OLD FRIENDS
(Author : Rafli Sydyq)

            Setelah memaksa masuk melewati kerumunan, kami akhirnya bisa melihat penyebab sebenarnya dari keributan yang sedang terjadi.
“Ah.... ini sungguh sebuah masalah”
Dihadapanku terdapat total lima orang Petualang yang sedang beradu mulut dan hanya menunggu waktu sebelum hal buruk terjadi.
Terdapat tiga orang Petualang yang tampak seperti Warrior, dengan peralatan biasa yang bisa dengan mudah kau jumpai di toko. Dan dihadapan mereka terdapat dua orang Petualang dengan pakaian yang tampak mewah.
Yang satu adalah seorang Knight tampan dengan baju besi mengkilap dan rambut semerah bara api. Sedangkan disebelahnya berdiri seorang wanita cantik dengan rambut hijau tosca dan mengenakan semacam gaun pertunjukan dan ditangannya terdapat sebuah kecapi, sudah jelas kalau job nya adalah seorang Bard.
Dari [Identify] aku bisa mengetahui kalau mereka semua adalah Pemain, dan aku mengenal dua orang diantara mereka.
Mereka berdua adalah temanku dari waktu BETA. Sang Castle Knight, Alexander Marvelia Leonhart dan sang  Orchestra Singer, Everly Marvelia Sylvia
“Bisakah kalian menyerah saja? Tidak perlu untuk kalian membuat keributan lebih dari ini”
Yang berbicara adalah si Knight Alexander atau yang biasa kupanggil Alexis. Dari nada bicaranya, dia tampak sedang menasehati tiga Petualang lainnya. Yang dibalas oleh mereka dengan sangat kasar.
“Jangan bercanda! Jika kalian berdua sejak awal tidak mengganggu urusan oran lain, tidak mungkin hal seperti ini akan terjadi!”
Untuk memahami situasinya, aku bertanya pada orang yang ada disampingku. Dan dari situ aku tau kalau awal mula semua ini adalah karena tiga orang Pemain yang sedang mencoba menggoda gadis NPC dan memaksanya dengan kasar.
Hal itu menyebabkan keributan yang membuat dua orang Pemain lainnya yaitu Alexis dan Everly, atau yang biasanya kupanggil Eve yang saat itu sedang lewat mencoba menghentikan mereka dan jadilah situasi saat ini.
“Rafa, apa yang akan kau lakukan?”
Melihat kesamping, Shery sedang menatap padaku. Wajahnya menandakan kalau dia tidak terlalu tertarik dengan hal ini dan tidak apa-apa jika aku mengabaikannya. Sayangnya, kali ini aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja.
“Well, biasanya aku akan mengabaikannya. Hanya saja dua orang itu adalah kenalanku, jadi...”
Aku merentangkan tangan kananku kedepan. Meskipun ini adalah pertama kalinya aku menggunakannya, jadi kurasa ini adalah tempat yang baik untuk mengujinya.
[Light Magic-Chain of Truth] Sebuah rantai cahaya meluncur maju sambil membuat suara yang khas dan akhirnya melilit ketiga Petualang itu dan membuat mereka tidak bisa bergerak.
“Hah?”
“Apa yang sedang terjadi?”
“Darimana datangnya rantai ini?”
Sontak, semua perhatian tertuju pada sumber rantai itu, yaitu aku. Mengabaikan mereka semua, aku berjalan menghampiri mereka.
“Jadi... bisakah kalian jelaskan padaku apa niat kalian sebenarnya?”
“Tentu saja untuk bersenang-senang. Tidak mungkin bagi kami untuk mendapatkan gadis secantik dan seimut dirinya di dunia nyata. Lagipula dia hanyalah sekedar NPC, sudah sewajarnya bagi dia untuk melayani kami para Pemain”
Efek khusus dari [Chain of Truth] adalah mampu untuk membuat targetnya berkata jujur tanpa bisa berbohong. Dengan begitu, semua hal yang dikatakan oleh ketiga Pemain tersebut adalah kebenarannya.
Seperti dugaanku, mereka adalah tipe Pemain yang hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa memperhatikan keadaan sekitarnya dan mencoreng nama Petualang yang sebenarnya.
