HOLIDAYS AND MEMORIES

(Author : Rafli Sydyq)


Tiga hari telah berlalu semenjak quest terakhir yang kami lakukan bersama. Berkat kasus para Ent tersebut dan kecurigaan kami mengenai keterlibatan bangsa Majin, kami semua sepakat untuk beristirahat sambil mengasah kemampuan kami sebagai persiapan untuk pertempuran kedepannya.

Noel saat ini sedang melatih para Summon Monster miliknya di dalam hutan bersama dengan Alexis yang memiliki beberapa tujuan khusus juga turut ikut menemaninya.

Untuk Eve, dia saat ini sedang berlatih sekaligus membantu di akademi kerajaan Karlsruhe untuk mengajari para murid yang terdiri dari NPC dan Pemain dalam memainkan alat musik. Dan tentu saja Fei juga ikut belajar dalam kelas itu.

Sedangkan aku dan Shery, kami saat ini sedang menjadi sukarelawan di gereja untuk meningkatkan level Light Magic milik kami dengan cara menyembuhkan para warga dan Petualang yang sedang sakit atau terluka.

Selagi disana, aku juga sekalian mengirimkan surat kepada Ayahku yang berada di Ibukota mengenai hasil penyelidikan terakhir kami. Meskipun aku sedikit enggan, tapi karena ada kemungkinan keterlibatan Majin didalamnya, mau tidak mau aku harus melaporkan hal ini.

...

    Di dalam hutan yang tidak jauh dari kota, terdapat sosok Noel yang sedang sibuk memberikan komando kepada para Summon Monster milikknya dan Alexander yang saat ini sedang beradu pedang dengan enam sosok kesatria.

Ya, saat ini Alexander sedang adu tanding melawan masing-masing tiga Dark Knight dan Holy Knight yang merupakan Summon Monster milik Noel.

Alasan Alexander melawan mereka adalah untuk meningkatkan kekuatan milik para Summon Monster tersebut, meningkatkan tingkat kerja sama mereka, melatih kemampuan komando milik Noel, sekaligus meningkatkan kemampuan berpedang dirinya sendiri.

Alexander dengan gemilang menangkis serangan dari Dark Knight dan melancarkan pukulan kuat terhadap Holy Knight sembari menghindari serangan yang bertubi-tubi datang kepadanya.

Tanpa diragukan lagi kemampuannya dalam berpedang sudah jauh berkembang pesat ketimbang saat dia baru pertama kali memainkan game ini. Alexander yang awalnya memegang pedangnya dengan canggung saat ini sudah mampu untuk melawan enam orang sekaligus. Terlebih lagi lawannya kali ini memiliki tubuh yang jauh lebih besar dari dirinya sendiri.

Bukan hanya Alexander yang berkembang, Noel pun juga sudah berkembang dengan pesat. Hal itu terbukti dengan dia yang saat ini sudah mampu untuk memanggil enam Summon Monster sekaligus yang dimana itu merupakan hal yang sulit untuk Summoner pada umumnya.

Tidak hanya itu, kemampuannya dalam memberikan arahan kepada Summon Monsternya pun sudah telah terasah sedemikian rupa hingga dia mampu untuk memberikan arahan rumit yang akan sangat membantunya dalam sebuah pertempuran.

Setelah berlatih untuk beberapa saat, mereka berdua akhirnya memutuskan untuk istirahat sejenak. Sambil menyapu keringat yang membasahi tubuhnya, Alexander duduk diatas sebuah tikar yang sudah mereka siapkan sebagai tempat istirahat.

Noel yang telah memberikan perintah kepada para Summon Monsternya untuk berjaga, juga ikut duduk diatas tikar tepat disamping Alexander.

Keheningan turun ditempat itu. Meskipun dari luar mereka berdua tampak santai seperti biasa, namun apa yang terjadi didalam diri mereka jauh berbeda.

Didalam hati mereka berdua saat ini sedang berteriak keras, berusaha untuk mencari sebuah topik untuk mengisi kesunyian yang cukup menekan ini. Suasana hati mereka saat ini kurang lebih seperti ini.

“Ayo Alexander, kuatkan dirimu. Buktikan kalau kau adalah seorang pria dan bicaralah padanya”

“Huu... bagaimana ini? Hanya ada kami berdua dan aku tidak tau apa yang harus dibicarakan...”

Dan setelah konflik batin yang cukup panjang, mereka berdua akhirnya membuka mulut mereka dan mencoba untuk memecah kesunyian ini.

“Hey...”

“Alexis...”

Secara mengejutkan, mereka berdua mencoba angkat bicara dalam waktu hampir bersamaan yang membuat suasana kembali menjadi canggung. Dan setelah saling oper siapa yang akan bicara duluan, akhirnya telah diputuskan kalau Noel lah yang akan bicara terlebih dahulu.

“Ya, ini, itu... selama ini aku selalu penasaran. Kenapa anda dipanggil Alexis sementara nama anda yang sebenarnya adalah Alexander?”

