seram….”

Hanya berada di dekatnya, dia merasa ditekan oleh suasana hati Kurono. Intensitas ini akan membuat siswa lemah mundur, memang beginilah seharusnya ksatria yang sebelumnya adalah yang terkuat ketiga di dunia.

Tapi itu pasti tujuannya, ya.

Klaim Komite Etika adalah Ikki bersikap sembrono yang mana perbuataannya dapat menciptakan masalah internasional. Dengan demikian, kalau ayahnya sebagai penguasa Vermillion mengakui Ikki, itu akan menyelesaikan segalanya.

Masalahnya adalah … apakah ayahnya mengakui kekasih putrinya?

“… Ooh. Aku ragu. Soalnya dia mungkin sudah memutuskan akan mengacuhkanku.”

Misalnya, saat SMP, Stella pergi berkemah di pegunungan, dan ayahnya berpakaian seperti beruang dan mengawasinya dari hutan sepanjang waktu. Dia adalah ayah seperti itu. Pada saat itu, Stella pikir dia adalah beruang nyata dan akan membunuhnya. Yah … ketika dia tahu itu benar-benar ayahnya, dia masih ingin membunuhnya. Dia adalah orang tua semacam itu, jadi dia pikir dia tidak akan menyambut Ikki. Stella sudah kehabisan akal, dan Kurono berbicara sambil tersenyum lembut dengan rasa keibuan yang tidak biasa.

“Ini akan baik-baik saja. Dia seseorang yang membesarkan seorang putri sekuat dirimu, jadi tidak mungkin dia tidak mengetahui kompetensi Kurogane.”

Itu adalah alasan yang tidak berdasar. Tapi perkataan Kurono menghilangkan kecemasan Stella dengan mudah.

Benar, dia bukan ayah yang jahat. Stella juga menyayangi ayahnya dari lubuk hatinya. Itu sebabnya Stella berpikir begitu. Dia ingin menyukai laki-laki yang juga mencintainya.

“Akan … bagus kalau itu terjadi.”

“Yah, kamu juga akan membantunya ketika mereka bertemu. Ini saran dari orang yang sudah menikah, tetapi menyapa orang tua si gadis perlu dilakukan bersamaan sebelum pemotongan kue. Jangan hanya menyerahkannya kepada pria itu. Ini juga supaya dia melihat bagaimana putrinya sendiri dapat melindungi pria itu. “

“Aku-aku akan berusaha sebaik mungkin.”

“Ha ha, ah, lakukan yang terbaik. … Tapi bagaimanapun juga. Aku pikir yang terbaik adalah jujur, tapi kelegaanmu membuatmu lebih energik daripada yang aku harapkan.

“Ada seorang adik yang kebetulan menyadarkanku beberapa saat yang lalu.”

Menyentuh bukaan di lengan kanannya, Stella tersenyum sedikit, dan membuat keputusan di dalam hatinya. Itu benar, menyerahkan semuanya pada pasangannya menunjukkan dia kurang berkomitmen. Dia juga akan berjuang

‘Stella, aku mencintaimu, dan aku ingin mengatakannya dengan bangga di depan semua orang.’

Saat ini, Ikki melaksanakan janjinya. Karenanya-

Aku juga, aku akan menepati janjiku. 


Bagian 4

Sepuluh lantai di ruang bawah tanah dari Kesatuan cabang Jepang. Ikki Kurogane ditahan di sana.

“Aku sudah meninggalkan makanan di atas meja. Besok pagi ada lagi sidang pukul enam, jadi cepatlah dan tidur.”

Mengatakan itu tanpa rasa perhatian, orang yang mengenakan pakaian merah dengan kulit yang buruk menggunakan kunci elektronik di ruangan dan pergi.

Kamar itu hanya memiliki tempat tidur bernoda dan sebuah meja dan kursi yang tampak seolah-olah akan ambruk setiap saat, dan tidak ada yang lain. Namun, Ikki yang telah berdiri sepanjang hari untuk persidangan masih bersyukur untuk itu.

Dia menghela nafas untuk melepaskan semua keletihan yang dialaminya, dan duduk di kursi lusuh itu. Penyelidikan mulai dari jam enam pagi hingga jam sebelas malam. Komite Etika duduk kursi, dan dengan empat sesi setiap hari, mereka tidak akan kelelahan, tetapi berdiri dari pagi hingga malam, itu benar-benar melelahkan seperti yang diperkirakannya. Kalau ini berlanjut selama seminggu, bahkan Ikki yang terlatih akan jatuh sakit tanpa disadarinya.

Namun bukan hanya kelelahan yang dideritanya.

“Kurasa aku benar-benar kangen makan nasi yang layak.”

Di depan mata Ikki saat dia menggerutu jijik, makan malamnya ditinggalkan di sana. Ada dua batang makanan portabel. Ketika dia melihat informasi kalori di bagian belakang, memang benar bahwa kedua bar itu memasok cukup kalori dan nutrisi untuk satu kali makan, tetapi itu tidak cukup untuk memuaskan selera Ikki yang merupakan seorang ksatria dan remaja yang sedang tumbuh. Karena ini adalah makanan setiap hari di sini, Ikki tersiksa oleh kelaparan kronis.

Selain itu—

“Seperti biasa, tidak ada minum.”

Bahkan konsumsi air pun dibatasi. Tampaknya karena alasan tertentu, air minum yang merupakan bagian dari makanan yang dijatah dihilangkan. Ruangan tempat Ikki di mengalami pemadaman air sejak beberapa minggu yang lalu, sehingga bahkan toilet pun tidak memiliki air mengalir.

Itu adalah suatu bentuk penghinaan. Karena dia tidak diberi air selama pemeriksaan, dia menggunakan toilet pada saat dia diizinkan untuk mandi dan ketika dia diminta kembali ke ruang pemeriksaan,  dia mengambil air sebanyak yang dia bisa .

Dengan melewati hari-hari seperti itu, dia tidak akan lepas dari kelelahan. Dia sendirian di antara musuh. Dikepung dari semua sisi, bertarung sendirian.

