BAB 16

(Translater : Fulcrum)

 

Sabtu, 28 April, jam 3 tepat.

Di bawah pengawasan Hattori, Tomitsuka dan Takuma saat ini sedang berada di ruang pertandingan #3.

Hattori lah yang menjadi wasit di pertandingan ini. Bisa jadi karena penasaran tentang hubungan mereka berdua atau cuma ingin tahu saja jalannya pertandingan ini, Tatsuya juga ada sebagai penoton.

Tapi tetap saja, dari perspektif Tatsuya, Takuma terlihat tidak punya beban apapun di dirinya, baik secara fisik maupun mental. Aktris itu pasti sudah membereskan semuanya dengan baik. Meski begitu, di saat yang sama, cukup masuk akal jika melihat dia yang tidak “putus” secara formal dari Takuma. Untuk saat ini, Tatsuya yakin kalau ia masih perlu memerhatikannya lebih lanjut.

Orang lain yang juga ada di tempat itu termasuk Miyuki dari OSIS, Sawaki, dan Mikihiko dari Komite Moral Publik, Kirihara dari Komite Manajemen Klub dan juga beberapa pengurus-pengurus organisasi lain. Kirihara bahkan membawa pedang kayunya sekaligus sudah mendapat izin untuk membawa CAD miliknya.

Mereka ada di situ untuk menghentikan pertandingan ini jika terjadi yang tak diinginkan.

Itu karena pertandingan ini ada di bawah peraturan khusus. Lebih jelasnya, seperti “izin penggunaan ‘Million Edge’” yang ada di peraturan pertandingan ini. Mengenai ‘Million Edge’, penggunaannya akan diperbolehkan tidak peduli seberapa besar kekuatannya. Intervensi pertandingan ini hanya akan dilakukan jika pihak lawan sudah mengalami cedera berat. Namun, orang yang mencetuskan peraturan ini adalah Tomitsuka, yang mana merupakan lawan Takuma di pertandingan ini.

Mungkin saja Tomitsuka punya rencana di balik semua itu yang bisa mengatasi ‘Million Edge’. Meski begitu, Takuma juga sudah memperkirakan hal tersebut. Jika keadaan memang seperti itu maka secara tidak langsung menyatakan kalau sihir andalan Keluarga Shippou tidak berguna. Tapi tetap saja, pertandingan ini ada karena Takuma yang memprotes kekalahannya akibat diskualifikasi, karena penggunaan ‘Million Edge’. Oleh karenanya Takuma menerima peraturan khusus itu dengan terbuka dan tidak komplain sama sekali.

Saat ini, Tomitsuka dan Takuma berdiri berhadapan satu sama lain di masing-masing sisi.

Hari ini, Takuma juga mengenakan seragam yang didesain untuk olahraga luar ruangan.

Di sisi lain, Tomitsuka mengenakan seragam Klub Bela Diri Sihir. Atasannya dihiasi kain panjang tak berkancing yang terjahit di sekitar lengan bawahnya dan bawahannya ada pad di kedua lututnya sekaligus celana longgar yang ketat di bagian pergelangan kakinya. Untuk sepatunya, ia memakai sneakers ringan yang digunakan untuk kompetisi. Dengan sarung tangan di kedua tangannya, delapan jarinya (kecuali dua ibu jarinya) dihiasi oleh cincin-cincin yang berfungsi sebagai input CAD terspesialisasi untuk Klub Bela Diri Sihir. Masing-masing cincin terhubung dengan satu  tombol dan ketika jari-jari itu bergerak atau adanya kumpulan Psion di ujung jarinya, sebuah sinyal Rangkaian Aktivasi akan teralirkan dari ujung jarinya berjalan melalui sarung tangannya ke CAD yang terhubung di sekitar pergelangannya. Dengan kata lain, Tomitsuka sendiri sudah menyiapkan segalanya dengan sangat serius.

Berdiri di antara mereka berdua, Hattori membacakan peraturan. Dia hanya membacakannya untuk formalitas saja.

Memberi aba-aba pada mereka berdua, Hattori mengangkat tangannya.

Kegelisahan yang kuat mendadak memuncak. Semua yang hadir di tempat itu bisa merasakan gejolak besar gelombang-gelombang tak terlihat, bukan gelombang Psion, yang ada di antara Tomitsuka dan Takuma.

Tomitsuka sedikit berjongkok. Takuma menaruh tangan kanannya di buku yang menjadi medium yang dibawa di tangan kirinya.

Selain mereka berdua, tidak ada seorang pun yang bergerak atau bersuara sedikit pun. Di tengah keheningan ruangan itu, bahkan suara tarikan napas Hattori bisa terdengar.

“Mulai!”

Suara Hattori memecah ketegangan dan keheningan di tempat itu.

Yang pertama bergerak adalah Takuma.

Atau bisa dibilang, Tomitsuka yang memilih untuk diam.

Takuma membuka ‘buku’nya dan menggunakan jari-jari tangan kanannya untuk membuka beberapa halaman. Takuma melanjutkannya dengan menarik lepas halaman-halaman itu. Merobeknya, sambil menggunakan sihirnya, dia merubah semua robekan kertas itu menjadi kepingan-kepingan salju yang terbuat dari kertas.

Kira-kira ada sekitar 80.000 kepingan salju kertas yang berukuran 4 x 4 cm. Daripada menggunakan ‘Million Edge’ di awal, Takuma memilih untuk menggunakan tehnik keahliannya dan hanya memegang seporsi kecil dari pedangnya.

Melihat hal itu, Tomitsuka tetap tidak bergerak sedikit pun saat dia melihat kepingan-kepingan itu perlahan mendekatinya. Dilihat dari posturnya, dia sepertinya sedang mengumpulkan kekuatan. Dan rasanya memang seperti itu.

Kertas-kertas itu bergabung dan membentuk sebuah figur sambil terbang, seperti empat ular raksasa yang melayang di udara. Target taring ular-ular itu adalah lengan kanan-kiri berserta kedua kaki Tomitsuka. Takuma berencana untuk menyerang organ gerak Tomitsuka dulu ‘tuk melumpuhkannya.

Aliran gerak kertas-kertas yang mendekati Tomitsuka itu melambat dan semakin merapat. Serangan itu melambat sesaat sebelum kembali bergerak cepat. Serangan kepingan-kepingan kertas yang mengelilingi organ gerak Tomitsuka dimaksudkan untuk melukainya.

