SENYUM SEDINGIN ES
(Translator : Ridho. H)
Bagian 1
[Duel di luar kampus! Sword Eater, kartu AS Donrou ditaklukkan oleh Worst One!]
Keesokan harinya setelah duel, sebuah surat kabar dengan judul seperti itu tersebar luas. Disana bahkan ada foto-foto duel yang diambil secara sembunyi-sembunyi. Orang yang menulis artikel itu tidak lain adalah ketua Klub Koran Kusakabe. Dia awalnya mencurigai ini setelah mendengar percakapan antara Ikki dengan Ayase setelah pertandingan seleksi. Jadi keesokan harinya, dia membuntuti mereka bertiga, termasuk juga Stella.
[Buat seorang jurnalis, level ngestalk ini terlalu niat!]
Begitulah keadaannya. Dan Ikki hanya dapat mendecakkan lidah karena dia tidak dapat merasakan sedikitpun keberadaannya setelah semua yang terjadi.
Artikel ini juga menjadi berita besar di Hagun. Tentu saja, karena lawannya adalah kartu as dari Sekolah lain, meskipun itu adalah duel di luar kampus, itu tidaklah mungkin menjadi sebuah kebetulan melawan peringkat kedelapan terbaik nasional. Meskipun ada beberapa orang yang memendam sedikit keraguan mereka tidak punya pilihan seain diam dan mengakui kemampuan Ikki.
Dan salah satu diantara mereka menanyakan ini—
Siapa yang terkuat? Jagoan Hagun, Raikiri [1] presiden dewan siswa saat ini Toudou Touka atau Worst One?
Tidak ada yang tahu dari mana jawabannya berasal, tetapi pertanyaan itu menimbulkan ambiguitas terhadap siswa-siswi akademi Hagun. Raiki berada di peringkat empat besar! Tentu saja dia lebih kuat. Tidak, jika itu Worst One maka, dia mungkin dapat mengalahkannya. Tidak mungkin. Mungkin saja. Tidak. Iya!—
Argumen seperti itu terdengar di seluruh kampus dan ketika seminggu sudah terlewati, semua orang mengharapkan jawaban yang buruk.

Bagian 2
Seminggu setelah duel dengan Sword Eater. Saat itu adalah sore hari. Ikki dan Stella menyelesaikan latihan harian mereka di dalam hutan buatan dan sekarang sedang beristirahat di bangku, duduk berdampingan.
Dan pada saat itu juga, Ikki mendapat pesan dari Ayase, kontennya— mengenai ayahnya, Kaito-san yang telah sadarkan diri.
“Eh? Ayahnya Kak Ayase bangun?”
“Kelihatannya gitu.”
“Waktunya pas banget.”
“Yeah, Ayatsuji-san kelihatannya sama terkejutnya. Lihat sini.”
Ikki menunjukkan Stella konten pesan itu.
[Ayah sadarkan diri!!!!!!!]
“Wow, jadi benar. Dia terkejut banget. Ada banyak banget dia naruh tanda seru seolah dia baru saja nemuin bola naga.”
“Yah, bukannya bagus kalau begitu.”
Sebenarnya, setelah duel hari itu, mereka tidak pernah melihat Ayase sama sekali. Karena pada hari itu, saat mereka kembali ke Sekolah—
‘Aku ngebuat Kurogane-kun ngelakuin semuanya kali ini, jadi setidaknya aku putusin buat ngelakuin yang harus dilakuin sendirian.’
Setelah mengatakan itu, dia pergi menemui komite eksekutif pertandingan seleksi dan mengakui perbuatan curangnya menjelang pertandingan.  Karena intervensi Oreki-sensei pengusirannya dibatalkan, tetapi semua catatan pertandingannya dihapus dan dia didispen oleh Sekolah selama seminggu. Itu kenapa Ikki senang mengetahui kalau dia masih baik-baik saja setelah semua itu.
“Tapi karena ayahnya sudah bangun, bakalan sulit buat dia kembali ke Sekolah.”
“Yeah…”
Karena ayahnya telah koma selama dua tahun. Tubuhnya kemungkinan sangat lemah. Rehabilitasinya akan berat, itu sudah pasti.
Selain itu… dia mengidap penyakit jantung. Ayase sebaiknya menghabiskan lebih banyak waktu bersamanya.
“Dia gak bakal datang buat latihan lagi, ya?”
“…Ini jadi agak sepi.”
“Tapi mau diapain.”
Malahan, itu seharusnya momen membahagiakan, karena Kaito akhirnya bangun, meskipun dokter mengatakan dia tidak akan bertahan sampai musim dingin.
“Itu mungkin singkat, tapi aku mau keduanya ngabisin waktu berharga berdua.”
“…Yeah.”
Dia berharap bersama Stella di sebelahnya seraya memandang langit senja, datapad-nya tiba-tiba berbunyi. Seseorang meneleponnya, dan berbicara seperti iblis! Itu adalah Ayatsuji Ayase.
“Oh! Sekarang dia nelpon. –Hallo?”