Tapi tidak apa-apa.

Dia sudah terbiasa dengan hal semacam itu. Dia selalu bertindak sendiri. Tidak bergantung pada siapa pun, dan tanpa dibantu oleh siapa pun. Itu jelas bukan pertama kalinya dia bertarung seperti ini. Menutup matanya, dia bisa mengingatnya bahkan sekarang. Adegan masa kecilnya, dia bersembunyi di gunung di belakang rumah orang tuanya, mengayunkan pedangnya diam-diam. Seingat Ikki, sebagian besar hidupnya dilalui seperti itu. Karena itu, bukan masalah besar untuk mengulanginya lagi pada saat ini. Apakah isolasi atau pengucilan, dia cukup terbiasa dengan keduanya. Karenanya, metode apa pun yang digunakan Akaza dan yang lainnya untuk membuat Ikki bersaksi bahwa “dia mengakui kalau itu adalah kesalahan”, hal-hal yang dialaminya saat ini tidak akan merusak tekadnya yang ulet.

Kalau hanya begini, aku masih bisa mentolerirnya.

Kalau mereka melakukannya seperti ini, tidak peduli siapa itu, dia mungkin akan segera bertemu raja Vermillion. Itu adalah pertemuan serius mengenai putrinya. Tidak mungkin ayah Stella membiarkan anak laki-laki yang menjadi biang kerok dalam masalah ini bebas. Dengan demikian, apa yang harus Ikki lakukan adalah tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsipnya sampai hari itu tiba. Kalau dia bisa melakukannya, pada akhirnya Akaza dan yang lainnya akan kehilangan hak mereka untuk campur tangan dalam keributan media.

Sebaliknya, kurasa di saat itulah masalahku sebenarnya dimulai.

Dia akan mendapat pengakuan ayah Stella. Itu adalah peristiwa penting yang belum pernah dialami Ikki sebelumnya dalam hidupnya. Memikirkan hal itu saja membuat jantungnya berdebar kencang karena gugup. Tapi dia tidak bisa lari darinya. Tidak. Dari saat dia jatuh cinta dengan gadis bernama Stella Vermillion, itu adalah kesimpulan yang tak terhindarkan. Itu sebabnya sejak saat itu, Ikki selalu berpikir tentang bagaimana menyapa raja dan membuat kesan yang baik.

Sebagai salam, dia mungkin harus memakai jas, kan? Rambutnya … disisir ke satu sisi? Dia membayangkannya sedikit.

… Wah, itu mengerikan.

Tawa tegang meluap ketika membayangkan dia tampak seperti seorang pegawai.

Tetapi lebih dari sekadar penampilannya, bagaimana dia akan menyampaikan ketulusan hatinya? Pada akhirnya, inilah yang tidak bisa dilakukan dengan tipu daya. Atau lebih tepatnya, tipu akan menjadi bumerang sebagai gantinya. Tidak ada yang lain selain saling jujur ​​berbicara dengan tulus, dan naik banding dengan kesungguhan sebanyak mungkin.

Karena waktunya mepet, haruskah aku berlatih sedikit?

Berpura-pura tidak ada gunanya, tetapi gagasan melakukan hal itu tanpa latihan membuatnya gugup. Dia perlu berlatih.

Memikirkan itu, Ikki memejamkan mata dan memfokuskan pikirannya. Apa yang muncul di bagian dalam kelopak matanya adalah wajah ayah Stella, raja Vermillion. Karena Stella pernah memperlihatkan satu foto ayahnya kepadanya, ia bisa mengingatnya. Rambut menyala yang sama seperti Stella. Keagungan seperti singa yang bisa dirasakan dari sosok raksasa setinggi hampir dua meter, dengan cambang terkait dengan janggut.

Ketika dia mengingat momen itu dan membuka kelopak matanya ― di depan matanya, tidak ada keraguan bahwa pria itu berdiri di sana.

Tentunya, yang asli tidak ada di sana. Itu hanya gambar virtual yang dihasilkan oleh konsentrasi Ikki yang telah diasah sepenuhnya. Membayangkan sosok seseorang, dan kemudian berlatih kata berpasangan. Itu adalah teknik dasar bagi seorang praktisi seni bela diri. Namun, kalau itu dilakukan oleh seorang ahli seperti Ikki, bayangan itu akan memiliki tatapan, detak jantung, dan suhu badan yang seolah-olah nyata. Itu akan memiliki realisme yang luar biasa bahkan sampai ke denyut nadi yang terdengar. Dengan realisme itu, itu bahkan akan mengguncang semangat Ikki yang telah menciptakannya.

Raja Vermillion yang memiliki karakteristik bak singa yang diam, hanya menatap Ikki dengan iris merah yang sama dari putrinya. terhadap tatapan itu, Ikki merasakan tekanan yang sepertinya membakar permukaan luar kulitnya. Keringat mengalir dari seluruh tubuhnya, dan tenggorokannya terasa kering.

Namun kalau tidak bisa menangani sosok imajiner, dia tidak bisa berdiri di depan orangnya asli. Ikki mengambil napas dalam-dalam, dan langsung menatap balik raja Vermillion. Kemudian dan di sana, dia berlutut, menundukkan kepalanya seolah-olah menekannya ke tempat tidur, dan—

“Tolong berikan aku putrimu!”

― Mengeluarkan semua nafas di paru-parunya dalam ucapannya. Dan pada saat itu—

“Aku tidak akan memberimu putriku.”

Sebuah suara mengguncang telinga Ikki dengan penolakan yang seberat timah. Bukankah Ikki sudah cukup serius?

… Tidak, tidak, tidak, tidak, tidak. Tunggu. Tunggu sebentar.

Tidak peduli apa itu, tidak peduli berapa banyak tekanan yang dialaminya, sebuah khayalan hanyalah sebuah khayalan. Tidak mungkin itu bisa menjawab.

Lalu suara apa itu? Ikki mengangkat kepalanya, dan—

“Aku tidak akan pernah memberikan Shizuku padamu.”