Di saat yang sama.

Seluruh tubuh Tomitsuka memancarkan sebuah ledakan cahaya Psion. Dihadapkan dengan cahaya terang itu, semua kepingan itu berubah kembali menjadi kertas biasa. Semua 80.000 potongan kertas kehilangan kekuatan sihirnya untuk melambung di udara dan terjatuh ke lantai.

Sawaki, Kirihara, Mikihiko, dan yang lain hanya bisa menutup mata mereka dari pancaran cahaya itu. Tatsuya, Miyuki, dan Hattori menyipitkan mata mereka.

Mereka tahu persis cahaya apa yang terpancar.

“Apa itu ‘Gram Demolition’……?”

Mikihiko bergumam sambil tercengang melihatnya.

“Jadi ada orang di sekolah ini selain Tatsuya yang bisa menggunakannya……..? Dan orang itu kebetulan seangkatan dengan kita…….?”

‘Gram Demolition’ dianggap sebagai kemampuan langka yang hanya bisa digunakan oleh beberapa orang saja. Ini bukan sebuah spekulasi asal-asalan Mikihiko semata, karena itu merupakan kebenaran dan kenyataan yang baru saja mereka saksikan. Dia tidak bisa menahan dirinya tidak tercengang mengetahui ada dua orang di sekolahnya yang seangkatan dengannya yang bisa menggunakan sihir seperti itu.

“Lebih tepatnya, aku yakin seharusnya di nama sihir itu ada kata-kata ‘Sihir Kontak’nya.”

Miyuki lah yang menambahkan perkataan Mikihiko sebelumnya.

“Kau tepat sekali! Seperti yang diharapkan dari Shiba-san, selalu tahu segala hal!”

Sawaki mengangguk-angguk mendengar perkataan Miyuki.

“Omong-omong, Tomitsuka sepertinya agak lebih bersemangat hari ini.”

Sebagai seniornya di Komite Manajemen Klub, Sawaki tahu kalau Tomitsuka akan menggunakan apa yang dikatakan Miyuki sebagai ‘Sihir Kontak Gram Demolition’. Teknik ini berguna untuk menetralkan sihir apapun yang bersentuhan dengan tubuhnya. Untuk sihir seperti ‘Million Edge’ yang menggunakan sihir secara terus-terusan untuk merubah fenomena dengan membentuk kepingan-kepingan tajam dari kertas di udara, ini merupakan sihir yang ideal untuk melawannya.

Sawaki paham betul kalau Tomitsuka mengajukan peraturan itu karena dia percaya penuh akan dirinya sendiri. Sawaki sendiri sebelumnya agak tidak yakin dengan ‘Gram Demolition’ milik Tomitsuka, tapi hari ini ia berhasil menunjukkan dirinya yang lebih baik ketimbang biasanya. Hal ini membuat Sawaki bahagia melihatnya. Dan juga, Sawaki juga punya kepercayaan terhadapnya.

Namun, tidak seperti kakak kelasnya di situ, Takuma tidak punya waktu untuk kagum. Dia paham betul apa maksud perkataan sebelumnya: “’Million Edge’ tidak berguna pada Tomitsuka.”

Dia hanya perlu satu serangan untuk memahaminya.

(….Tidak, memang benar serangan langsung tidak mempan! Tapi dua hari yang lalu, aku baru saja mempelajari aplikasi lain dari sihir itu untuk bisa mencapai hasil yang berbeda!)

Mata Tomitsuka terkunci pada Takuma yang sedang memikirkan kembali percaya dirinya. Sekarang, ada celah di seluruh sisi Takuma. Kalau Tomitsuka mau, dia bisa saja menyelesaikan pertandingan ini seketika. Namun, itu tidak akan ada artinya, karena ia tahu kalau dia tidak bisa menyelesaikan pertandingan ini begitu saja.

Akhirnya, Takuma melakukan pose baru. Sebaliknya, Tomitsuka juga meningkatkan aktivitas Psion-nya. Tangan Takuma pura-pura berusaha membalik halaman bukunya yang mana sebenarnya sedang mengutak-atik CAD di pergelangannya.

Sihir yang digunakannya adalah ‘Air Bullet’. Takuma melontarkan tujuh peluru udara yang melesat ke arah Tomitsuka dengan kecepatan tinggi.

Tanpa menunggu hasilnya, Takuma mengaktifkan sihir selanjutnya. Takuma bahkan yakin kalau sihir itu tidak akan mempan pada Tomitsuka. Serangan ini hanya digunakan sebaga kedoknya saja. Takuma menggunakan Sihir Akselerasi untuk melingkari Tomitsuka.

Tapi, Tomitsuka sudah menunggu Takuma untuk ada di posisi yang diinginkannya.

“Kuh, oof!”

Dia langsung melancarkan kombinasi pukulan berat dan tinju samping. Tidak bisa berdiri, Takuma terjatuh ke lantai. Hanya dengan kegigihannya sajalah ia masih menggenggam buku yang menjadi medium di tangan kirinya. Takuma berusaha mengumpulkan semua semangat bertarungnya untuk menghilangkan pandangannya yang buram dan berusaha mencari sosok Tomitsuka.

Tomitsuka tidak meneruskan serangannya saat dia memandang Takuma yang tergeletak. Biasanya, wajahnya sedikit kelihatan seperti anak kecil, tapi sekarang memancarkan sebuah ekspresi mengejek sambil memandanginya seperti orang yang melihat anjing gila, yang mana itu dirinya. Di mata Takuma, hanya itulah yang terpampang di depannya.

Lonjakan emosi yang mendadak dirasakannya melebihi rasa takutnya saat itu. Berdiri dengan satu kaki, Takuma menggunakan tangan kirinya untuk membalik halaman bukunya.

Serangan pertama pada Tomitsuka dilancarkan dengan dua kali lebih banyak jumlah kepingan kertas sebelumnya. Kali ini kepingan-kepingan itu tidak terpisah menjadi empat melainkan menjadi satu serangan. Semakin banyak kumpulan serangan yang dikendalikannya semakin lemah Kekuatan Pengganggu-nya. Dengan memusatkan semua kekauatan sihirnya dari empat menjadi satu, Takuma menantang langsung ‘Gram Demolition’ Tomitsuka.

Yang mana aslinya cuma pura-pura saja, karena serangan yang sebenarnya adalah yang selanjutnya yang diaktifkan beberapa saat kemudian.

