AFTER BATTLE
(Author : Rafli Sydyq)

    Pertempuran panjang akhirnya benar-benar berakhir. Semua orang kembali melakukan kegiatan yang mereka lakukan sebelumnya seperti mengumpulkan material atau merawat yang terluka.
Kami yang telah mengalahkan boss terakhir sekarang juga sedang mengumpulkan material darinya. Karena itu, kami mendapatkan banyak sekali material dan item berharga.
Kotak besar yang terpasang di punggung Golem itu ternyata berisikan ‘Magic Book’ dan material dari Makhluk Buas yang langka. Tentu saja, kami membaginya dengan adil.
Aku mengambil ‘Magic Book’ yang berisikan mantra untuk Holy Magic dan Light Magic, Shery mengambil semua yang berhubungan dengan Fire Magic, Alexis mengambil buku yang mengajarkan seni berpedang yang disebut dengan ‘Skill Book’, Eve mengambil ‘Magic Book’ yang berisikan mantra Wind Magic dan dia juga mengambil buku yang berisi lagu dan syair kuno yang disebut ‘Music Book’, sedangkan Noel mengambil ‘Magic Book’ yang memuat tentang Water Magic dan Summon Magic beserta semua material yang ada. Untuk sisanya yang kurang kami butuhkan, kami simpan untuk sementara.
Sekarang, hanya ada satu masalah lagi.
“Apa yang akan kita lakukan dengan semua (Mythril) ini?”
Yup, yang terisia dan yang paling tidak kami butuhkan adalah tubuh Golem ini yang seluruhnya terbuat dari (Mythril) murni.
Jujur, ini semua sama sekali tidak penting untuk kami. Alasannya adalah tidak ada satupun dari kami yang menggunakan peralatan yang terbuat dari logam.
Baik Shery, Noel, maupun Eve menggunakan peralatan yang terbuat dari kain khusus maupun kulit Makhluk Buas. Sedangkan aku menggunakan material dari Makhluk Buas yang aku kalahkan. 
Bahkan armor milik Alexis terbuat dari material Makhluk Buas kelas boss yang tinggal di gunung berapi yang memiliki ketahanan tinggi terhadap api dan panas. 
Hal ini disebabkan karena jika dia menggunakan peralatan yang terbuat dari logam, itu hanya akan meleleh karena skill [Fire Possession] miliknya. Dan itu benar-benar pernah terjadi.
Setelah perdebatan panjang, kami semua memutuskan untuk menyimpan sedikit jika saja nanti dibutuhkan dan menjual sisanya.
...
    Sudah dua hari semenjak pertempuran terakhir. Setelah mengumpulkan semua material yang kami butuhkan, kami memutuskan untuk kembali ke kota Harva.
Disepanjang jalan kami diserang oleh beberapa Makhluk Buas seperti Wild Dog dan Mad Bee. Tapi, karena kami terlalu lelah untuk bertarung dan ‘Dimension Bag’ kami telah dipenuhi oleh material, kami pun membiarkan Dark Knight milik Noel untuk mengurus semuanya dan membakar mayat mereka tanpa mengambil material darinya.
Matahari sudah tenggelam saat kami tiba. Karena lelah, kami langsung kembali ke penginapan masing-masing dan langsung tidur dengan lelap diatas kasur.
Keesokan harinya kami pergi ke Guild untuk memberikan laporan tentang Dungeon Wave dan menjual material yang kami dapatkan. Hasilnya, kami mendapatkan total 50.000 R atau sekitar 50 keping gold. Setelah dibagi rata, masing-masing dari kami mendapat 10 keping gold per orang.
Sekarang, kami sedang bersantai sambil makan siang di salah satu restoran. Disana kami menghabiskan waktu dengan menyantap hidangan mewah dan minum anggur yang enak.
Aku saat ini sedang menyantap ayam bakar dengan saus tomat dan ditemani oleh anggur ringan. Alexis sedang sibuk mengunyah daging giling panggang miliknya sambil menenggak bir seperti orang yang sudah berjalan diatas padang pasir selama seminggu.