Ayahnya yang asli, Itsuki Kurogane, menatap Ikki dengan mata abu-abu yang dingin.

“A-A-A-A-Ayah!?”


Bagian 5

Setelah itu, Ikki mengambilkan sebuah kursi yang ada di ruangan itu. Itsuki duduk di kursi itu, menghadap Ikki di seberang meja. Mereka saling berhadapan selama lima menit. Hingga saat itu, kedua orang itu tidak mengajukan pertanyaan atau berbicara.

I-Ini aneh….

Ikki merasakan keringat menguncur di punggungnya.

Yah, itu bisa dimengerti. Mereka baru saja bertemu dengan kesan seperti itu, tetapi lebih dari itu, Ikki belum pernah bertemu tatap muka dengan ayahnya sejak dia berusia lima tahun. Jujur, setelah bertemu dengannya secara tiba-tiba, dia tidak tahu harus berkata apa. Dia tidak tahu wajah seperti apa yang harus dia tunjukkan.

Atau bisa dibilang, apa yang orang ini inginkan dariku disini setelah sekian lama mengacuhkannya?

Dan ketika Ikki mencoba membaca isi pikiran Itsuki ….

“Ikki.”

Itsuki memecah kesunyian.

“Y-Ya.”

Ikki merespons dengan suara yang sedikit bersemangat. Keringat di punggungnya berganda. Dadanya mulai berdenyut aneh. Hanya saja… apa yang akan dikatakan orang ini selanjutnya?

 “Kamu, apakah kamu mencintai Shizuku sebagai seorang wanita?”

“!”

“Incest dilarang. Itu tidak bermoral, tetapi lebih dari segalanya, kamu sudah bersama sejak dia lahir sehingga kamu tidak seharusnya melihatnya sebagai—”

“T-Tunggu, tunggu! Itu tadi aku melakukan simulasi salamku kepada orang tua Stella! Shizuku sangat penting bagiku, tapi aku tidak akan pernah memandangnya sebagai lawan jenis!”

“Begitukah? Bagus.”

Ini buruk. Ikki bisa saja dianggap sebagai orang yang sangat berbahaya. Itsuki tampak seperti akan memberikan ceramah yang sangat serius.

Tidak, jika dia benar-benar dalam situasi seperti itu, respons itu mungkin masuk akal …. 

―Namun, berkat Ikki berteriak panik, sedikit kekakuan di ruangan itu telah lenyap. Ikki dengan berani menanyakan sesuatu tentang ayahnya.

“U-Umm, Ayah. Kenapa kamu ada di sini?”

“Putraku ada di tempat yang jauhnya satu perjalanan dengan lift. Jadi kupikir tidak ada ruginya datang mengunjunginya.”

“…Apakah itu benar?”

Ikki tidak tahu apakah kata-kata itu adalah buah pikiran asli Itsuki. Bagaimanapun, Itsuki selalu memiliki ekspresi masam, dan mata kelabu seperti biasa. Namun, bahkan jika dia tidak bisa memahami pikiran asli Itsuki ….

Apa ini?

Ikki merasakan jantungnya berdenyut. 

Aku … mungkinkah aku senang?

Pada pertemuan ini dengan ayahnya setelah sepuluh tahun, Ikki ragu untuk menganalisis reaksinya sendiri. Itsuki, sebaliknya, bahkan tidak tegang sama sekali.

“Sepertinya kamu sudah mengalami kemajuan yang sangat baik, bukan?”

“A-Apa maksud ayah?”

“Rekor untuk pertarungan seleksi yang diperkenalkan di Hagun tahun ini. Kudengar kau sudah memiliki enam belas kemenangan beruntun sejauh ini.”

“Oh, ya …. Jika ayah menghitung hasil pertandingan dari kemarin, itu akan menjadi tujuh belas kemenangan, kurasa.”

“Sepertinya kamu tidak hanya bertarung dengan lawan yang lemah. … Itu cukup hebat.”

“…Iya.”

Apa itu tadi? Apakah dia baru saja menerima … pujian?

Apa yang harus ku lakukan? … Aku sangat senang.

Pada saat itu, Ikki menjadi semakin yakin. Dia bahagia.

Dia bisa bertemu ayahnya secara langsung. Dia bisa mendengar suara ayahnya. Memang, Ikki Kurogane mencintai Itsuki Kurogane bahkan hingga sekarang. Itulah sebabnya dia menjawab bahwa dia ingin tetap berhubungan dengan Itsuki, ketika Stella bertanya padanya di pondok gunung kecil itu.

Sejauh yang dia ketahui, Itsuki adalah satu-satunya ayah. Betapapun buruknya dia diperlakukan, bahkan jika dia tidak diterima, seorang anak tidak bisa membenci orang tuanya. Orang tua bisa membenci anaknya, tetapi anak hanya bisa menerima orang tuanya. Ikki tidak terkecuali. Ikki tahu bahwa penyelidikan yang terhambat ini, semuanya adalah dengan partisipasi ayahnya. Namun meski begitu, meski begitu.

Ayahnya sedang menatapnya. Ayahnya berbicara kepadanya. Ikki tidak bisa apa-apa selain merasa bahagia terhadap hal itu.

Untuk alasan itu, dia berpikir ….

Kalau bisa …

Kalau sekarang, sekarang dia berbeda dari bagaimana dia di masa lalu, mungkin ― dia akhirnya bisa mendapatkan pengakuan dari orang ini?

‘Kamu tidak bisa melakukan apa-apa, jadi jangan coba-coba.’

Bukankah dia akan menerima respons yang berbeda dari kata-kata terakhir ayahnya? Memikirkan itu, Ikki mulai berbicara.

“U-Umm, Ayah.”

“Apa itu?”

“… A … Aku-aku bertarung terus … sekarang. Rank-ku masih F, tapi tetap saja, aku telah menang melawan orang-orang kuat, dan aku juga tidak berniat mengalah setelah ini. Aku sudah berbeda dari saat aku tidak bisa apa-apa. Aku berjuang dan berlatih … sehingga aku tidak akan menjadi aib keluarga Kurogane, dan kupikir aku akan menjadi sangat kuat. J-Jadi, jadi …. “

Suaranya bergetar karena gugup, dan dia menarik napas kecil.