Bermandikan cahaya yang dilepaskan Tomitsuka, 16.000 kepingan ketas itu jatuh kembali ke lantai.

Seakan berusaha menembus awan, 20.000 kumpulan kepingan kertas yang dilepas beberapa saat setelah yang pertama menyerbu langsung kaki Tomitsuka seperti sebuah tornado.

Kena dia, pikir Takuma. ‘Gram Demolition’ adalah sebuah kemampuan untuk melepaskan Psion dalam jumlah besar. Bukan hanya dilepas saja, juga dibutuhkan kekuatan yang cukup untuk menghancurkan sebuah Rangkaian Sihir. Tidak mungkin dia bisa menggunakan hal seperti itu berulang-ulang dalam waktu singkat.

Namun, teori Takuma terbukti salah. Momen ketika ia sadar kalau semua itu cuma keinginannya semata dan bukanlah sebuah teori baru disadari beberapa saat setelahnya.

20.000 kepingan itu kembali dirubah menjadi potongan kertas biasa saat semuanya bersentuhan dengan tubuh Tomitsuka.

Untuk Takuma, yang baru saja bisa berdiri, Tomitsuka mendaratkan pukulan telak mengakhiri pertandingan ini.

 

“Cukup. Pemenangnya Tomitsuka.”

Setelah Hattori mengumumkan nama pemenangnya, Tomitsuka menunduk.

Setelahnya, ia berlutut di sebelah Takuma yang tergeletak di lantai.

“Shippou, apa kau sadar?”

Takuma mengerang seperti sedang kesakitan, menunjukkan kalau ia sadar. Itu karena Tomitsuka memang sengaja menyerangkan dengan kekuatan seperti itu dan semuanya berjalan sesuai rencananya.

“Terima kasih.”

Setelah batuk beberapa kali, Takuma akhirnya menjawab pertanyaannya.

“Kalau begitu, duduklah dulu sambil menyender di tembok untuk istirahat sebentar.”

“Baik.”

Didorong oleh kekalahannya, Takuma menuruti perintah Tomitsuka tanpa memikirkan alasannya. Memegangi perutnya tempat serangan tadi mengenainya, dia terhuyung-huyung dan menyenderkan dirinya ke tembok di sebenang para penonton. Sambil bersandar, Takuma perlahan meluncur turun.

Setelah memastikan Takuma berhasil duduk, Tomitsuka berjalan ke Tatsuya.

“…..Ada apa?”

Setelah mendengar pertanyaan Tatsuya, Tomitsuka yang cuma diam akhirnya membuka mulutnya.

“Shiba-kun, aku ingin melawanmu.”

Terkejut dan sedikit mengamati apa yang sulit untuk dipahaminya, Tatsuya memiringkan kepalanya dan berpikir “Kenapa memangnya?”

Dikelilingi tatapan-tatapan bingung, Tomitsuka dengan tidak nyaman mengalihkan matanya. Tapi, jika dibilang ia ingin menambah kemenangan juga….. mungkin itu berlebihan, dia memasang wajah penuh tekad seperti orang yang siap bungee jumping sambil bertahan dari tatapan Tatsuya.

“Aku ingin Shippou untuk melihat kemampuanmu!”

Tomitsuka memandang Tatsuya dengan mata berapi-api. Di benaknya, dia pasti membayangkan Tatsuya yang sepemikiran dengannya dan mengangguk setuju. Tetapi, hal itu hanya semakin menambah kebingungan Tatsuya.

“Aku tidak yakin aku paham apa maksudmu?”

Momen dia menjawab seperti itu, Tomitsuka jadi merasa sedikit dipermalukan dengan cara yang unik.

“Itu, hmm, agak aneh. Bisa dibilang……”

“Apa bisa Shippou melihat pertandingan antar orang hebat?”

Orang yang menjelaskan maksud Tomitsuka yang sedang panik ialah Hattori. Tapi tetap saja, itu semua tidak cukup untuk menghilangkan kebingungan Tatsuya.

“Untuk menunjukkan padanya pertandingan antar orang hebat, bukankah pertandingan itu lebih cocok antara Ketua Hattori dan Sawaki-senpai?”

“Shiba, semua ini tidak ada gunanya kalau ia tidak melihat seberapa kuat dirimu.”

Penjelasan Hattori tetaplah tidak jelas sampai akhir.

“Onii-sama, bukankah itu ide bagus”

Namun, datanglah sebuah pendukung yang membantu Tomitsuka dan Hattori.

“Aku yakin kalau memberikan contoh pada adik kelas juga merupakan tugas anggota OSIS.”

Untuk alasan tertentu, semua kakak kelas dan teman-temannya (kecuali Tatsuya) yang ada secara tidak sadar mengartikan kata ‘anggota OSIS’ menjadi ‘Onii-sama’.

“Aku juga merasa kalau ini sudah waktunya untuk menunjukkan kemampuan Onii-sama.”

Motif Miyuki bisa dibilang agak sejalan dengan Tomitsuka dan Hattori. Ada sebuah rasa frustasi dan kegelisahan yang signifikan dibalik senyumannya, sampai-sampai Tatsuya merasa ‘akan kacau kalau membiarkannya’.

“……Karena kau sampai seperti itu, baiklah kalau begitu.”

Tatsuya merubah pikirannya, atau lebih seperti merubah keputusannya, dan ini seharusnya tepat seperti yang Tomitsuka inginkan. Meski semuanya jadi seperti ini, untuk alasan tertentu, mood Tomitsuka jadi agak tidak senang.

Perasaan ini tidak cuma terbatas pada dirinya saja.

 

Hattori memperpanjang peminjaman ruangan ini untuk alasan itu. Semua murid Kelas 3 yang ada tahu akan ini. Dengan izin yang sudah ada di tangan, mereka bisa mulai kapan saja setelah selesai membersihkan lantai ruang latihan.

“Serahkan saja padaku.”

Miyuki mengajukan diri untuk membersihkan sisa-sisa kertas yang berserakan di lantai. Setelah menggunakan CADnya, hampir tidak ada jeda sebelum terpaan angin mengalir menggerakkan semua potongan kertas itu. Aliran angin itu bertiup di seluruh lantai dan mengumpulkan semua sampah jadi satu tumpukan dengan seketika. Menggunakan vacuum cleaner yang ada di ruangan, Miyuki membuang potongan-potongan kertas itu.

