FIRST STEP

(Author Rafli Sydyq)


    Pemandangan orang-orang yang menyakiti satu sama lain adalah sebuah pemandangan yan tidak akan pernah bisa aku lupakan.

Seorang kakek yang sudah renta memegang sebuah batang kayu dengan tangannya yang kurus, seorang wanita yang dengan gemeteran mengayunkan sebuah panci usang, dan seorang anak kecil yang tampak tidak berdaya menusukkan sebuah belati tepat kearah diriku.

Semua hal itu terlalu sulit untuk dicerna bagi diriku yang tumbuh besar di tempat yang sangat damai dan bahkan bisa dibilang aku ini adalah anak yang sangat dilindungi.

Tujuan aku bermain game ini adalah untuk bersenang-senang. Berburu bersama dengan sahabat terbaikku, menjelajahi dunia yang luas, dan bertemu orang-orang baru. Itu semua adalah apa yang aku bayangkan saat bermain game online.

Namun, game ini dengan mudahnya mematahkan semua fantasi milikku.

Dunia yang indah dan luas namun secara bersamaan juga sempit dan kejam, orang-orang yang terlihat baik namun sebenarnya memendam sesuatu yang licik, dan para Makhluk Buas yang mengganggu kedamaian berada dimana-mana.

Sempat terpikir untuk berhenti bermain game ini dan mencari game lainnya.

Akan tetapi, itu sama saja artinya dengan menyerah dan meninggalkan semuanya. Meskipun aku tau kali ini hanyalah sekedar game belaka, namun harga diriku tidak memungkinkan diriku untuk menyerah.

Satu hal yang selalu diajarkan oleh ayahku adalah untuk jangan menyerah di tengah jalan. Selama kau masih sanggup, maka kau harus berjalan kedepan dan tidak berhenti apapun yang terjadi.

Baiklah, aku sudah membulatkan tekadku.

Tidak peduli apapun yang akan terjadi, aku akan selalu melangkah kedepan. 

Lagipula, ini hanyalah sebuah game. Memangnya apa  yang bisa terjadi di dalam game?

...

    Dengan langkah berat aku menggerakkan kakiku menuju tempat tujuanku. Disana, aku bisa melihat wajah yang telah sangat familiar.

Mereka adalah teman-temanku. Lonel, Masako, dan Shiori.

Sudah dua hari semenjak kami sampai di kota ini, kota pelabuhan, Haifa. Dan sekarang sudah saatnya bagi kami untuk pergi menuju kota berikutnya.

Sama halnya dengan bagaimana kami bisa sampai ke kota ini, kali ini kami kembali akan mengambil quest pengawalan untuk bisa mencapai kota selanjutnya.

Jujur quest pengawalan pertama kami tidak bisa dibilang berjalan dengan mulus. Namun, itu tetaplah sebuah pengalaman yang sangat berharga dan mungkin tidak akan pernah bisa kau rasakan lagi.

“Hei Kenjo, kau terlambat”

Yang menyapaku adalah Shiori. Ditangannya terdapat sebuah buku berwarna hitam kusam dan terdapat sebuah lambang aneh disampulnya. Kalau tidak salah itu adalah sebuah item yang bernama ‘Magic Book’ yang membuatmu bisa mempelajari sihir baru dengan cara membacanya.

Disampingnya terdapat Lonel yang sedang menatap kearahku dengan senyuman yang agak canggung. Mengingat apa yang dia alami sebelumnya, kurasa dia masih belum pulih sepenuhnya.

“Maaf aku terlambat. Jadi... dimana Masako?”

“Dia sedang bernegosiasi dengan pelanggan. Kurasa sebentar lagi dia akan selesai”

Benar saja, tidak lama kemudian Masako datang menghampiri kami. Dia bilang kalau sebentar lagi kami akan berangkan dan menyuruh agar memeriksa persediaan kami sekali lagi.

Tepat setelah kejadian itu, kepemimpinan kami entah bagaimana beralih kepada Masako. Tidak ada satupun dari kami yang menolaknya. Selain fakta kalau sebenarnya Masako lah yang paling tua diantara kami, dia juga yang paling dewasa dan memiliki rasa tanggung jawab paling besar diantara kami semua.

“Baiklah, kalau semuanya sudah beres, mari kita berangkat”

Dengan begitu kami sekali lagi melangkahkan kaki kedepan. Tidak peduli apapun yang terjadi, kami tidak akan mundur.

...

    Sudah sekitar satu setengah hari semenjak kami memulai perjalanan kami. Selama perjalanan, kami sama sekali tidak menjumpai satupun Makhluk Buas. Terdengar bagus emang, tapi entah mengapa aku merasa gelisah.

Normalnya kau akan menjumpai setidaknya satu atau dua Makhluk Buas yang mencoba menyerang orang yang sedang lewat. Terlebih lagi, rombongan pedagang yang kami kawal kali ini terdiri dari tiga buah kereta. Yang dimana terbilang cukup banyak dan terlebih lagi pengawal yang mereka sewa hanyalah Party kami saja.