“Ayah …”

Kalau aku bisa menjadi juara di Seven-Sword Sword-Art Festival, akankah kamu… menerimaku?

“Kalau aku bisa menjadi juara di Festival Pedang-Seni Tujuh Bintang, maukah kamu… menerimaku?”

Ikki mengerahkan keberaniannya sebanyak mungkin dan memohon pada ayahnya, Itsuki.

Sebaliknya, Itsuki balas menatap Ikki tanpa kata untuk sementara waktu—

“…Aku melihat.”

―Dan diam-diam menutup matanya.

“Aku tidak pernah mengerti kenapa kamu menjauh. Tapi sekarang aku mengerti. Kamu berpikir bahwa aku tidak menerima kamu karena kamu lemah.”

“Iya….”

Ikki mengangguk. Bukannya itu alasan utama dia meninggalkan rumah, tapi itu tidak salah dia berpikir begitu. Tetapi kalau itu masalahnya, sekarang dia telah menjadi kuat—

“Kalau begitu yang kamu pikirkan, maka kamu telah membuat kesalahan besar. Aku selalu menerimamu sebagai anakku.”

“A ….”

Mendengar ucapan ayahnya yang tak terduga, mata Ikki membelalak. Apa yang dikatakan ayahnya barusan?

―Selalu … menerimanya?

“I-Itu bohong!”

“Itu tidak bohong. Kalau tidak, akankah aku datang kesini untuk melihatmu?”

“T-Tapi … bukankah ayah tidak pernah melakukan apa-apa kepadaku? Memanajemen kemampuan Blazer-ku, atau pelatihan bela diri yang bahkan diberikan kepada anak-anak keluarga cabang, apa saja!”

Memang. Ikki ingat penindasan keluarganya bahkan sekarang. Itsuki telah merantai Ikki dari segalanya, dan orang-orang yang melihatnya seperti itu menganiayanya karena dia dibenci oleh sang kepala keluarga. Rasa sakit, rasa pahit, isolasi ― bahkan sekarang hatinya mengeras pada kenangannya.

Itu sebabnya Ikki harus bertanya.

“Kalau ayah menerimaku, kenapa ayahtidak mengurusku seperti orang lain!?”

Terhadap pertanyaan itu, ekspresi Itsuki tidak berubah sedikitpun.

“Aku tidak tidak perlu mengajarimu apa-apa. Itu saja. Karena bahkan kalau aku mengajarkan teknik yang kurang sempurna kepada seseorang yang tidak memiliki kemampuan, betapapun aku mengajar dan mengajar, itu akan sia-sia.”

Memberikan jawaban yang luar biasa, dia melanjutkan dengan beberapa kata “tidak”.

“Kalau itu hanya berakhir sia-sia, itu bukan masalah. Kasus terburuknya adalah seperti kamu sekarang, menciptakan sesuatu yang kurang sempurna karena kekuatan yang setengah jadi.”

“A-Apa maksudmu !?”

Ikki mengajukan pertanyaan, tidak bisa mengerti kata-kata ayahnya barusan.

Sebagai tanggapan, Itsuki membuka matanya lagi, dan mengucapkan arti sebenarnya dengan suara yang seberat timah.

“…Keluarga Kurogane adalah keluarga kesatria-sihir semenjak era ketika kesatria-sihir masih disebut samurai. Kita punya wewenang untuk mengirimkan para kesatria ke berbagai belahan negeri. Namun, menciptakan kesatuan bagi para kesatria sangatlah sulit. Itu karena kesatria pada dasarnya adalah adimanusia, yang mana setiap dari mereka memiliki kekuatan paranormal. Karena masing-masing dari mereka memiliki kekuatan yang besar, mereka tidak bisa diperlakukan seperti manusia normal. Untuk mengatur orang-orang tersebut, harus ada sistem tingkatan. Kami mengembangkan bentuk hierarki itu, dan menyusun setiap kemampuan ke dalam tingkatan. Dengan begitu, kami membuat mereka menyadari peran individual mereka sekaligus menjaga keharmonisan. Ini perlu. Sebuah mekanisme yang memiliki roda penggerak besar dan kecil, tetapi tetap melibatkan setiap bagian yang bersangkutan dan mengetahui sikap  individual masing-masing, untuk pertama kalinya ada fungsi yang akurat. Baik tinggi atau rendah, semua orang berada di tempat yang sesuai. Orang yang lebih tinggi dapat melihat ke bawah dan berpikir, “aku melampauinya”, dan dengan rasa bangganya tidak akan melupakan tugasnya. …Karenanya Ikki, keberadaan seseorang sepertimu membahayakan Kesatuan. Saat seseorang sepertimu yang tidak bisa berbuat apa-apa berkata “Aku akan melakukan sesuatu”, orang-orang yang berada di bawah merasakan rasa percaya diri yang sia-sia. Merasa sombong,  kalau mereka bisa melakukan sesuatu dan melupakan tempat mereka. Dan itu merusak mayoritas roda penggerak di mekanismenya. Kalau kau mau tahu kenapa rank semua orang sudah tetap dan tidak diperbarui dari dulu sampai sekarang, itu untuk menjaga keberlangsungan sistem ini. Karenanya kukatakan padamu ini. Kau tidak bisa berbuat apa-apa, jadi jangan coba-coba.”

Itsuki menjelaskan semuanya dengan tidak tertarik. Di dalamnya, terkandung pola pikir orang-orang seperti Itsuki. Hari ini, Ikki menjadi paham sikap orang-orang seperti Itsuki Kurogane untuk pertama kalinya.

Keluarga bernama Kurogane telah memenuhi tugas turun-temurunnya selama beberapa generasi. Demi tugas itu, ayahnya membebani dirinya sendiri dengan hukum besi, sebuah aturan bagi hidupnya. Itu adalah … ayahnya, sang kesatria sihir yang membawa julukan Iron Blood.

Namun….

“Tunggu tunggu….”