Melihat Miyuki yang menggunakan sebuah sihir yang rumit dan murni dengan sempurna, para anak Kelas 3 melihatnya dengan penuh kekaguman, Mikihiko dan Tomitsuka juga mengeluarkan suara yang menggambarkan kekaguman mereka, sementara itu Takuma sekali lagi merasa kalah. Selain proses untuk mengkakukan potongan-potongan kertas itu, sihir yang baru saja digunakan Miyuki jauh melebihi kemampuan ‘Million Edge’ milik Takuma.

“Shiba-kun, apa menurutmu sudah cukup?”

“Ah, sudah.”

Tatsuya melepas dan menitipkan jaketnya pada Miyuki.

“Apa lebih baik kalau aku melepas sepatuku?”

“Tidak, begitu saja tidak masalah.”

Perkataannya itu menandakan Tatsuya tidak masalah kalau dirinya terkena tendangan sepatu.

Mengikuti itu, Tatsuya dan Tomitsuka saling berhadapan di tengah arena tanding.

Hattori tetap menjadi wasit. Tapi, dia melewatkan penjelasan aturannya.

“Apa kalian berdua siap? Kalau begitu, mulai!”

 

Seketika Hattori memberikan aba-aba, berdua Tatsuya dan Tomitsuka menjejak lantai.

Berbeda dari pertandingan sebelumnya, Tomitsuka dengan agresif berlari menerjang Tatsuya.

Tapi, elakan Tatsuya lebih cepat. Satu lompatan membawanya ke ujung lain ruang latihan itu sambil mengarahkan CAD bentuk pistolnya pada Tomitsuka.

Sihir yang digunakan Tatsuya adalah Sihir Dekomposisi, ‘Mist Dispersal’.

Tanpa memerdulikan keterkejutan Miyuki, Tatsuya menarik pelatuk CADnya.

Dan tidak terjadi apa-apa.

(Seperti yang kuduga.)

Sepenuhnya berbanding terbalik dari wajah pucat Miyuki yang menutupi mulutnya dengan satu tangan, Tatsuya memasang ekspresi yang menunjukkan ekspektasinya melompat ke sisi lain ruangan untuk menghidari pukulan Tomitsuka yang sudah diperkuat dengan Sihir Akselerasi.

Tatsuya bukan mencoba pura-pura tegar, karena ia sudah meprediksi kalau ‘Mist Dispersal’ pasti akan tidak bekerja.

Di penglihatan Tatsuya, proyeksi sihir Tomitsuka seperti awan tebal, yang berubah jadi semacam pinggiran (outline) tak teratur. Itulah yang dilihatnya ketika ia menggunakan Idea untuk melihat Tomitsuka.

Awan tebal yang mengelilingi tubuh Tomitsuka adalah sebuah armor Psion yang menyelubungi Informasi Diri-nya.

‘Gram Demolition’ adalah sihir yang bergantung dengan tekanan Psion untuk merusak Rangkaian Sihir target.

Namun, Tomitsuka tidak menggunakan Psion seperti peluru untuk menghancurkan Rangkaian Sihir. Lapisan tebal armor Pion yang menyelubungi ‘tubuh’nya menangkis setiap serangan Rangkaian Sihir.

Kalau ‘Gram Demolition’ bersifat artileri, maka ‘Sihir Kontak Gram Demolition’ milik Tomitsuka seperti dinding baja. Terlebih lagi, dinding itu tidak terbentuk dari informasi dan hanya sebuah kumpulan besar Psion yang menyelubungi dirinya. Bahkan bagi Tatsuya, menembus langsung pertahanan seperti itu untuk mempengaruhi sihir Tomitsuka bukanlah sesuatu yang mudah.

Dengan demikian, memanfaatkan fenomena yang dirubah sihir untuk menyerangnya adalah hal yang tidak bisa dihentikan armor Psion itu.

Tapi, selama Tatsuya masih tidak mampu melancarkan serangan melalui Idea, maka dia adalah penyihir lemah yang tidak bisa menggunakan sihir untuk merubah langsung fenomena fisik.

 

Setelah terjangannya telah berhasil dielak hingga lima kali, kekesalan muncul di hati Tomitsuka.

Dia yang dikenal sebagai Range Zero tidak punya sihir jarak jauh. Di sisi lain, dia sangat percaya diri kalau dia dua kali lebih hebat daripada orang biasa dalam sihir jarak dekat.

Namun, serangannya berhasil dielak dengan mudah.

Dia tidak menghindarinya dengan sihir, melainkan dengan kombinasi sihir dan teknik fisik.

(Meski aku punya kecurigaanku sendiri, dia sampai bisa seperti ini……)

Jujur saja, kekagumannya muncul berkat kaliber lawannya. Tapi, di saat yang sama, moralnya hilang.

(Aku tidak akan kalah. Aku jelas tidak mungkin kalah dalam jarak dekat.)

Shippou menghilang dari kesadaran Tomitsuka. Tujuan di balik pertandingan ini sekaligus perannya di pertandingan ini juga sudah hilang dari pikirannya. Seluruh tekadnya telah diorientasikan untuk menang.

 

“Mereka berdua benar-benar hebat! Aku sudah melihat kemapuan Tomitsuka sejak lama, tapi aku tidak pernah mengira Shiba-kun bisa menandinginya.”

“Aku sebenarnya lebih terkejut melihat Tomitsuka bisa mengimbangi Shiba Ani di pertarungan.”

Mendengar pembicaraan kakak kelasnya, Mikihiko hanya bisa terpukau. Opininya sejalan dengan Kirihara. Dia tidak pernah menduga ada orang seangkatannya yang bisa menandingi Tatsuya di pertarungan. Mikihiko merasa kalau ini kali pertamanya melihat Tatsuya sampai tersudutkan seperti itu di pertarungan.

Tatsuya sudah lama terus menghindari serangan Tomitsuka. Sekarang, dia terpaksa untuk menyerang balik. Tatsuya memegang CAD di tangan kanannya menjadi tanda jelas kalau Tatsuya sudah tidak punya pilihan. Menurut peraturan pertandingan ini, menggunakan CAD untuk menyerahng lawan merupakan pelanggaran. Bahkan tanpa adanya peraturan itu, serangan beruntun Tomitsuka tak terpungkiri memojokkan Tatsuya.

Mendadak sedikit merasa khawatir, Mikihiko mengarahkan pandangannya ke sisi lain.

Di situ, Miyuki menunjukkan ekspresi yang benar-benar terpaku saat ia mengarahkan semua konsentrasi dan perhatiannya pada kakaknya.

