REALITY
(Author : Rafli Sydyq)

            Disaat membuka mata, aku melihat sebuah atap yang terbuat dari besi dan terdapat lampu putih yang memancarkan cahaya redup tapi masih bisa menyinari seluruh ruangan.
Perlahan aku mencoba bangkit. Akan tetapi, aku merasakan tubuhku sangatlah lemah. Itu dikarenakan aku sudah tidak menggerakkan tubuhku selama sebulan penuh yang mengakibatkan otot-otot dalam tubuhku melemah.
Tuan, silahkan duduk dan istirahatkan tubuh anda sebentar
Yang mengatakan itu adalah sebuah android pembantu yang memiliki penampilan sangat mirip seperti seorang manusia sesungguhnya sedang mendorong sebuah kursi roda dan memintaku untuk duduk diatasnya.
Alasan dia membawakanku kursi roda, adalah karena dulu aku sempat terlibat dalam sebuah kecelakaan yang mengakibatkan kakiku menjadi lumpuh.
Aku mengangguk dan segera duduk diatasnya sambil mencoba merenggangkan seluruh tubuhku.
Jadi, bagaimana petualangan Tuan kali ini?”
Sambil mendorong kursi rodaku, android yang memiliki penampilan layakya pria paruh baya yang mengenakan seragam butler lengkap menanyakan sebuah pertanyaan demi mengisi waktu seraya kami berjalan menuju ruangan lainnya.
“Kau tau, disana masih sama seperti saat BETA. Hanya saja sekarang...”
Dengan semangat aku menceritakan kepadanya tentang pengalamanku selama sebulan terakhir yang kuhabiskan didalam game.
Aku menceritakan kepadanya bagaimana aku mengalahkan tiga ekor boss hanya dalam waktu semalam, pertemuanku dengan Shery dan bagaimana aku telah menikahinya, hal apa saja yang telah kami lakukan, hingga saat dimana aku bertempur melawan Majin dan berhasil menang.
Sambil terus mendorongku menuju ruang kerja, dia dengan setia mendengarkan semua kisahku dan terdapat sebuah senyuman diwajahnya.
Sungguh sebuah pengalaman yang sangat luar biasa... oh, kita sudah sampai
Kami akhirnya tiba disebuah ruangan yang cukup luar dan terdapat sebuah meja tepat ditengah ruangan yang dimana terdapat sebuah papan transparan tergelatak diatasnya.
Setelah dia memposisikan diriku sehingga aku bisa menggapai semua benda yang ada diatas meja dengan mudah, dia segera pamit undur diri dan meninggalkan ruangan.
Aku segera meraih papan transparan itu, menyalakannya dan membuka menu pesan. Segera, aku bisa melihat banyak pesan masuk dan kebanyakan diantaranya berisi dokumen yang membutuhkan persetujuan dariku.
Dengan begitu, aku segera mengerjakan pekerjaanku sebagai seorang CEO sebuah perusahaan yang sudah menumpuk karena aku tinggalkan untuk bermain game.
Tidak lama, terdengar suara ketukan pintu. Setelah memberikan ijin, pintu terbuka dan terlihat android tadi memasuki ruangan dengan membawa nampan yang berisi makanan.
Setelah nampan tersebut diletakkan diatas meja, aku segera menyisihkan pekerjaanku untuk nanti dan bersiap untuk menyantap hidangan nyata setelah sekian lama.
Setelah tutup nampan dibuka, uap panas menyembul keluar dan menimbulkan aroma wangi yang menggugah selera makan.
Makananku kali ini berupa sebuah steak daging yang terlihat sangat lezat dan ditemani oleh segelas anggur merah. Aku segera mengangkat pisau dan garpu, dan menikmati makananku.
Jujur, aku sedikit kecewa. Meskipun penampilannya sangatlah mewah dan aromanya sangat wangi, tapi rasanya sangatlah berbanding terbalik dengan penampilannya.