Tapi itu….

“Kalau begitu, Ayah, tidakkah ayah mengatakan padaku untuk tidak melakukan apa-apa karena aku mempermalukan keluarga kita?”

“Jelas. Dalam keluarga kita, kamu tidak penting. Tugas rumah Kurogane adalah untuk melindungi harmoni antara para ksatria di negara ini. Dan untuk itu, orang-orang yang tidak bisa apa-apa sepertimu memiliki tugas untuk tidak melakukan apa-apa. … Ikki, aku sudah bilang aku menerimamu apa adanya. Jadi ― berhentilah mengejar gelar kesatria. “

Ikki bergetar.

“Kamu tidak bisa melakukan apa-apa, jadi jangan coba-coba. Di masa lalu atau di masa sekarang, aku hanya menginginkan satu hal darimu.”

Ikki yakin bahwa beberapa kata itu membawa perasaan ayahnya yang sebenarnya.

Tetapi itu adalah kebenaran yang tidak mungkin dia terima. Mengapa?

Lalu … apa aku bagi orang ini …?

Ayahnya tidak benar-benar membencinya. Namun daripada itu … dia lebih suka dibenci karena tidak menunjukkan kemampuan yang dia inginkan. Karena tidak dibenci … itu hanya keinginan kecil.

Namun, kebenarannya tidak seperti itu. Itsuki tidak memiliki harapan, tidak memiliki harapan untuk Ikki.

Hal semacam itu … tidak berlebihan, kan …?

Membencinya atau tidak membencinya, ini bukan tentang itu. Itu tidak berbeda seperti batu di sisi jalan. Kebaikan atau dendam. Ikki merasa seperti orang tolol yang tidak bisa mendapatkan keduanya.

Ikki adalah orang yang seperti itu bagi Itsuki. Menyadari hal itu, mempercayainya, kesedihan sedingin es menyeruak dari dalam Ikki.

“Hmm? Ada apa denganmu? Apa yang kamu tangisi?”

Air mata berlinang dari mata Ikkii

Melihat air matanya, Itsuki mengerutkan kening seolah bingung.

Menanggapi Itsuki, Ikki … menyadari. Di suatu tempat di hati Ikki, dia menginginkan hubungan dengan seseorang yang adalah ayahnya. Dia berharap suatu hari nanti, saat mereka akan mencapai saling pengertian akan datang. Tapi….

…Oh begitu.

Itsuki tidak mengerti arti dari air mata ini, bahkan sampai sejauh itu ….

Orang ini dan aku jelas salah paham ….

Pada saat itu, sesuatu di dalam hati Ikki ….

Sesuatu yang berharga mengeluarkan suara, lalu terdiam. Dan mulai dari sana … seseorang bernama Ikki Kurogane merasa terharu.


Bagian 6

Setelah itu, Ikki yang tiba-tiba menangis, tidak menanggapi pertanyaan apa pun kecuali dengan isak tangis. Karenanya, Itsuki meninggalkan ruangan itu dan mengatakan bahwa tidak akan ada yang membantu Ikki.

Dan seperti itu, dia kembali ke kantor lantai atas dengan lift. Di sana, seorang pria berjas merah dengan tubuh seperti tong sedang menunggu.

“Halo, halo, selamat siang Pak Kepala Cabang. Ah, kurasa ini sudah malam dari tadi, ya?”

“Akaza, kan?”

“Jadi, bagaimana hasilnya? Situasi dengan bocah itu?”

“Bocah itu sama sulitnya untuk memahaminya. Meskipun tidak sebanyak saudaranya Ouma, kurasa.”

“Tanpa membahas kepribadian, bukankah kondisi fisiknya telah rusak?”

“Maksud kamu apa?”

“He he he. Yah, makanannya hanya disediakan sedikit, dan beberapa obat untuk merusak kesehatan tubuh dan jantungnya secara bersamaan juga telah ditambahkan.”

“… Serum kebenaran, diwarisi dari era polisi militer? Kau mengambil cara cepat, ya? “

“Seperti bagaimana dia mengenal kita dengan baik, kita juga tahu sikap keras kepalanya sangat baik. Kami tidak berpikir sejak awal sepanjang berjalannya penyelidikan ini akan membuatnya menyerah. Penyelidikan itu bertujuan untuk mengisolasinya. Keadaan saat ini dari urusan telah berubah dari apa yang kita hipotesiskan sepenuhnya. Setelah ini, dia akan bertemu dengan raja Vermillion― “

“Kamu tidak harus menjelaskannya. Aku bisa membayangkan tujuan utamanya.”

Mengatakan itu, Itsuki membungkam Akaza yang memulai presentasinya.

“Aku mempercayakan hal ini kepadamu. Aku tidak peduli metode apa yang kamu gunakan. Lakukan sesukamu.”

Namun-

“Aku tidak akan memaafkan kegagalan. Depak Ikki tanpa gagal.”

“Ya, aku mengerti. He he he. Yah, mohon saksikan saat itu ketika datang.”

Berbicara demikian, Akaza undur diri.

Menjadi sendirian di kamar, tidak memikirkan apa-apa, Itsuki dengan santai mengalihkan pandangannya ke potret para direktur tergantung berderet-deret di dinding kantornya. Lebih dari setengah dari mereka adalah orang-orang yang memiliki nama keluarga Kurogane.  Dengan menghitung jumlah potret-potret itu menunjukkan berapa generasi sudah keluarganya mewarisi tanggung jawab ini. Di sini sekarang, Itsuki juga salah satu dari orang-orang itu. Karenanya, ia menjalankan tanggung jawabnya tanpa pengecualian. Membayangkan yang terbaik untuk dirinya sendiri ….

Cara hidup yang menyesuaikan dengan kemampuan sendiri. Ini adalah cara hidup yang membawa kebahagiaan bagi sebagian besar umat manusia.