 

Duduk bersandar di dinding, Takuma benar-benar terkejut dengan pertandingan yang terjadi di depan matanya.

Jika dilihat sekilas, ini tidaklah lebih dari sebuah pertandingan biasa. Tidak, karena adanya tendangan itu, pertandingannya seperti sebuah pertandingan bela diri. Namun, ada sihir tingkat tinggi di balik setiap serangan. Karena dia tahu ini membuat syok yang dirasakannya semakin meningkat.

Tomitsuka memperkecil jaraknya dengan kecepatan yang tidak bisa diikuti mata telanjang. Meski dia menggunakan Sihir Akselerasi Diri untuk meningkatkan kecepatan fisik tubuhnya, ini kecepatannya masih belum bisa dibilang maksimal. Di alam sadarnya, dia membatasi kecepatannya tidak melebihi batas kesadarannya.

Meski begitu, disini tempo Tomitsuka kelihatan tidak teratur. Seketika dia menjejakkan kakinya untuk maju, ada sedikit miskonsepsi yang mengira lantainya ikut bergetar. Tentu saja, getaran itu dibentuk oleh sihir Tatsuya. Meski begitu, bahkan jika gelombang getarannya muncul di tempat Tomitsuka berdiri, itu semua akan dihilangkan oleh (kemungkinan besar) aktivasi ‘Gram Demolition’. Takuma secara pribadi sudah merasakannya langsung. Walau begitu, dampak akibat getaran ini murni fenomena fisik dan tidak bisa dihilangkan oleh ‘Gram Demolition’. Kalau ini terjadi di permukaan yang berlumpur atau lantai keras, maka dampak itu mungkin tidak akan sekeras itu sampai bisa dirasakan. Namun, lantai ruang latihan ini didesain dengan kepadatan dan fleksibilitas untuk membantali orang yang jatuh tanpa mengganggu gerakan. Karena itu, Tatsuya menggunakan sihir itu.

Tubuhnya sudah memerhitungkan segalanya sebelum getaran itu muncul, jadi Tomitsuka berhenti sejenak untuk memaksimalkan kelincahan gerakannya. Menggunakan celah sesaat ini, Tatsuya mengarahkan CADnya pada Tomitsuka dan menarik pelatuk. Di saat yang sama, Sihir Tipe Osilasi menerpa Tomitsuka dengan kecepatan yang tinggi bahkan sampai Takuma tidak sempat menyadari peluncuran Rangkaian Aktivasi-nya. Berdasarkan gelombang Psion-nya, sihir ini mengandung Sihir Tipe Osilasi dan Non-sistematik.

Sihir ini tidak memiliki kekuatan untuk menjatuhkan Tomitsuka. Takuma menduga kalau sihir ini mungkin sihir itu mungkin lebih menekankan pada kecepatan daripada kekuatan. Takuma juga menduga kalau dia tidak bisa mengenali Rangkaian Aktivasinya karena itu semua sudah diatur seperti itu atau itu karena efek CADnya.

Meski begitu, tidak punya kekuatan untuk menjatuhkan Tomitsuka bukan berarti tidak berefek. Setelah terkena gelombang Psion itu, selubung Psion yang mengelilingi tubuh Tomitsuka mulai sedikit goyah. Berubah jadi tidak stabil dan seperti asap, gelombang Psion itu sedikti mengganggu indera Tomitsuka.

Serangan selanjutnya lah yang sesungguhnya. Menggunakan telapak tangan kirinya, Tatsuya mendaratkan tapaknya pada Tomitsuka. Takuma merasakan semacam sihir yang ada di telapak tangan kirinya.

Sekali lagi, Tatsuya menunjukkan serangan yang berbeda. Kali ini, Tomitsuka menunjukkan sebuah posisi defensif. Menggunakan lengan kanannya yang terselubung oleh ‘Sihir Kontak Gram Demolition’, dia menghalau tapak Tatsuya yang mengandung Sihir Tipe Osilasi. Dihadapkan dengan berbagai serangan yang berbeda, Tomitsuka hanya menggunakan satu jenis pertahanan untuk melindungi dirinya.

Di titik ini, tangan kiri Tomitsuka menusuk perut Tatsuya. Menghindarinya sulit karena serangan sebelumnya sudah dihalau, dan Tatsuya kesulitan untuk memblok dengan lengan kanannya.

Tomitsuka mengaktivasi Sihir Akselerasi ‘Explosion’. Di tengah menggunakan sihir itu, Tatsuya menggunakan ‘Gram Demolition’ untuk menghancurkan sihir yang sedang diaktifkan.

Untuk bisa menghindari serangan lanjutannya, Tatsuya melompat jauh ke samping. Takuma sesaat lupa untuk bernapas saat melihat pertandingan ini. Dia tidak bisa percaya ada yang ada di hadapannya dan kagum dan takut di saat yang sama sebagai seorang penyihir.

Sihir Akselerasi Tomitsuka sudah dinetralkan. Menggunakan fenomena yang terganggu sebagai pijakan, Tatsuya mengaktifkan Sihir Akselerasinya sendiri.

(Memangnya itu bisa!?)

Takuma ingin meneriakkan itu keras-keras. Kalau saja syoknya tidak seberat ini, dia sudah pasti akan meneriakkannya. Memang benar dengan perubahan fenomena yang setipe, sihir selanjutnya bisa diaktifkan tanpa mengalami gangguan dari kekuatan penggangu sebelumnya. Karena ‘Explosion’ adalah vektor akselerasi yang melebar secara semi-menyelubung, akselerasi ke samping tidak menyalahi prinsip dasar ini.

Namun, itu bukan sebatas menyalahi prinsip dasar. Takuma tidak pernah tahu orang bisa menggunakan sihir orang lain untuk menciptakan perubahan fenomena yang bergerak selaras dengan hukum fisika.

Apa yang terpampang di depan matanya adalah ‘sihir’ yang sama yang digunakannya. Mereka adalah teknik yang satu kategori. Tapi, sihirnya sendiri jauh di bawah apa yang ada di hadapannya. Takuma benar-benar terkalahkan oleh duel di luar dugaan di depan matanya.

 

(Seranganku tidak kena!)

Tomitsuka perlahan semakin kesal.

Pertandingan ini belum berjalan terlalu lama. Baru 10 menit sejak dimulainya pertandingan. Tapi, tidak seperti sensasi fisiknya, kelelahan mental Tomitsuka merasa seakan dia sudah bertanding selama berjam-jam.