Tidak peduli berapa banyak penyedap yang kau tambahkan, kau masih tidak bisa menutupi rasa dan tekstur dari daging sintetis yang terasa seperti sedang mengunyah permen karet.
Bahkan anggur yang kuminum sekalipun terasa seperti air suling yang ditambahi perasa. Semua ini hanya membuatku ingin segera Log In kembali dan merasakan masakan buatan Shery.
Sambil berusaha menghabiskan makananku secepat mungkin dan kembali bekerja sehingga aku bisa segera kembali Log In, aku memandang keluar jendela.
Disana ditampilkan sebuah langit yang sangat gelap tanpa ada satupun bintang. Hal ini bukan karena sedang malam, melainkan karena asap dari pabrik telah menutupi seluruh langit di dunia ini dan membuat dunia ini menjadi gelap bahkan saat siang hari sekalipun.
Satu-satunya cahaya yang ada hanyalah cahaya lampu gedung yang berpijar berusaha mengusir kegelapan. Jika kau melihat kearah jalanan, kau bisa melihat hamaparan salju berwarna abu-abu yang menutupi hampir segalanya.
Tidak ada satupun kehidupan yang terlihat. Yang ada hanyalah kendaraan yang dikemudikan oleh AI berlalu-lalang di jalanan. Serta para robot pembersih yang berusaha menyingkirkan salju dari jalanan.
Tidak ada satupun makhluk hidup yang terlihat. Hal itu dikarenakan semua binatang sudah punah sepenuhnya. Dan tidak ada satupun manusia yang berani pergi keluar karena udara yang beracun.
Bosan melihat pemandangan yang muram ini, aku segera menyisihkan makananku tanpa menghabiskannya dan kembali bekerja.
Didalam hatiku, terdapat rasa tidak sabar menantikan petualangan macam apa nantinya yang menantiku disaat aku Log In nanti.
...
            Disaat aku membuka mata, aku sudah berada disebuah ruangan yang cukup gelap, hanya ada cahaya redup dari lampu tidur yang membuatku bisa sedikit melihat sekeliling.
Disaat aku mencoba bangkit, aku merasakan tubuhku sangat lemas. Butuh waktu beberapa saat sebelum akhirnya aku mulai bisa bergerak seperti biasa.
Aku segera berjalan menuju sudut ruangan dan menekan saklar yang menempel di dinding. Seketika lampu menyala dengan terang dan menyinari seluruh ruangan.
Ruangan itu didominasi oleh warna merah muda dan banyak motif hati dimana-mana. Baik itu bentuk bantal, motif seprai, hingga hiasan dinding dipenuhi oleh hati.
Tidak salah lagi ini adalah kamarku. Jujur, aku memang sangat menyukai warna merah muda.
Dulu, aku sangat bersemangat ketika sedang mendekor ruang ini bersama dengan Ibu dan adikku. Mengingat itu membuatku tanpa sadar memunculkan sebuah senyuman.
Akan tetapi, aku merasakan sebuah perasaan aneh. Meski baru sebulan aku tidak melihat kamar ini, entah mengapa aku sekarang seperti sedang mengenang masa lalu yang jauh.
Tidak, aku tidak boleh berpikir seperti itu. Untuk menjernihkan pikiran, aku segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah sekitar 30 menit, aku keluar dari kamar mandi.
Sekarang aku sedang terpaku didepan lemari. Melihat kedalam, kau bisa melihat deretan baju yang semuanya didominasi warna merah muda dengan banyak hiasan yang menempel padanya dan memberikan kesan seperti baju anak-anak.
Sebenarnya aku sangat menyukai semua pakaian ini, tapi entah mengapa aku merasa malu jika memakainya sekarang.
Setelah mengacak-acak isi lemari, aku akhirnya bisa menemukan baju yang tidak akan menimbulkan rasa malu bila aku pakai.