Aku sempat heran setelah mendengar hal ini. Karena biasanya rombongan pedagang yang berjumlah lebih dari dua kereta kuda pasti akan menyewa lebih dari satu Party Petualang. Setelah sempat bertanya kepada Masako perihal masalah ini, dia mengatakan kalau tidak ada Party lain yang menerima quest ini selain kami. Jadi tidak ada pilihan lain selain berangkat dengan anggota seadanya.

Dengan jumlah orang sebanyak ini, mustahil menjaga mereka semua dengan jumlah kami yang hanya berjumlah empat orang.

Karena jumlah kami yang sedikit, kami lalu mengatur posisi kami agar bisa menjaga semua kereta. Masako berada di kereta pertama yang ada didepan, Lonel berada di kereta kedua yang ada ditengah, terakhir aku dan Shiori berada di kereta paling belakang.

“Sudah hampir dua hari tapi tidak ada satupun penampakan Makhluk Buas disini”

Aku mengatakan itu dengan pelan di belakang kereta. Terkadang bergumam sambil mengutarakan apa yang aku pikirkan mampu mengurangi kegelisahan yang aku rasakan. Tapi tampaknya gumamanku didengar oleh seseorang.

“Apa maksudmu anak muda? Bukannya itu hal yan bagus, dengan begitu kalian bisa duduk-duduk saja tapi mendapatkan bayaran”

Yang mengatakan hal itu adalah salah satu anak buah pedagang yang menyewa kami. meskipun apa yang dia katakan itu benar, tapi kegelisahan ini tidaklah menghilang.

“Sudah santai saja, lihatlah teman gadismu ini. Dia sedari terus memelototi buku menyeramkan itu sambil bergumam tidak jelas”

Yang dia maksud tidak lain adalah Shiori. Sejak kemarin dia tidak hentinya membaca buku yang sama berulang-ulang kali sambil mengucapkan sesuatu yang tidak aku mengerti.

Pada saat aku sedang asik mendengarkan orang tadi yang dari tadi tidak berhenti berbicara, tiba-tiba saja terdapat sebuah lingkaran sihir yang berwarna hitam keunguan muncul tepat diantara kami.

Dari lingkaran sihir itu, muncullah sebuah makhluk aneh yang berwujud seperti bola mata yang memiliki sayap kelelawar. Makhluk tersebut melayang kesana kemari sampai akhirnya berhenti tepat dihadapan Shiori.

“Whoooaaa... makhluk apa itu?!”

“Hei Shiori, apakah ini ulahmu?”

Shiori yang tampak tidak memperdulikan kami hanya memandangi makhluk aneh tersebut sampai akhirnya dia tersenyum dan mengatakan...

“Sudah diputuskan, mulai sekarang namamu adalah Bota. Dan kau akan terus melayaniku sampai ajalmu tiba. Apakah kau paham!”

“Cit...cit...cit...”

Sudah kuduga ini adalah ulahnya. 

Setelah itu, Shiori menjelaskan kepada kami kalau makhluk tersebut adalah familiarnya yang tercipta melalui [Black Magic]. Makhluk tersebut bernama ‘Floating Eye’ yang dikatakan merupakan familiar yang paling umum dimiliki oleh seorang penyihir.

“Kupikir jantungku akan copot...gadis muda, lain kali katakanlah sesuatu sebelum melakukan hal-hal aneh”

“Hehehe... maaf paman”

Sambil tertawa kecil, Shiori bermain-main dengan familiar miliknya yang dia beri nama ‘Bota’, singkatan dari ‘BOla maTA’. Sungguh aku hampir saja lupa kalau selera penamaan Shiori itu sangatlah sederhana. Aku bahkan ingat kalau dia memberi nama boneka kesayangannya sebagai Borang dan Boci, yang merupakan singkatan dari Boneka Beruang dan Boneka Kelinci.

“Baiklah...Bota, untuk tugas pertamamu adalah pergi mengintai kedepan dan lihat apakah ada bahaya yang mengancam kereta ini atau semacamnya. Apakah kau paham?”

“Cit... Cit... Cit”

“Bagus, sekarang laksanakanlah!”

Dengan mengeluarkan suara yang mirip seperti tikus, Bota lalu terbang menjauh hingga aku tidak bisa melihatnya lagi.

Dengan wajah puas, Shiori lalu mengucapkan sesuatu yang agak tidak bisa aku percaya.

“Oke... Ayo panggil yang lain!”

“Kau ingin lebih banyak makhluk yang tadi?!”

“Ayolah Kenzo... bukannya dia itu lucu?”

Sambil sok imut, Shiori lalu mulai merapalkan sesuatu. Pada saat aku masih berpikir bagian mananya dari makhluk itu yang bisa disebut imut, tanpa sadar Shiori sudah memanggil empat lagi dari makhluk tersebut.

Dan tentu saja, mereka semua mendapatkan nama yang sederhana namun aneh.

...

Beberapa jam sudah berlalu semenjak Shiori memanggil familiarnya yang aneh tersebut. Kami kembali menghabiskan perjalanan kami dengan damai sampai akhirnya Shiori menerima sinyal peringatan dari familiarnya yang berada jauh didepan.