Situasinya saat ini menguntungkannya. Tak diragukan lagi, dia lah yang diuntungkan. Tomitsuka yakin sepenuhnya dengan penilaiannya tersebut. Meski dia belum melancarkan pukulan telaknya, Tomitsuka merasa kalau serangannya mulai berdampak meski selalu jatuh di pertahanan lawannya. Tomitsuka merasakan itu dari kontak tubuhnya.

Meski begitu, Tatsuya bukanlah satu-satunya yang menerima serangan. Tomitsuka sendiri tidak bisa merasakan berapa banyak serangan yang diterimanya. Meski dia berhasil menghalau serangan lawan, itu semua sudah melemahkannya melalui miskonsepsi dan bukan dari fisiknya. Tapi, jelas kalau miskonsepsi ini perlahan menyebabkan pelindungnya mulai runtuh. Masing-masing serangan yang ditujukan padanya sejalan menunjukkan kalau itu semua mengandung Sihir Tipe Osilasi. Osilasi itu akan memantul dari pelindungnya dan hilang, tapi di saat itu, getaran yang diciptakan tetap mengalir di pelindung itu. Getaran itu akan mengguncang Psion, menyebabkan selubung Psion untuk memuai seperti dipanasi, memperingatkan Tomitsuka akan ketahanannya yang menurun di momen-momen itu.

Tomitsuka sendiri tidak mampu untuk menembakkan Psion di target yang jauh dan hanya bisa menjaga selubungnya tetap di tubuhnya. Kekurangan ini jelas menjadi alasan kenapa dia tidak mampu menggunakan sihir jarak jauh. Ilmuwan sihir yang dipanggil orang tuanya menjelaskan kalau fenomena ini menunjukkan kalau ‘core’nya menarik Psion dengan kuat, oleh karenanya tidak memungkinkan Psion untuk bisa mengalir keluar tubuhnya. Di tingkat tertentu, ‘Sihir Kontak Gram Demolition’ yang Miyuki dan Sawaki bicarakan sebelumnya adalah hasil dari ketidakmampuannya.

Tomitsuka sudah lama mengetahui kondisinya. Setelah melakukan banyak usaha untuk bisa menggunakan sihir jarak jauh, dia akhirnya mengubah kondisi uniknya menjadi senjata jarak dekat yang tidak dimiliki penyihir lain. Saat dihadapkan dengan serangan fisik murni seperti gelombang kejut yang dihasilkan serangan Sawaki, orang yang mendapat julukan memalukan ‘Mach First’ dari Ketua Komite Manajemen Klub yang hanya diketahui anggota klubnya saja, semua ini hanya pertahanan yang setingkat lebih tinggi, tapi jika bicara masalah kontak langsung dengan sihir, Tomitsuka punya kepercayaan diri penuh akan dirinya.

Meski begitu, selubung Psion yang seharusnya hanya bisa menyelubunginya malah perlahan melebar akibat serangan Tatsuya.

Hal ini menyerang Tomitsuka sampai-sampai tidak bisa diekspresikannya. Bukannya ini hal yang diinginkan semua orang tapi mustahil dilakukan?

Tomitsuka segera menenangkan hatinya.

Orang yang sedang melawanannya bukanlah lawan yang bisa dikalahkannya sambil memikirkan hal-hal tidak penting.

Untuk mengakhiri semua ini, ia memutuskan untuk menggunakan kartu andalahnnya.

 

Seluruh tubuh Tomitsuka ditutupi oleh Psion. Selain Tatsuya, semua orang yang menonton bisa merasakannya juga.

Tubuh Tomitsuka terakselerasi dengan kecepatan yang bombastis. Dua orang yang sadar kalau ini bukan karena Sihir Akselerasi Diri hanyalah Tatsuya dan Sawaki.

Psion yang menyelubungi tubuh Tomitsuka seperti awan tak berbentuk yang mendadak teratur. Mereka diatur oleh pikiran Tomitsuka.

Lebih akurat daripada sebelumnya, Tomitsuka melayangkan sebuah tendangan tengah.

Rangkaian Sihir ‘Heating’ menutupi kakinya. Kalu kena tendangan itu, dampaknya sama saja seperti dimasak dengan gelombang mikro elektromagnet. Menggunakan sikunya sebagai titik fokus untuk ‘Gram Demolition’, Tatsuya berencana untuk menghadang tendangannya yang dipenuhi ‘Heating’.

Tapi, kaki kanan Tomitsuka tak tahu kenapa berhenti seketika sebelum bersentuhan dengan siku kiri Tatsuya.

Sihir ‘Heating’ itu dinetralkan oleh ‘Gram Demolition’ yang dikeluarkan dari siku Tatsuya, tapi bagi Tomitsuka, itu sudah diduganya.

Dari posisinya sekarang dengan kaki kanannya yang terangkat, Tomitsuka menggunakan tinju samping. Tidak, bukan tinju samping. Dia tidak menggunakan kepalannya melainkan jari-jarinya, menunjukkan apa yang dilakukannya adalah sebuah pukulan tapak. Tapi masih saja, posturnya sekarang biasanya tidak akan memungkinkannya untuk menyerang dengan kuat.

Meski begitu, tapak Tomitsuka cepat dan ganas. Menekuk pinggangnya untuk menangkis tendangan, Tatsuya berada di posisi dimana dia tidak mampu menghindari serangan ini.

Pah, sebuah suara semu yang terdengar.

“Onii-sama!”

Beriringan dengan teriakan itu.

Tubuh Tatsuya berguling di atas lantai.

Menurunkan kaki kanan dan menarik tangan kanannya sambil berdiri dengan satu kaki, Tomitsuka berkedip terkejut sambil berdiri seperti boneka.

“…….Tomitsuka cukup licik. Kancil satu itu mengincar gendang telinga Shiba Ani.”

Kirihara melihat serangan tapak Tomitsuka sebenarnya membelok untuk mengkonsentrasikan tekanan udara di titik kontak.

“Ho, dan dia sendiri juga berhasil menghindarinya! Aku tak bisa percaya dia berhasil menetralisir ‘Self Marionette’ Tomitsuka dengan kondisi seperti itu. Shiba-kun, kerja bagus!”

Ketika dua anak Kelas 3 selesai berbicara, Tatsuya sudah bangkit berdiri. Sawaki dengan sigap menyadari Tatsuya yang berguling untuk memperlebar jarak.