“Jadi kamu Kurogane-kun. Saya mendengar tentang kamu dari Ayase. Saya mau kamu menikahinya sekarang juga dan mewariskan doj—“ *Bang**Ugh*
“Ayah ngapain sih? Ayah baru saja bangun setelah dua tahun disini! Maaf Kurogane-kun, si bodoh ini ngomongin hal yang gak pantas. Aku nelpon kamu karena mau berterima kasih tapi…”
“Hahaha! Gak perlu kamu sembunyiin Ayase. Kamu mencintainya ‘kan? Maksudku Kurogane-kun. Orang tua ngerti kok. Pas kamu ngomongin soal Kurogane-kun kamu kelihatan kayak istri yang sayang sama suaminya. Sama kayak ibumu dulu!”
“Aaaaaaaaah! Ahhhhh! Jangan ngomong aneh-aneh—!!!”
“Gak perlu kamu sembunyiin. Ayah baru saja bangun, jadi soal kalian berdua—“
“Kalau gitu balik tidur selama dua tahun lagi—!!!“
“Ugh— …Argh!“
“K-K-Kurogane-kun! L-Lupain yang barusan! K-Kita ngomong nanti!” *Click* —Beep-Beep—Beep—
“…Yah, entah gimana, rasanya Kaito-san bakal hidup lebih lama…”
“Aku juga mikir gitu.”
Tapi yah—
“Tapi setidaknya, semuanya beres ‘kan?”
“Yeah.”
Dojo telah kembali ke Ayase, dan Kaito telah bangun. Ayase mungkin tidak akan datang latihan lebih lama jadi ini terasa sedikit sepi, tetapi, ini bukan seperti adalah kali terakhir mereka bertemu dengannya. Masalah tentang dojo telah mengalami turun naik sejak kejadian di restoran, tetapi sejauh ini semuanya baik.
“Tapi, ini jadi agak sepi sekarang karena satu orang ngilang…”
“Malahan, cuman ada kita disini.”
“Yah benar sih.”
Hari ini, baik Shizuku dan Arisuin juga absen seperti Ayase.
“Ini jarang, Alice bisa dimaklumi tapi kalau Shizuku gak ada…”
“Yeah… mungkin dia capek.”
“… Itu artinya… Kita cuman berdua aja.. ‘kan?”
“…”
Stella menyatukan tangannya dengan tangan Ikki. Dia menatapnya dengan penuh harap. Sejak di kolam renang, hubungan mereka telah menjadi lebih seperti sepasang kekasih, meskipun itu masih sedikit bersifat platonik.
Jadi dengan sinyal ini, mereka akan melakukannya. Duduk di bangku, mereka memperkecil jarak satu sama lain sedikit demi sedikit.
“Stella…”
“Ikki…”
“Ikki…🖤
“”Eh?”” 
Mereka berdua  mendadak berbalik terhadap suara ekstra itu.
“Smooch~ …Eh? Kalian gak mau ciuman?”
Itu adalah Arisuin yang menganggu mereka.
“”UWAAAAAAAAH!!!”
“A-Alice! K-Kamu ngapain!”
“Oh enggak~ Dengan gairah tadi, aku kira kita bisa ngelakuin threesome~”
“”MANA MUNGKIN!!!””
“Aku bercanda, bercanda. Aww~ Kalian berdua tersipu, lucu ngeliatnya~ Ahaha.”
Apakah reaksi mereka aneh? Arisuin menyeka air matanya dan menunjukkan senyum lebar. 
“Tapi tetap, aku kaget. Ngedekatin kayak landak… pelan-pelan, jangan-jangan kamu sudah gak—“
“K-K-Kita belum sejauh itu!!!”
“Ah, yang benar? Tapi yang tadi itu perkembangannya pesat banget loh. Sekarang kalian bisa menggoda satu sama lain.”  
“…Alice, kamu tahu kalau kita sekarang pacaran ‘kan?”
“Uhm, yeah, kira-kira. Tapi itu baru kukonfirmasi hari ini.”
“Ugh…”
Stella menunjukkan ekspresi pahit. Arisuin berkarakteristik sosialis, jadi dia popular diantara anak laki-laki dan perempuan. Jadi kalau mereka melihatnya sekarang, itu mungkin tidak akan bagus—itu mungkin yang dia pikirkan.
Apakah ada suatu cara untuk memperdayanya? Stella mengeluh dengan tatapannya.
Tidak, itu mustahil sekarang. Namun kalau mereka menjelaskan situasinya, mungkin dia dapat merahasiakannya. Jadi dia memutuskan untuk mengakui semuanya kepada Arisuin.
“Hey Arisu, soal ini—“
“Aku tahu, santai saja. Aku gak bakal ngasih tau siapa-siapa.”
Arisuin mungkin telah memperkirakan hal ini. Dia menempatkan jari telunjuknya di depan bibirnya dan mengedip. Seperti yang diharapkan dari seseorang yang bahkan membuat seseorang yang membenci orang lain seperti Shizuku menerimanya, dia tahu bagaimana berurusan dengan orang lain.
“Aku bakal nikmatin ini dari kursi spesial~”
Bukan itu yang diinginkan Stella dan Ikki.