Karena orang-orang seperti Ikki, orang-orang lemah yang tersisihkan, hanya ada sedikit. Aspirasi yang tidak berguna atau kepercayaan diri yang diterima sebagai hadiahnya, mereka hanya membawa kerugian bagi orang itu sendiri dan bagi Kesatuan. Dalam hal ini, hal-hal seperti itu tidak diperlukan. Secara alami, pengelola Kesatuan akan memastikan mereka tidak ada.

Karenanya, aku akan menggunakan metode apa pun untuk menghilangkannya.

Misalnya, bahkan jika itu adalah putranya sendiri, dia tidak akan menunjukkan belas kasihan.

Itulah tugasku.

Semuanya demi hukum mutlak. Di masa lalu atau di masa sekarang, itu adalah kebenaran bagi sang “Darah Besi” Itsuki Kurogane.

Bagian 7

Itu adalah hari kesepuluh setelah Ikki dibawa pergi oleh Komite Etika. Karena Kesatuan cabang Jepang, pertandingan seleksi ke delapan belas Ikki telah terlewati. Lawannya adalah rank-E anonim.

Yang menyampaikannya adalah guru wali kelas, Yuuri Oreki. Sebelum pertandingan, Shizuku, yang telah mendengarnya dari Kagami, membawa Arisuin untuk menunggu Oreki di depan gerbang utama. Pada saat matahari mulai meluncur ke dalam cakrawala, Oreki kembali sendirian. Shizuku dan Arisuin segera bergegas menghampirinya, dan bertanya tentang hasil pertandingan hari itu.

“Oreki-sensei, Onii-sama … bagaimana dia? Apakah dia menang?”

Terhadap pertanyaan itu,

“Eh? Ah … ya. Dia mendapatkan kemenangan ke delapan belas dengan aman.”

Oreki menjawab dengan nada yang entah bagaimana samar. Tentu saja, Arisuin segera menekan pertanyaan itu.

“Apakah ada sesuatu yang membuatmu khawatir?”

Untuk sesaat, Oreki merenung tanpa berbicara, tetapi dia juga berbicara dengan kerabat Ikki, Shizuku, jadi dia menjawab secara terus terang.

“… Sebenarnya, kondisi fisik Kurogane-kun tampak buruk.”

“Onii-sama … kan?”

“Ya. Kulitnya kusam, dan dia terus-menerus batuk kesakitan ….”

Meskipun Oreki juga menambahkan penjelasan itu, tetap saja luar biasa dia bisa menang dengan mulus.

Shizuku dan Arisuin memandang satu sama lain.

“Apa jangan-jangan dia terpapar demam dari Stella-chan.”

“Apa benar begitu?”

Bahkan jika itu tidak benar, mereka mendengar Ikki basah kuyup saat berada di Okutama. Dan jika penyelidikan telah memperdalam kelelahannya, tidak aneh jika kondisi fisiknya terganggu. Shizuku dan Arisuin berpikir begitu. Namun-

“… Tidak, itu mungkin ….”

Oreki yang akrab dengan penyakit telah memperhatikannya. Kondisi Ikki mungkin bukan kesehatan fisik yang buruk. Namun-

“Sensei?”

“Tidak. Bukan apa-apa. Yah, Sensei akan pergi menemui Ibu Ketua sekarang.”

Oreki menarik kata-katanya dan pergi. Itu bukan sesuatu yang dia bicarakan kepada siswa seperti mereka. Dalam penilaiannya, membuat Shizuku menebak-nebak hanya akan memicu kegelisahannya.

Namun, keduanya cukup cerdas untuk menyadarinya.

“… Oreki-sensei mau mengatakan sesuatu.”

“Sensei sangat paham tentang penyakit, kan? Mungkin dia merasakan sesuatu mengenai gejala Ikki.”

“Sesuatu seperti … itu bukan demam biasa, mungkin?”

“Mungkin, kupikir. Mungkin sesuatu dilakukan pada Ikki.”

Mendengar kata-kata itu, Shizuku merasakan hawa dingin merambat di tulang punggungnya. Dia tahu bahwa jika itu adalah orang-orang itu, jika itu adalah ayahnya, mereka mampu melakukan apa saja.

“Onii-sama … tolong jaga diri….”

Semuanya terjadi jauh di bawah tanah, di luar jangkauannya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Shizuku, yang tidak bisa melakukan apa-apa selain berdoa, merasa sangat jengkel.

Bagian 8

“Hei! Kenapa kamu tidur !?”

Bersamaan dengan suara marah dan wajah merah karena alkohol, air minum untuk digunakan oleh anggota penyelidikan disemburkan ke wajahnya, dan Ikki membuka matanya.

“Tidur selama rapat, itu menunjukkan kurangnya ketulusan!”

Itu adalah seorang pria paruh baya mengenakan kacamata bundar tipis di depan poni, berteriak dekat dengan telinga Ikki. Suara teriakannya sangat keras, dan bergema di ruangan kecil itu. Namun, bahkan suara seperti itu sudah jauh dari Ikki sekarang.

Benar jug. Apakah aku masih tertidur?

Penyelidikan sudah dimulai dua minggu lalu. Kelelahan Ikki telah mencapai puncaknya. Penahanannya telah diperpanjang untuk jangka waktu yang lama. Pertanyaan dan jawaban telah berulang puluhan kali. Pernyataannya masih belum diterima juga. Semangat manusia mana pun akan terkuras habis karena hal tersebut.

Selain itu, beberapa hari yang lalu, Ikki tiba-tiba demam dan mulai terbatuk-batuk dengan rasa sakit. Paru-parunya tidak berfungsi secara normal. Betapapun dia menghirup udara, rasa sakit mengalir melalui dirinya, dan dia tidak bisa bernapas dengan benar. Dengan kekurangan oksigen kronis, kesadarannya menjadi kabur. Setidaknya itu pneumonia. Mungkin lebih buruk lagi. Itu adalah gejala yang secara logis mengharuskannya dibawa ke rumah sakit segera, tetapi Komite Etika tidak akan mengizinkan hal seperti itu.

“Hmph. Ketika segala sesuatunya menjadi tidak nyaman, kamu berpura-pura sakit? Sesuatu yang anak nakal akan lakukan.”