Ekspresi kaget Tomitsuka muncul karena tidak adanya tangkisan fisik yang diyakininya tak terhindarkan. Kalau Tatsuya mengkakukan lehernya untuk mencegah kepalanya bergoyang, maka dia bisa saja mengkakukan kaki dan pinggangnya untuk menghasilkan dorongan balik yang sama pada tangannya. Kalau dia melompat mundur seperti biasa searah dengan gaya pukulannya, maka kontaknya akan terasa lembut. Dengan kata lain, Tatsuya rileks di saat yang sama dia memberikan gaya.

Tomitsuka mengenyahkan semua keterkejutan dari hatinya saat ia mengaktifkan ‘Self Marionette’ lagi. Ini adalah tipe sihir yang hanya digunakan Sihir Tipe Gerakan untuk menggerakkan tubuh fisiknya. Rangkaian Aktivasi ini berfungsi untuk menekan resistensi sihir tubuh semaksimal mungkin sambil memastikan tidak melebihi batas kemampuan sendi.  

Ini bukanlah sihir yang bisa digunakan sembarangan orang. Dari segi desain, Sihir Modern hanya bisa meniru gerakan. Namun, ini masih bisa menghasilkan serangan seperti sebelumnya yang seharusnya mustahil menurut anatomi manusia dan fisika.

Tomitsuka merubah dirinya menjadi seorang dalang yang memegang tubuhnya sendiri seperti sebuah boneka dan menyerang Tatsuya dengan cara yang berlawanan dengan hukum fisika. Dan Tatsuya mengamati gerakan Psion yang menyelubungi Tomitsuka.

Seluruh tubuhnya sudah tertutupi oleh satu Rangkaian Sihir. Itu melebihi Rangkaian Sihir kompleks yang bahkan sulit untuk diciptakan seorang penyihir kelas atas sekalipun. Mungkin itu karena dia tidak ingin mereka untuk mengganggu Rangkaian Sihirnya, tapi Psion tidak teratur yang menyelubungi dirinya sekarang sudah lebih rapi dan teratur, membentuk kembali sebuah Eidos tak tersentuh yang hanya bisa dikendalikan ‘Self Marionette’.

Kekacauan itu sudah bertransformasi kembali jadi teratur.

Baik wujud dan desainnya sudah teratur.

‘Decomposition’ milik Tatsuya bisa menghancurkan desainnya. Meski dia tidak mampu menghancur objek yang tak berwujud, dia bisa mendekonstruksi apapun yang ada asalkan itu Eidos-nya.

Awan Psion tak berwujud yang menyelubungi Tomitsuka sekarang punya wujud yang dibuat oleh sihir Tomitsuka sendiri.

Melalui ‘Elemental Sight’, Tatsuya bisa mengetahui hal ini dengan cepat. Dia juga melihat kalau ini adalah sebuah kesempatan besar untuk menang.

Tatsuya mengalirkan Psion ke CADnya. Dia tidak pura-pura menggunakan CADnya tapi sebenarnya ia menggunakan CAD untuk Sihir Dekomposisi. Sihir yang dipilihnya adalah ‘Gram Dispersal’.

Tatsuya menarik pelatuk.

Dengan mengetahui wujudnya, sihir Tatsuya yang menghancurkan informasi merusak armor Tomitsuka.

Marionette petarung itu sudah dikunci oleh Tatsuya.

Tatsuya mengumpulkan sebuah konsentrasi Psion di tangan kirinya.

Kumpulan itu sangat keras hingga mampu menembus armor Tomitsuka bahkan meski selubungnya dapat pulih kembali.

Itu bukan untuk menyembunyikan kekuatannya, tapi untuk memenangkan pertandingan ini. Daripada memilih sihir yang dia paling nyaman tapi masih bisa ditahan oleh armor yang hancur itu, Tatsuya memilih peluru sihir yang pasti bisa menembus armor yang sedang beregenerasi itu.

Didesain dan diasah untuk mampu melawan objek nonmanusia, ‘Far Strike’ bertekanan dan berdaya penetrasi tinggi yang dinamai ‘Armor Piercing Psion Bullet’ (oleh Yakumo) ditembakkan dari tangan Tatsuya dan menembus sang marionette petarung bernama Tomitsuka.

 

Terkena tembakan dari sebuah meriam tak berwujud, Tomitsuka terlontar ke belakang. Ini adalah efek dari ‘Self Marionette’. Sekali dia mendapat pukulan kuat secara langsung, efeknya akan menulis ulang variabel-variabel Rangkaian Sihirnya. Menggunakan Rangkaian Sihir yang tidak punya perintah yang lengkap mengakibatkan miskalkulasi teoretis yang pada akhirnya berakhir dengan kekalahan Tomitsuka.

Terlontar ke belakang oleh sihirnya sendiri, Tomitsuka tergeletak dengan tangan dan kakinya yang terbuka dan tidak bergerak sedikit pun. Karena tidak mampu mengembalikan kekuatan ke ototnya, dia mengalami gegar ringan.

“Pemenangnya, Shiba.”

Setelah memastikan kondisi Tomitsuka, Hattori menyatakan Tatsuya sebagai pemenangnya.

“O……”

Setelah bergumam “Onii-sama”, Miyuki menundukkan kepalanya. Lupa dengan keadaan, dia hampir saja menerjang ke Tatsuya sampai akhirnya ia sadar di detik-detik terakhir.

Tatsuya tersenyum hangat kepada Miyuki saat dia mengangkat kepalanya.

Mengangguk pada senyuman cemerlang adiknya, Tatsuya melihat sekelilingnya.

Dia menaruh CAD di tangan kanannya kembali ke tudungnya dan berjalan ke arah Tomitsuka yang tergeletak di lantai.

“Tomitsuka, apa kau bisa berdiri?”

Masih tergeletak di lantai, Tomitsuka menggunakan tangan kanannya untuk menggenggam erat tangan kanan Tatsuya.

“Terima kasih.”

Dibantu berdiri oleh Tatsuya, Tomitsuka akhirnya kembali berdiri. Dia kelihatan agak terhuyung-huyung, tapi gegarnya kelihatannya tidak terlalu serius. Pijakan Tomitsuka segera kembali normal.

“Seperti yang kuduga. Kau memang sangat kuat, Shiba-kun.”

“Kau juga, Tomitsuka. Itu sakit sekali.”