“Astaga, ini kesalahan kepergok disini, tapi Shizuku gak disini bagaikan keberuntungan dalam kemalangan.”
“Benar. Btw, kamu tahu dia dimana, Alice?”
“Yeah. Aku datang telat karena aku main UNO sama fansku tapi Shizuku bilang dia mau latihan sendiri hari ini.”
Latihan sendiri…
“Oh, itu aneh. Shizuku gak mau bersama Ikki. Dan berdasarkan kemauannya sendiri lagi.”
“Yeah, dia mungkin lagi bersiap-siap… Lawannya berikutnya itu gak main-main.”
“Huh? Lawannya sudah diputuskan?”
“Ya ampun, kamu gak tahu?”
Apakah Stella tahu? Arisuin menatapnya tetapi dia menyangkalnya. Tentu saja, Ikki juga tidak mengetahuinya.
“Alice? Siapa lawan Shizuku selanjutnya? Dan apa maksudmu lawan berikutnya itu gak main-main?”
Ikki bertanya, khawatir. Dan Arisuin menunjukkan ekspresi rumit.
“Dia yang terkuat… Peringkat satu akademi.”

Bagian 3
Disaat bersamaan, di arena latihan enam.
Tempat itu digunakan sebagai arena dari pukul 12 sampai pukul lima menjelang pertandingan seleksi, tetapi setelah itu akan digunakan sebagai area latihan untuk battle royale yang siapapun bisa saksikan.
Tentunya mereka akan menggunakan wujud ilusi. Ini berbeda dibandingkan sesi pelajaran dan tanpa adanya aturan sulit dan cepat. Jadi orang-orang yang tidak berpartisipasi dalam pertandingan seleksi juga dapat ikut serta. Untuk alasan itu, Suara pertempuran merebak di seluruh arena setiap hari.
Tetapi hari ini berbeda. Itu benar-benar keheningan yang berkuasa. Panasnya pertempuran juga tidak bisa dirasakan. Hanya atmosfer keheningan mutlak yang bisa dirasakan yang menguasai arena latihan keenam. 
Yah, tentu saja begitu, karena—
“A-Apa-apaan dia itu…”
“Monster…”
Karena setiap kesatria yang bertarung disana telah menjadi bongkahan es.
“Dia telah… mengeliminasi lima puluh orang… seorang diri…!”
Di kursi penonton, seorang murid berbicara dengan suara bergetar. Makna kata-katanya berdasarkan yang terjadi sepuluh menit yang lalu.
Seorang tahun pertama datang ke tempat pelatihan dan mengatakan ini kepada semua yang hadir: dia ingin menghadapi mereka seorang diri.
Seseorang yang menerima tantangan tidak masuk akal ini merasa tersinggung, mungkin.
Tetapi hasilnya…? Penghancuran total. Tidak satupun dari mereka dapat menyentuhnya. Satu-satunya yang masih berdiri disana adalah—‘Lorelei’ Kurogane Shizuku.
“Enggak cukup.”
Dia menghela nafas selagi menyaksikan lahan beku yang dia ciptakan. Dia mengira kalau dia melawan lima puluh dari mereka, itu setidaknya akan menjadi latihan, tetapi ini sama sekali belum cukup.. Apakah Hagun benar-benar bertingkat rendahan? Ini sangat membuatnya stres.
“…Tetapi, kamu gak bakal kecewa ‘kan?”
Dia menunduk ke datapad-nya. Di layar adalah sebuah surat dari komite eksekutif memberitahukan lawannya selanjutnya. Dia adalah peringkat satu Hagun dan sang peringkat empat tahun lalu.
[Lawan untuk Kurogane Shizuku-sama pada pertandingan kesepuluh telah diputuskan adalah Toudou Touka, siswa tahun ketiga.]
Akhirnya! Shizuku membuat senyuman puas di wajahnya.
Dia akhirnya dapat bertarung sambil menahan diri, berhati-hati agar tidak membunuh lawan-lawannya. Fase ini akhirnya telah berakhir.
Dia ingin bertarung dengan lawan yang membuatnya bertarung habis-habisan. Dia telah menginginkan itu untuk waktu yang lama.
Hal semacam ini, aku penasaran apakah ini sama seperti Onii-sama.
Yah, kalau itu ambisinya seperti itu maka akan lebih dekat dengan Stella… Namun, sebagai lawannya, Toudou tidak memiliki kelemahan. Dia adalah seorang lawan yang ingin dihadapinya dengan segenap kekuatannya untuk menang.
Akhirnya.
Akhirnya dia dapat bertarung dengan seluruh kekuatannya.
Akhirnya dia dapat mengalahkan seseorang dengan seluruh kekuatannya.
“Fufufu, ahahahah!”
Meskipun diselimuti oleh suhu dingin, dia tidak dapat menghentikan perasaan sukacita yang menggebu-gebu di dalam dirinya. Tidak, kalau dia demam maka dia tidak akan dapat mengendalikan kekuatannya dari dulu.
Shizuku terus tertawa, selagi menyiapkan raganya terhadap pertarungan yang akan datang.