Dengan canggung, Noel menyuarakan apa yang telah mengganjal dihatinya selama ini. Menanggapi itu, Alexander hanya bisa menghembuskan nafas lemah.

“Tidak usah terlalu formal, lagipula, kenapa kau bertanya seperti itu?”

“Ya... selama ini aku hanya penasaran. Bukankah Alexis itu... cukup feminim?”

Atas perkataan Noel, Alexander hanya bisa terdiam untuk sementara sebelum berkata “Apakah kau benar-benar ingin tau?” dengan suara lemah dan segera dijawab oleh Noel dengan “Ya, beritahu aku!” dengan begitu semangatnya.

“Hah... baiklah. Tapi janjilah untuk tidak tertawa”

Setelah itu, Alexander mulai menceritakan penyebab kenapa nama panggilannya adalah Alexis yang biasanya digunakan oleh perempuan dan bukannya dipanggil sebagai Alex sebagaimana mestinya.

...

Kembali di saat Alexander masih berusia 10 tahun. Saat itu Alexander, Rafael, Rafiel, Everly dan pangeran pertama Aaron sedang bermain bersama. Karena mereka semua memiliki usia yang sama dan dikarenakan status orangtua mereka, mereka selalu bermain bersama setiap harinya dan menajadi sahabat yang akrab.

Suatu hari, pangeran pertama Aaron mengajak mereka semua untuk bermain di dalam ruang harta kerajaan yang seharusnya terlarang bagi mereka.

Akan tetapi, Aaron yang pada saat itu memang memiliki sifat nakal secara diam-diam mengambil kunci menuju ruang harta dan mengajak Rafael dan yang lainnya untuk melihat apa yang ada didalam sana.

Dengan perlahan Aaron memutar kunci pintu dari ruang harta. Setelah terdengar suara “Clak” pintu pun terbuka dan menunjukan isinya.

Dengan mata berbinar, kelima anak itu yang mengharapkan pemandangan gunungan emas harus kecewa dengan apa yang mereka lihat. Bukannya emas, yang ada dihadapan mereka hanyalah rak-rak yang berisikan benda-benda aneh dan tidak terlihat menarik sama sekali bagi anak kecil.

Ternyata, ruang harta yang mereka masuki adalah tempat penyimpanan item magis yang memiliki sifat berupa item lelucon dan tidak membahayakan. Adanya ruangan ini adalah untuk pengalih perhatian untuk melindungi ruang harta yang sebenarnya tersembunyi di tempat yang aman dan jauh dari jangkauan anak-anak nakal yang suka menjelajah.

Meskipun sempat kecewa, akan tetapi ini sama sekali tidak menyurutkan jiwa penjelajah mereka. Dengan penuh semangat mereka berlima berpisah dan mulai melihat-lihat seisi ruangan.

Sementara Rafiel dan Everly sedang melihat-lihat tumpukan sepatu dengan desain yang ‘Unik’ dan tidak biasa... Rafael, Alexander, dan Aaron sedang berdiri mengelilingi sebuah bola kristal yang bersinar dengan cahaya merah muda.

Karena penasaran, Alexander menyentuh bola kristal itu dan tanpa sengaja mengaktifkan alat tersebut.

Akibatnya, bola kristal itu mulai memancarkan cahaya merah muda yang sangat menyilaukan hingga cahayanya menembus hingga keluar ruangan.

Tidak lama setelah cahaya memudar, Rafiel dan Everly bergegas menuju tempat cahaya itu berasal dan mendapati sesuatu yang mengejutkan.

Dihadapan mereka, terdapat tiga orang gadis kecil yang memiliki usia yang sama dengan mereka sedang duduk diatas lantai dengan asap terlihat mengepul disekitar mereka.

Ketiga gadis itu terdiri dari seorang gadis dengan rambut panjang kecoklatan dan mata seperti lapis lazuli dengan wajah kecilnya yang terlihat imut dan mempesona. 

Lalu ada seorang gadis dengan rambut merah panjang seperti warna bara api dengan mata berwarna biru muda dan wajahnya terlihat sangat manis.

Dan yang terakhir ada seorang gadis dengan rambut putih panjang seperti putihnya salju dengan mata berwarna biru tua dan wajahnya menampakkan kecantikan murni dan sosoknya entah bagaimana terlihat sangat mirip dengan Rafiel.

“Aduh... apa yang sebenarnya terjadi?”

“Ahh... ini semua adalah salah Alexander yang sembarangan menyentuh kristal itu”

“Hei, kenapa ini menjadi salahku?”

Sementara ketiga gadis itu sibuk bertengkar satu sama lain, Rafiel dan Everly hanya menyaksikan mereka bertiga dengan wajah penuh tanda tanya.

Dan disaat ketiga gadis itu masih dengan serunya bertengkar, Everly yang sedari tadi memperhatikan mulai masuk kedalam pembicaraan.