Sedangkan untuk para gadis, mereka berada di meja yang berbeda dengan kami dan sedang sibuk menyantap makanan mereka sambil mengobrol dengan riang dan terdapat banyak tas belanjaan yang diletakkan dekat dengan mereka. Tidak lupa, adik Eve, Feira juga ikut bergabung dengan kami dan sedang asik menyantap tuna goreng miliknya.
“Aku merasa rasio di Party ini agak sedikit timpang”
“Yah, aku tidak bisa menyangkalnya”
Itu benar, perbandingan antara laki-laki dan perempuan di Party ini agak kurang pas. Kami sebagai lelaki, merasa selalu mengalah pada grup perempuan yang jauh lebih banyak dari kami.
Meskipun secara teknis aku tetap memimpin, tapi posisi pemimpin akan berubah tergantung di toko mana kami singgah.
“Jadi, sampai kapan kita akan satu Party?”
“Sampai kami bisa kembali tinggal di Ibu Kota”
“Oh, begitu”
Hanya seperti itu, telah diputuskan bahwa Alexis dan Eve akan terus bersama kami hingga larangan mereka untuk tinggal di Ibu Kota dicabut.
Yah, aku sama sekali tidak keberatan dengan itu. Apalagi aku senang kalau ada sahabat senasib yang menemaniku berjuang di garis depan. Lagipula, agak kesepian rasanya tidak punya teman laki-laki untuk diajak bicara.
“Lalu, bagaimana perkembanganmu dengan Noel?”
“Cukup bagus, jika saja Golem sialan itu tidak muncul, hubungan kami pasti bisa lebih jauh”
“Ohh... itu kabar bagus. Lalu, bagaimana pendapatmu?”
“Tentang apa?”
“Fakta kalau dia bukan Pemain”
Itu benar, Noel adalah NPC. Secara teknis dia berbeda dengan kami para Pemain. Hubunganku dengan Shery bisa berjalan lancar karena kami berdua sama-sama Pemain. Akan tetapi, bagaimana hubungan antara Pemain dan NPC?
“Aku tidak terlalu peduli tentang hal itu. Terlebih lagi, aku sudah jatuh cinta padanya saat mata kami pertama kali bertemu. Lagipula, dia jauh berbeda bila dibandingkan dengan para pesolek tidak tau diri yang selalu mencoba mendekatiku di dunia nyata”
Faktanya, Alexis sebenarnya adalah putra dari pengusaha kaya di dunia nyata. Lebih jauh lagi, perusahaan Ayahnya adalah mitra dari perusahaan milikku. Hal itu membuat kami beberapa kali bertemu saat dia menemani Ayahnya. Dan karena itulah kami menjadi cukup dekat hingga akhirnya menjadi sahabat.
Dan setiap kali kami bertemu, Alexis pasti akan bercerita tentang para wanita yang menggodanya setiap hari hanya demi mendapatkan harta keluarganya.
Semua itu membuat dia mencari pelarian dan akhirnya dia menemukan Another Soul Online dan ikut berpartisipasi dalam pengujian BETA.
Siapa sangka, kami bertemu kembali di dalam game dan membentuk Party bersama.
“Jadi, bisa dibilang fakta kalau dia bukanlah Pemain sama sekali tidak penting bagimu”
“Tentu saja, aku tidak peduli akan hal seperti itu. Lagipula, aku sangat yakin kalau perasaanku ini sangatlah nyata”
“Begitu yah. Baiklah, sebagai seorang sahabat, aku hanya bisa mendoakan yang terbaik bagimu”
“Terima kasih. Itu sudah lebih dari cukup”
Dengan begitu, kami semua menghabiskan sisa hari kami dengan menanjakan diri karena tidak ada satupun dari kami yang memiliki keinginan untuk menjalankan quest apapun dalam waktu dekat ini.