Mengembalikan Ikki yang kesadarannya mulai pudar. Tidak membiarkannya beristirahat, bahkan seperseratus detik.

“Sekarang, mari kita lanjutkan diskusi. Mengenai pengaturan rahasia yang kau capai dengan ketua dewan Kurono Shinguuji. Kami percaya bahwa ada masalah etika dalam perjanjian rahasia ini mengabaikan fakta bahwa kau dianggap tidak cukup dalam bakat di bawah sistem Ketua dewan sedemikian rupa sehingga kau harus mengulang setahun― “

Dialog ini juga telah terjadi berkali-kali. Standar yang dibuat oleh sistem ketua dewan sebelumnya yang menilai dia mengulang setahun itu, dan melarang Ikki berpartisipasi dalam kegiatan kelas, tidak masuk akal. Hal semacam itu … Komite Etika pasti memahami ini tanpa dia mengatakannya. Mereka adalah orang-orang yang awalnya mendorong ketua dewan sebelumnya untuk membuat standar itu pertama kalinya.

Tapi Akaza dan yang lainnya tidak mengindahkannya. Mereka membuang masalah itu. Mereka melemparkan pertanyaan yang bertubi-tubi. Tetapi mereka tidak mendengarkan jawabannya. Tanpa mendengarkan tanggapan, mereka berkutat pada kesan dan sikap penolakan yang buruk. Lebih seperti usaha pembelaannya sia-sia saja. Namun terlepas dari hal  itu, dia telah memberikan banyak bantahan, dan ….

“… Ack, * batuk, batuk *”

Dia terjatuh selagi terbatuk-batuk.

“Kamu bajingan! Siapa yang memberimu izin untuk duduk !? Apakah kamu tidak punya tekad, dasar lemah !?”

“Guh …!”

Meringkuk dan mengabaikannya dengan sekuat tenaga, Ikki meletakkan hidungnya di lantai. Dengan * bam *, aroma logam menyebar melalui hidungnya, dan tetesan cairan merah menodai lantai.

… Betapa menyedihkan.

Memikirkan kondisinya saat ini, Ikki hanya bisa tertawa pahit. Bahkan dia bisa sedikit tahu bahwa kondisi fisiknya tidak wajar. Bahwa mungkin kesehatannya yang buruk disebabkan oleh obat-obatan yang dikonsumsinya. Namun, jika Ikki seperti biasanya, bahkan jika kondisi fisiknya sedikit buruk, dia mungkin tidak akan jatuh sampai ke titik ini.

Seperti yang diduga, pukulan yang menentukan adalah pertemuannya dengan ayahnya, Itsuki Kurogane. Sayangnya, Ikki percaya bahwa tidak peduli seberapa jauh ayahnya, seberapa dingin ayahnya, dalam beberapa hal, hanya sedikit, dia dan ayahnya terhubung. Di suatu tempat di dalam hatinya, dia selalu percaya itu. Sayangnya, dia mempercayai hal itu. Itu adalah sesuatu yang mengkhianatinya lebih dari apa pun, dan kebenaran itu telah menghancurkan stabilitas jiwanya.

Dengan jiwanya yang kehilangan keseimbangan, tubuhnya yang sakit tidak bisa mendukungnya. Dan sekali sekali saja jiwanya runtuh, ia tidak akan bangkit lagi. Hati dan tubuh Ikki hancur seperti sedang berguling menuruni bukit. Ikki sekarang hanya bayangan bagi dirinya sendiri.

“Ya ampun, tolong maafkan dia karena bersikap sejauh itu.”

Tiba-tiba, Akaza meninggalkan tempat duduknya, dan balas melambaikan tangan kepada orang-orang yang mengabaikan wajah Ikki. Lalu dia menunjukkan senyum yang tidak enak di matanya yang kurus, dan mendekat di sebelah Ikki.

“He he he. Pasti sangat menyakitkan, bukan?”

Ikki terdiam.

“Yah, bahkan meskipun penyelidikannya berlangsung sampai selama ini, itu tidak masuk akal. Tapi aku ingin mengerti. Kami menyerangmu untuk menyadarkanmu ksatria sebagus dirimu sendiri sebagai seorang kesatria … Taaaapi, setelah sekian lama, kami belum membuat kemajuan. Jadi aku telah memikirkannya. Cara yang brilian adalah dengan membawa kolegaku yang belum yakin terhadap bakatmu. Apakah kau ingin aku memberi tahumu soal itu? Kau ingin aku mengatakannya, kaaaan? “

Bagaimanapun, itu jelas tidak layak. Karena dia tahu itu, dia tidak tertarik, tetapi dia punya perasaan bahwa jika dia tidak bertanya, pembicaraan tidak akan berlanjut.

“… Apa … apa itu … * batuk, batuk *!”

Ikki bertanya sambil batuk, dan Akaza mengangguk dan terus berbicara dengan puas.

“He he he. Ini bukan seolah-olah itu sesuatu yang istimewa. Ikki-kun, kamu mungkin sudah tahu. Kalau membereskan masalahnya dengan pedangnya sendiri adalah praktik adat seorang ksatria. Dalam hal itu, mengapa tidak bertindak sesuai dengan tradisi kuno? “

“…Tradisi?”

“Dengan kata lain, percayakan masalah ketidaksepakatan antara kamu dan orang-orang yang meragukan kemampuanmu dalam pertandingan pertempuran pemilihan final besok.”

Serahkan masalahnya pada hasil pertempuran. Dengan kata-kata itu, Ikki mengerti apa yang dikatakan Akaza.

“Duel habis-habusan, melawan pendekar yang ditunjuk … kan?”