“Eve, bisakah kau tidurkan mereka? Akan merepotkan bila ini terus berlanjut”
“Tentu saja”
Atas permintaanku, Eve segera memetikan senar kecapi yang dia pegang dan merafalkan sebuah skill yang bernama [Magic Song-Lullaby].
Sebuah suara yang sangat menenangkan dimainkan dari kecapi. Tiga orang Petualang yang membuat masalah pun jatuh tertidur setelah mendengarkan suara petikan yang ditambahi sihir.
“Sekarang kita hanya harus menyerahkan mereka kepada pihak berwajib”
Tidak lama setelah itu, pasukan keamanan datang untuk meringkus mereka. Kami memberikan alasan kalau mereka adalah Petualang yang sedang mabuk berat dan menyebabkan keributan.
Setelah melihat mereka bertiga dibawa pergi dengan cara diseret sepanjang jalan, kami segera menjauh dari tempat kejadian.
“Syukurlah kau datang, kalau tidak aku mungkin sudah menghajar mereka sampai puas”
Seperti biasa, Alexis yang suka berpikir simpel sudah pasti akan mengambil jalan yang paling mudah jika negosiasi terasa tidak memungkinkan.
“Heh, kalau kau melakukannya maka aku juga harus mengikatmu dan menyalibmu didepan orang banyak”
“Hei bukankah itu keterlaluan”
Kami terus bersenda gurau sepanjang jalan. Disaat kami berada diatas jembatan, Shery menarik lengan bajuku dan beratnya.
“Hei, Rafa, siapa mereka sebenarnya?”
Oh, aku lupa memperkenalkan mereka pada Shery.
“Ya... begini, mereka adalah kenalanku disaat BETA. Si Bard ini adalah Everly sedangkan Knight otak otot ini adalah Alexis”
“Salam kenal, panggil saja aku Eve”
“Hei! Rafael! Sudah kubilang berhenti memanggilku begitu. Namaku adalah Alexander”
“Salam kenal, namaku adalah Sherina. Mohon kerjasamanya”
Mengabaikan protes keras dari Alexis, Shery memperkenalkan dirinya dengan sopan.
“Oh, benar juga. Ngomong-ngomong apa yang sedang kalian lakukan disini?”
Disaat kami terakhir kali bertemu, mereka memilih untuk menjadikan Ibu Kota sebagai basis mereka. Jadi sungguh tidak biasa melihat mereka berdua jauh dari istana.
“Ahh... kalau itu sebenarnya itu salahmu”
Eve lalu bercerita kalau mereka diperintahkan oleh orang tua mereka di game untuk pergi berpetualang untuk mengumpulkan pengalaman. Meskipun sebenarnya mereka tau kalau ini hanyalah alasan supaya mereka membuat suatu prestasi untuk mengharumkan nama keluarga mereka masing-masing.
“Jadi, semenjak berita kau yang sudah mengalahkan seorang Majin dan membuat gempar seluruh Istana, masing-masing Ayah kami segera menyuruh kami pergi berpetualang dan menyebabkan kami dalam situasi saat ini”
“Yah.... itu tidak bisa dibantu”
“Yang lebih penting lagi, apa benar kau sudah menikah?”
“Itu benar, Shery disini adalah istriku”
Eve lalu berkata dengan suara kecil “Jadi memang benar”. Sedangkan Alexis hanya memberikan senyum masam.
Kami terus berjalan menyusuri jalan sampai akhirnya kami tiba didepan Hotel tempat kami menginap.
“Jadi, apa yang akan kalian lakukan setelah ini?”
“Tentang itu, rencananya kami akan menemui adikku yang hendak bersekolah disini. Kalau perhitunganku benar, dia seharusnya akan tiba hari ini”
“Ah, kalau soal Fei tadi kereta nya hancur karena diserang bandit sehingga dia menumpang kami hingga sampai disini. Terakhir kali kami bertemu adalah saat kami mengantarkannya hingga didepan akademi”
“APA...!!!”
Eve yang merupakan kakak kandung dari Fei langsung bergegas berlari kearah akademi dengan kecepatan penuh. Meskipun secara teknis mereka bukan saudara yang sebenarnya, tapi rasa sayang Eve kepada Fei sangatlah nyata.
Sedangkan Alexis yang tertinggal hanya bisa mengambil nafas berat dan memutuskan untuk ikut makan malam bersama kami.