Itu adalah sebuah baju terusan berwarna biru muda. Kalau aku tidak salah ingat, baju ini diberikan oleh nenek saat musim panas tahun lalu.
Setelah berpakaian, aku segera berjalan keluar menuju ruang makan. Disana aku bisa melihat kedua orang tuaku sedang menunggu dimeja makan. Dihadapan mereka, terdapat banyak sekali hidangan yang tampak lezat tersusun rapi diatas meja.
“Oh... ‘*****’ kau sudah bangun rupanya. Ayo duduk, sembari kita menunggu adikmu bagaimana kalau kita berbincang sedikit tentang pengalamanmu?”
(NOTE: Jujur saya males mikirin nama aslinya siapa, jadi disensor aja yah biar nggak repot)
Yang memanggilku adalah Ayahku, dia adalah seorang pengusaha yang sudah berusia lebih dari tiga puluh tahun. Disampingnya terdapat Ibuku yang lima tahun lebih muda dari Ayah.
Setelah aku duduk dibangku dimana aku biasanya duduk, android pembantu milik keluarga kami mulai menyiapkan makanan untuk porsiku.
“Ibu lihat tampaknya putri kecil Ibu sudah besar, apa yang terjadi?”
Aku yang kebingungan mencoba mencari tau apa maksud dari perkataan Ibu. Disaat aku hendak bertanya apa maksud Ibu, aku menyadari kalau tatapan Ibu terpaku pada baju yang aku kenakan.
Itu wajar,  mengingat aku yang biasanya dikelilingi oleh warna merah muda, tiba-tiba saja memakai warna yang berbeda tentu saja sangat mencurigakan. Dan atas pertanyaan Ibu, Ayah juga menjadi penasaran dan terus melihat kearahku dengan tatapan yang cukup berbahaya.
Disaat aku hendak menjawab, tiba-tiba saja dari arah belakangku terdengar suara orang yang sedang berlari dengan terburu-buru. Tidak perlu ditanyakan lagi dia pasti adalah adikku.
“Kakak....!!! apa yang terjadi?! Aku dengar kakak menikah! Apakah itu benar?! Tolong katakan yang sejujurnya! Itu bohongkan?!”
Adikku yang sudah Log Out segera berlari keluar dan menerjang langsung kearahku. Karena tubuhku yang masih lemah, aku tidak kuasa menghindar dan harus menahan adikku yang saat ini sedang mengguncang tubuhku dengan ganasnya.
“Ooohhh.... apakah itu benar? Apakah akhirnya Ibu bisa menimang cucu?”
“ ‘*****’ cepat katakan kepada Ayah siapa pria itu dan apa pekerjaannya! Yang lebih penting lagi, apa saja yang sudah dia lakukan kepadamu!”
Aku yang tidak mampu menangani pertanyaan bertubi-tubi, hanya pasrah dan mulai menjelaskan kepada mereka secara perlahan.
“Jadi begitu, jadi begitu... putri Ibu ternyata sudah dewasa”
“Hehehe... sungguh pria yang berani, tampaknya kami harus mengadakan sebuah percakapan antar pria”
“Katakan kalau itu bohong, kakak tidak mungkin akan meninggalkanku hanya demi seorang pria tidak jelas kan?”
Keributan macam apa ini? Sungguh, aku tidak tau harus berkata apa lagi. Saat ini Ibu sedang menangis tersedu-sedu akan tetapi wajahnya penuh akan sukacita. Sedangkan Ayah sedang membuat wajah gelap dan mulai menggumamkan sesuatu yang kuharap tidak pernah dengar, dan adikku sejak tadi terus bertindak kekanak-kanakan sambil berteriak tepat ditelingaku.
Aku berusaha mengabaikan itu semua dan mencoba untuk menghabiskan makananku secepat mungkin.