“Tepat. Keputusan yang dicapai oleh duel adalah mutlak bagi kita para ksatria. Ini adalah aturan tidak tertulis yang tidak pernah dapat diubah. Tidak peduli seberapa jauh di luar alasan, seberapa tidak masuk akal atau tidak mungkin, itu adalah kebiasaan para ksatria untuk mematuhi keputusan yang dibuat melalui duel. Di Kesatuan juga berlaku hukum seperti itu. Jika kau berjanji pada duel ini, dan menunjukkan kepada semua orang kekuatanmu yang membawa kemenangan, maka tidak ada yang bisa meragukan kualitasmu sebagai seorang ksatria. Karenanya, itu akan menjadi kesempatan bagimu membalikkan keadaan dan pulih dari situasi tanpa harapan. Tidak ada solusi lain, bukan begitu? Apakah aku salah? “

“Dengan kata lain, jika aku menang besok … kamu akan membebaskanku, kan?”

“Ya, ya. Tentu saja kita akan. … Hanya saja, lawan yang akan kamu hadapi dalam kondisimu saat ini adalah siswa kelas tiga E-rank. … Terus terang, dengan menghadapi ksatria tingkat rendah seperti itu, akan sulit untuk memverifikasikan kekuatan. Kalau begitu, tidak semua orang akan mencapai konsensus. Dalam duel ini, syaratnya adalah harus mempersiapkan pasangan yang cocok. “

Yah, Ikki juga berpikir begitu.

“* Batuk * … lalu siapa, … pasangan ini …?”

Pada pertanyaan itu, Akaza memberikan senyum yang lebih dalam dari sebelumnya—

“Kami, Komite Etika, bermaksud untuk mencalonkan ― presiden dewan siswa, ‘Raikiri’ Touka Toudou.”

―Dan memberikan nama kandidatnya itu.

Itu adalah lawan yang Ikki dalam kondisi terbaiknya tidak mungkin mampu kalahkan. Peringkat pertama di peringkat internal Akademi Hagun, yang mencapai empat besar Festival Seni Pedang Tujuh Bintang tahun lalu.

Bagi Ikki yang sedang berlutut, itu adalah lawan yang terlalu berat. Hal semacam ini, dia tidak perlu menerimanya. Akhirnya, dia akan bertemu dengan ayah Stella. Kalau dia bertahan sampai saat itu, dia akan tiba di akhir semua ini. Di tempat yang tidak bisa dijangkau Akaza dan yang lainnya. Dan sejak awal, pembicaraan mengenai pertarungan ini tidak cukup untuk mengesankan Touka. Ikki tidak punya alasan untuk menerimanya.

Namun-

“Ahh, terkait dengan topik ini, raja Vermillion sudah datang langsung ke sini. Artinya … hanya perlu secuil kesalahan, dan raja akan mencari tahu tentang keputusanmu mengenai duel itu. Tidaa, aku akan merasa benar-benar menyesal. Selain itu, raja sangat antusias melihatnya. Dia tidak akan menyerahkan putrinya kepada seorang pria yang tidak bisa mengatasi lawan setingkat itu! Dan, yah, itu terdengar seperti itu, ya. Kalau kau menolaknya di sini ~, hmm, itu akan memberikan kesan yang sangat buruk, kan? “

Akaza telah memblokir jalan pelarian Ikki dengan sempurna.

…Jadi begitu. Sejak awal, ini yang mereka inginkan, ya.

Dan Ikki menyadarinya. Penyelidikan itu, sejak awal, hanyalah dalih untuk menyisihkan Ikki dari Hagun. Akaza dan yang lainnya tidak berpikir untuk mengintimidasi Ikki secara mental agar dia menyerah. Itu semua untuk membuatnya membuat janji ini, dan memaksanya ke dalam duel putus asa ini. Semuanya untuk hal itu.

“Tentu saja, kamu akan menerimanya seperti laki-laki, ‘kan?”

Jika dia mengikuti duel ini, itu akan menjadi jalan keluarnya. Hasil dari pertempuran adalah segalanya. Itu adalah kebiasaan para ksatria sejak zaman kuno. Meskipun tidak ada kesalahan pada Ikki, jika dia kalah, dia yang akan disalahkan. Dan kalau demikian, dia akan kehilangan segalanya.

― Itu tawaran yang kejam. Risikonya tinggi, dan keuntungannya nol.

Memang sangat tidak menguntungkan. Sungguh, tawaran yang kejam. Tapi-

“… Aku …. Aku akan melakukannya.”

Ikki menjawabnya dengan wajah penuh kepahitan. Dengan semua rute pelariannya terputus, dia tidak bisa melakukan apa-apa lagi.


“Ha, ha ha, hahahahaha! Luar biasa, luar biasa! Luar biasa! He he he! Lagipula kamu kan laki-laki! Semua orang sudah mendengarnya, kan !? Apa yang baru saja dia katakan! Pada saat ini, semuanya akan diserahkan kepada duel besok, untuk hasil pertempuran itu! Segala sesuatu tentang keputusan itu sesuai dengan tradisi ksatria kuno, diputuskan oleh pedang! Dan tidak ada yang akan keberatan dengan keputusan yang didapat! Kalau begitu ― kita akan menyatakan akhir dari penyelidikan sini!”

Dengan cara ini, The Worst One yang berada di bawah tekanan harus berjuang dalam situasi yang lebih berat.

Lawan Ikki adalah Raikiri, yang memiliki pengaruh yang tak terkalahkan dalam jarak dekat yang terbatas baginya. Untuk menghadapi lawan yang dia tidak yakin bisa kalahkan bahkan dengan kondisi fisik yang sempurna, dia akan menyeret tubuhnya yang sakit parah. Mempertaruhkan semua masa depannya―

Tapi, berdiri sebelum pertarungan itu, Ikki mengingat kata-kata yang Utakata ucapkan beberapa waktu sebelumnya.

‘Di antara kalian berdua, beban tanggung jawab yang kalian tanggung itu berbeda.’

Memang. Ikki bisa membayangkan beban banyaknya harapan dan harapan yang ditanggung Touka di bahunya. Bebannya tidak terbatas hanya pada anak-anak di lembaga itu. Itu karena dia dibebani dengan rasa bangganya sebagai empat besar di seluruh negeri.

Orang kuat sepertinya … bisakah aku mengalahkannya?

Mampukah ia melakukannya dengan pedang dari orang yang tidak berharga yang ayahnya sendiri bahkan tidak akan mempercayakan satu pun harapan?