“Anu... kalian siapa yah?”

Atas perkataannya, ketiga gadis itu berhenti bertengkar dan melihat kearah Rafiel dan Everly yang sedari tadi berdiri disamping mereka.

“Hei Everly, apakah kau tidak mengenalku? Ini aku, Aaron”

“Ini aku, Rafael. Kau tidak mungkin tiba-tiba lupa kan?”

“Benar, dan ini aku, Alexander”

Masih tidak menyadari kondisi mereka sendiri, ketiga gadis itu memperkenalkan diri mereka masing-masing.

“Hmm... kurasa akan lebih baik jika kalian mulai memeriksa diri kalian masing-masing”

Atas saran Rafiel, ketiga gadis itu mulai memeriksa tubuh mereka sendiri. Tidak lama kemudian muncul wajah kebingungan dari ketiga gadis itu.

Mereka mulai meraba-raba tubuh merea sendiri dari atas sampai bawah. Masih bingung, mereka kembali memeriksa untuk yang kesekian kalinya sampai akhirnya...

“Tunggu, kau bohongkan?!”

“Tidak mungkin, kenapa?!”

“Tidak mungkin! ini tidak mungkin!”

Kepanikan mulai muncul diwajah mereka. Sambil terus meraba-raba tubuh mereka berkali-kali bahkan ada yang sampai mencubit diri mereka sendiri da berharap ini semua hanya mimpi.

Tidak lama setelah itu, para Penjaga mulai berdatangan kedalam ruang harta setelah melihat cahaya terang yang bersinar dan bersiap adanya penyusup.

Akan tetapi bukannya penyusup yang mereka temukan, para Penjaga hanya mendapati lima gadis kecil yang memancarkan pesona mereka tersendiri meskipun masih dalam usia muda.

Tidak lama kemudian, diketahui kalau Aaron, Alexander, dan Rafael telah berubah menjadi perempuan dan membawa kehebohan diseluruh istana.

Rupanya, kristal yang mereka sentuh adalah sebuah item yang bernama ‘Crystal of Equality’ yang memiliki kemampuan untuk mengubah gender seseorang dalam kurun waktu dua minggu penuh.

Sontak tiga anak laki-laki tersebut harus rela menghabiskan dua minggu penuh dalam wujud seorang anak gadis. Dan masing-masing dari mereka mengalami pengalaman yang berbeda dalam menjalani hari-hari mereka sebagai seorang perempuan.

Yang pertama, Aaron. Karena dia adalah Pangeran pertama sekaligus Putera Mahkota, dia mendapatkan teguran keras dari Ayahnya yang merupakan sang Raja dan dihukum untuk juga mempelajari etika sopan santun yang biasanya digunakan oleh wanita sebagai langkah penjegahan apabila kondisi Aaron saat ini menjadi permanen.

Untuk Rafael, karena wujudnya saat menjadi perempuan sama persis dengan saudara kembarnya Rafiel, maka dia sama sekali tidak memiliki masalah dalam hal pakaian karena ukuran tubuhnya dengan Rafiel itu sama persis. Dan jika mereka berdua disandingkan maka akan tampak kalau mereka berdua merupakan saudara kembar sejati dan Ibu mereka segera memanggil pelukis kerajaan untuk mengenang momen yang sangat berharga ini.

Sedangkan untuk Alexander, dia yang paling sial dalam kejadian ini. Karena Ibunya sudah sejak lama menginginkan anak perempuan namun tidak bisa, menjadi sangat bersemangat hingga membuatnya memanjakan Alexander semanja-manjanya. Dari dibelikan gaun paling mewah, perhiasan paling mahal, serta boneka paling imut yang bisa dia temukan.

Tidak hanya itu, saking senangnya dia bahkan sampai memanggil Alexander dengan sebutan Alexis dan seluruh orang di istana juga mulai memanggilnya begitu dan hal ini bertahan hingga sekarang.

Tentu saja, Alexander melihat ini dalam kilas masa lalunya tepat disaat dia pertama kali Log In di A.S.O serta Rafael dan Evelyn yang baru pertama kali bertemu dengan Alexander di dalam game secara alami memanggilnya dengan sebutan Alexis dan tampaknya tidak ada satupun dari mereka yang berniat mengubahnya tidak peduli seberapa gigihnya Alexander meminta.

“Dan begitulah bagaimana aku mendapatkan julukan ini”

Alexander yang telah selesai bercerita panjang lebar kepada Noel mengenai masa lalunya hanya bisa memegangi kepalanya sambil berusaha untuk menghapus kenangan itu dari kepalanya.

“Ehh... jadi begitu ceritanya” 

Noel yang selesai mendengarkan dengan setia cerita Alexander, mengarahkan pandangannya keatas dengan lesu dan mengatakan satu hal. “Hei Alexis, boleh aku melihat wujudmu sebagai perempuan?”

“Tentu saja tidak!” Yang tentu saja ditolak dengan tegas oleh Alexis.