Dihadapkan dengan kejujuran Tomitsuka yang sedang melepas helmnya, Tatsuya tersenyum kembali dengan wajahnya yang memerah.

Di samping mereka, sebuah siluet berpapasan dengan mereka.

“Ah, hei, Shippou!”

Tanpa menoleh, Takuma pergi meninggalkan ruang latihan #3.

 

◊ ◊ ◊

Di sudut garasi Klub Robotik, sebuah area kosong di samping fasilitas latihan outdoor telah menjadi tempat yang ramai untuk menongkrong.

Tapi, Takuma belum pernah ke sini karna alasan itu. Dia kebetulan ke tempat itu setelah melarikan diri dari pasang-pasang mata dan telinga orang-orang.

Takuma berdiri diam untuk waktu yang lama di depan pohon besar yang kebetulan tidak mempunyai legenda kutukan. Namun, mungkin karena dia tidak mampu mengontrol kekesalan yang bergejolak di dirinya, dia mendadak mulai memukuli pohon itu dengan tangan kanannya.

“Sial, sial, SIAL!”

Dia sampai lupa sudah berapa kali dia memukuli pohon itu.

“Hentikan itu, Shippou. Tanganmu berdarah.”

Saat kekesalannya semakin meningkat, sebuah suara memanggilnya dari belakang.

Takuma segera menolehkan kepalanya.

Di situ, dia melihat Kasumi melihatnya terkejut.

“Saegusa, kau!”

Melihat Takuma menatapnya dengan penuh amarah, Kasumi mengangkat kedua tangannya dan menggerakkannya menunjukkan arti ‘tidak’.

“Ah, jangan salah paham. Aku tidak mengikutimu. Aku hanya kebetulan ada di sini.”

Setelah berkata seperti itu, Kasumi berjalan mendekati Shippou yang tidak percaya. Dia mengeluarkan sapu tangan dan melipatnya menjadi semacam perban sebelum mengangkat tangan Takuma yang memandanginya sepanjang ia melakukannya.

“Apa yang kau lakukan!?”

“Ah…… kulitnya terkelupas.”

Kasumi mengerutkan alisnya melihat darah itu dan membungkus sapu tangan itu di tangan Shippou yang terdiam.

“Maaf, aku belom dapat izin menggunakan Sihir Penyembuhan. Jangan lupa, kau lebih baik pergi ke UKS nanti.”

Takuma tidak mampu menjawab perkataan Kasumi. Dia hanya bisa menatap sapu tangan yang ternoda darahnya.

“Oh, dan kau tidak perlu mengembalikan sapu tangan itu.”

“………..”

Berdiri di depan Takuma yang diam tak bergerak sama sekali, Kasumi menarik napas dalam.

“Kau pasti dikalahkan habis-habisan.”

“…………”

“Seperti yang kuduga, tingkat kakak kelas terlalu tinggi.”

“…….Kenapa?”

Mata Takuma tetap menatap ke bawah.

“Hm, kenapa apa?”

Akhirnya melihat reaksi, Kasumi melanjutkan kalimat tanyanya.

“Kenapa mereka-mereka itu sangat kuat!?”

Sebuah teriakan penuh rasa sakit. Teriakan ini pasti yang orang-orang maksud ‘naik setum’, pikir Kasumi. Untuk siapa kata ‘mereka-mereka’ itu merujuk, Kasumi sudah bisa menebaknya.

“Mereka juga anak SMA seperti kita, ya ‘kan!? Hanya selisih satu tahun! Meski begitu, kenapa mereka-mereka itu bisa kuat sekali!?”

“Apa harus ada alasan khusus?”

“Apa kau bilang…….?”

Kasumi akhirnya merasa kalau mereka akhirnya bisa memulai pembicaraan, tapi dia cukup bodoh mengatakan hal itu di depannya.

“Mereka pasti kuat karena mereka sendiri. Memang benar…… kalau dipikir-pikir alasannya, maka mereka pasti berlatih keras untuk bisa seperti sekarang, ‘kan?”


“Aku juga……!”

“Ya, kau juga sudah bekerja keras. Aku juga sama. Tapi, jelas mereka lebih kuat karena mereka lebih berusaha, benar tidak?”

“……….”

“Aku tidak bilang kau tak berbakat, ‘ngerti? Aku juga yakin kalau sebagian besar dari kekuatanku datang dari talentaku.”

“…………”

“Tapi, tingkat ‘kuat’ itu sudah cukup menyulitkanku….. Jelas itu sudah bukan dari talenta lagi, setuju tidak?”

Takuma mengangkat kepalanya dan menatap mata Kasumi.

Dari mata Takuma, sebuah air mata penyelesan menetes.

“Lagipula, aku tidak benar-benar tertarik mencapai tingkat ‘kuat’. Karena kau ingin menjadi lebih kuat, maka itu masalahmu. Ingatlah, kekuatan Shippou adalah sesuatu yang dimiliki Shippou.”

Saat dia selesai mengatakan itu, Kasumi berjalan berbalik dan menghilang dari pandangan Takuma.

Sekali lagi, Takuma melampiaskan amarahnya pada pohon itu, kali ini ia menggunakan telapaknya dan bukan tinjunya.

 

◊ ◊ ◊

Setelah berpisah dari anggota Komite Manejemen Klub yang diketuai Hattori, Tatsuya kembali ke ruang OSIS dan duduk di depan mejanya sebelum membuka komunikator. Mengetik di keyboard dengan kecepatan yang hampir tidak bisa diikuti oleh mata telanjang, penerima pesan yang diketiknya adalah seseorang yang saat ini ada di ruang OSIS.

((Ya, Tuan?))

Men-setting Tatsuya sebagai lawan bicaranya, Pixie mulai berkomunikasi via telepati.

((Apa kau sudah selesai merubah catatan?))

Menghindari dokumentasi tertulis anggota OSIS yang lain,

((Sudah selesai seperti yang Tuan perintahkan. Sebuah rekaman palsu sudah terunggah.))

Dia menerima jawaban yang diingankannya.

((Tuan, apa pekerjaan saya bagus?))

((Bagus. Terima kasih atas kerja kerasmu.))

Dia menyampaikan rasa terima kasihnya pada monster yang menyimpan rahasia itu.

((Kau bisa istirahat untuk hari ini.))

((Baik, Tuan. Memasuki mode stand by.))

Setelah memerintahkan boneka itu untuk istirahat, Tatsuya menghapus semua catatan percakapan.