“SEMUANYA BERHENTI!”

Dengan teriakan keras, Shiori meminta semua kereta untuk berhenti. Sontak saja kereta pun berhenti dengan tiba-tiba. Lalu, Masako yang berada dipaling depan segera berjalan karah kami.

“Apakah ada sesuatu?”

“Familiarku melihat ada perkelahian didepan. Terdapat kelompok lima orang sedang melawan sekelompok Makhluk Buas. Jarak sekitar 600 meter dari sini”

Masako lalu termenung sebentar untuk memikirkan apa yang harus kami lakukan, sedangkan para pedagang yang mendengar mengenai hal ini juga berdiskusi satu sama lain. Untuk Lonel... dia hanya terdiam sambil memalingkan wajahnya.

“Apakah tidak ada jalan lain yang bisa kita lalui jalan ini?”

“Tidak bisa, dari yang aku lihat hanya inilah satu-satunya... Hmm... Eh serius? Baik...”

Shiori tidak melanjutkan perkataannya dan malah tampak sedang berbicara sendiri. Aku menduga dia saat ini sedang berbicara dengan salah satu Petualang yang ada didepan. Tidak lama kemudian dugaanku ternyata benar.

“Pergantian situasi, Petualang didepan meminta pertolongan untuk mengurus mangsa kecil sementara mereka menyingkirkan yang besar”

Mendengar hal itu, Masako segera meminta aku dan Shiori untuk maju kedepan dan membantu. Sementara Masako dan Lonel tetap disini untuk menjaga para pedagang.

...

    Tidak butuh waktu yang lama bagi aku dan Shiori untuk sampai ke medan pertempuran. Disana kami melihat ada sekumpulan Makhluk Buas yang bernama Forest Wolf sedang berlarian kesana-kemari mencoba mengitari beberapa Petualang yang sedang menghadapi seekor Makhluk Buas yang sangat besar.

Makhluk Buas tersebut dengan mudahnya mencapai lebih dari dua meter dengan rupa menyerupai seekor serigala hitam yang memiliki dua buah kepala.

“Hei kalian, tolong urus para serigala kecil ini agar menjauh dari kami sementara kami mengurus makhluk besar ini”

Yang berbicara adalah seorang pria yang tampak berasal dari ras Elf. Dengan busurnya dia berusaha membidik serigala besar itu sembari melompat kesana-kemari untuk menghindari para serigala lainnya yang menyerangnya.

Mencoba untuk tidak membuang waktu, aku segera menggunakan [Sword Skill-Threatening Slash] yang memiliki efek berupa tebasan hampa yang mampu untuk menakuti/menarik perhatian para Makhluk Buas tergantung pada perbedaan kekuatannya.

Untuk kasus kali ini, tampaknya aku lebih lemah daripada mereka.

Sekitar setengah dari para serigala yang tadinya mencoba mengitari para Petualang tadi segera berbalik arah dan langsung menyerbu kearah kami. Meskipun aku tidak mampu untuk menarik perhatian mereka semua, setidaknya ini sudah lebih dari cukup untuk meringankan beban mereka.

Melihat para serigala yang berlari kearah kami, Shiori dengan segera merapalkan mantra [Black Magic-Shadow Bind], sebuah lingkaran sihir hitam raksasa segera muncul diatas tanah dan dari lingkaran sihir tersebut muncullah bayangan yang berbentuk seperti tali yang menangkap semua serigala yang berada diatasnya.

Sementara para serigala tersebut berusaha untuk melarikan diri, aku segera mengaktifkan [Sword Skill-Wide Cut] yang membuatku mampu untuk menebas banyak musuh sekaligus. Lalu kulanjutkan dengan [Sword Skill-Continuous Strike] yang membuatku mampu untuk melancarkan maksimal lima tebasan secara terus-menerus.

Meskipun aku telah melancarkan serangan beruntun, itu hanya mampu untuk mengalahkan sebagian kecil dari para serigala yang ada. Serigala yang selamat mengerahkan semua tenaga yang mereka miliki untuk segera meloloskan diri dari sihir milik Shiro.

Tidak lama kemudian, beberapa serigala berhasil lolos dan langsung menyerbu kearahku. Namun, sebuah panah yang tampak terbuat dari bayangan menusuk langsung kedalam daging mereka dan menimbulkan luka yang parah pada mereka dan beberapa bahkan langsung mati setelah terkena tombak tersebut.

Tidak salah lagi itu adalah salah satu sihir milik Shiori yang bernama [Black Magic-Shadow Lance].

Tanpa membuang waktu lagi, aku kembali melanjutkan seranganku keraha para serigala itu.

Pada saat itu aku masih tidak tau kalau para Petualang yang kami bantu bukanlah orang sembarangan. Aku tidak tau kalau apa yang kami lalukan sekarang akan menuntun kami ke sesuatu yang sangat besar.

Dan aku masih tidak tau, kalau tidak lama lagi aku akan mendapatkan sesuatu yang sangat besar sembari kehilangan sesuatu yang sangat penting bagiku.