Ibu menyantap makanannya sembari menyapu air matanya, Ayah makan dengan perlahan sambil membuat seringai licik, sedangkan adikku tidak hentinya mengguncang bahuku dan hanya diam disaat aku memasukkan makanan kedalam mulutnya.
Situasi tetap seperti ini sampai Ibu memberitahukan sesuatu yang sangat mengejutkan.
“Oh iya, hampir lupa. Bisakah kalian memberitahukan kepada kami apa nama keluarga kalian di dalam game?”
“Hmm... memangnya kenapa?”
“Tidak apa-apa, hanya saja aku dan Ayahmu akan segera ikut bermain dengan kalian dalam kurun waktu sekitar dua hari lagi. Dan karena kami mendapat akses khusus, kami bisa Log In sebagai kerabat dari Pemain kenalan kami. Karena itu, bisakah Ibu meminta nama keluarga kalian sehingga kita bisa menjadi keluarga sesungguhnya bahkan di dalam game?”
Ini sungguh sangat mengejutkan, tidak kusangka kedua orang tuaku yang biasanya sangat sibuk akan mampu meluangkan waktu mereka untuk bermain game.
“Tapi, Ibu, bagaimana dengan pekerjaan kalian?”
“Ahh, itu tidak masalah, kami sudah menyerahkannya pada seseorang”
Tunggu, bukankah itu terdengar cukup tidak bertanggung jawab?
“Itu sangat bagus! Kak, dengan ini kita bisa bertemu dengan Ayah dan Ibu di dalam game. Dengan ini mari kita berusaha dengan keras untuk membuat keluarga Aradea menjadi keluarga yang terkenal!”
Adikku menjadi sangat bersemangat tentang hal ini. Sementara itu, Ayah tampaknya mengeluarkan tabletnya dan mulai mencari sesuatu, setelah beberapa saat dia tampak telah menemukannya.
“Aradea yah, sebuah keluarga saudagar dari Selatan. Hmph... tampaknya aku akan tetap mengembangkan sebuah bisnis bahkan didalam game”
Dari apa yang aku lihat, tampaknya Ayah sedang mengakses data game. Dan sebenarnya aku memang sudah tau kalau keluarga Aradea memang keluarga pedagang dari kenangan Sherina.
“Itu hebat, kak ayo kita kembali berkumpul bersama dan membuat keluarga Aradea menjadi keluarga paling kaya seantero dunia!”
Adikku mulai kembali bersemangat dan mulai melompat-lompat kegirangan. Ayah dan Ibu hanya melihat ini dengan tatapan hangat. Sungguh sayang aku harus merusak suasana.
“Tapi ‘*****’ itu mustahil, lagipula saat ini aku sudah menjadi bagian dari keluarga Dragnier, jadi kita tidak bisa bersama. Tapi aku janji akan menghampiri kalian suatu hari nanti”
Tiba-tiba saja ruangan dilanda kesunyian, adikku langsung tertunduk lemas dan menggumamkan sesuatu, Ibu hanya tertawa kecil, sedangkan Ayah mulai menatap layar tabletnya dengan penuh semangat.
“Dragnier, Dragnier, Dragnier... ah dapat”
Dugaanku benar, Ayah memang sedang mencari nama Dragnier. Tapi, setelah itu dia mulai terkulai lemas tampak seperti seorang anak yang dihancurkan impiannya.
Melihat keadaan Ayah, Ibu segera mengambil tablet itu dari tangan Ayah dan melihat isinya.
“Oh astaga, tidak disangka putriku telah menikahi seorang bangsawan”
Setelah itu, Ibu kembali tertawa dengan wajah penuh kebahagiaan, Ayah masih tertunduk lesu sambil menggumamkan sesuatu yang berbahaya, dan adikku mulai kembali mengoceh.
Masih ada waktu sebelum aku bisa Log In kembali, sampai saat itu, aku akan menikmati kebersamaan dengan keluargaku yang sangat berisik ini.