DATE
(Author : Rafli Sydyq)

            Aku kembali bermimpi. Kali ini tentang Rafael kecil bersama dengan kakaknya sedang duduk dengan tenang disebuah ruangan yang dipenuhi oleh buku. Dihadapan mereka terdapat ayah mereka sedang menceritakan tentang sejarah keluarga Dragnier.
Cerita yang kami dengar sungguh luar biasa hingga kau bisa menganggapnya sebagai cerita yang biasa dipakai untuk menidurkan anak kecil. Dipenghujung cerita panjang yang hampir membuar Rafael tertidur, ayah mereka sempat menyinggung tentang sebuah sihir langka yang hanya bisa dikuasai oleh keluarga Dragnier. Sihir itu adalah...
...
Sinar mentari pagi yang bocor dari celah-celah kayu menusuk mataku. Perlahan aku mengusap mata sambil berusaha menghalangi sinar matahari yang menyilaukan dengan tanganku.
Butuh waktu untuk mendapatkan kesadaranku kembali. Melihat sekeliling, aku mendapati diriku berada disebuah ruangan sederhana dengan sebuah lemari kayu dan sebuah meja kecil disudut ruangan. Melihat pada diriku sendiri, aku sedang tidak mengenakan sehelai benangpun dan hanya ditutupi oleh selembar selimut.
Melirik kesamping aku bisa melihat sesosok gadis dengan rambut crimson sedang terlelap tanpa adanya perlindungan apapun. Kulitnya yang seputih salju terpapar jelas dan buah surgawinya terekspos dengan sempurna.
Setelah kesadaranku pulih sepenuhnya, akhirnya aku bisa mengingat apa yang terjadi semalam. “Kami benar-benar melakukannya” Tidak kusangka aku bisa melakukan malam pertama pada dua minggu setelah perilisan resmi dimulai.
Sungguh aneh perasaan yang kurasakan ini. Meskipun aku memang mendengar kalau A.S.O mengumpulkan unsur dari berbagai macam game dari berbagai genre menjadi satu, aku tidak pernah menyangka kalau mereka juga memasukkan salah satu unsur dari sebuah game simulasi kehidupan yang cukup populer karena mereka memiliki unsur ‘Dewasa’ yang cukup kuat di dalamnya.
Perlahan aku mencoba bangkit dari tempat tidur sambil berusaha agar tidak membangunkan Shery yang masih terlelap. Dengan lembut aku menutupi tubuhnya yang tanpa perlindungan dengan selimut, lalu aku mengambil peralatanku yang tergeletak di lantai dan mulai melengkapinya.
“Hoaam.... Rafa, selamat pagi”
Shery yang telah bangun dari tidurnya mengambil posisi duduk sambil mengusap kelopak matanya dan membiarkan rambutnya yang berantakan tergerai dan membuat buah surgawinya kembali terpampang dengan jelas.
“Selamat pagi, dan juga, tutupi tubuhmu itu”
“Hm?..... Ehhhh.....!”
Shery yang tampaknya sudah sepenuhnya sadar menutupi seluruh tubuhnya dengan panik dan meringkuk di tempat tidur hingga menjadi sebuah bola. Di dalam selimut aku bisa mendengar suara seperti “Kami melakukan itu...” “Meskipun ini hanya sebuah game” “Pertamaku didalam game” dan masih banyak lagi.
“Untuk saat ini tenangkan dirimu dulu, setelah sarapan baru kita bicara”
Dengan begitu aku meninggalkan Shery yang sedang menggulung dirinya dalam selimut untuk menenangkan dirinya terlebih dahulu dan pergi menuju bar yang ada dilantai bawah.
Sesampainya di bar, aku melihat Noel sudah bangun lebih awal dan sedang duduk di sebuah meja di sudut ruangan. Aku menghampirinya dan duduk di salah satu kursi yang masih kosong.
“Selamat pagi”
“Selamat pagi”
“Jadi, dimana Sherina?”
“Dia sedang berpakaian, tunggu saja sebentar lagi”
Tidak lama setelah aku mengatakan itu, Shery sudah terlihat dan segera menghampiri kami. Dia sudah terlihat santai meskipun pipinya masih merah merona.
Shery duduk tepat disamping Noel. Aku melihat Noel membisikkan sesuatu yang membuat wajah Shery kembali memerah. Mengabaikannya aku segera mulai memesan makanan.
Aku memesan sosis dengan telur mata sapi dan roti hitam, sedangkan Shery memesan oatmeal buah beri dan Noel memesan pancake buah. Untuk minuman aku memesan kopi sedangkan Shery dan Noel memesan jus apel.
Sembari makan, kami merencanakan kegiatan kami hari ini. Karena Noel masih harus melanjutkan pelatihannya, maka aku dan Shery akan mengambil quest dari Guild dan bila kami tidak menemukan quest yang cocok, maka kami hanya akan berjalan-jalan santai.
Setelah selesai makan, kami berpisah dengan Noel. Sekarang aku dan Shery sedang berada di depan papan quest yang ada di Guild Petualang.
Kebanyakan quest yang ada hanyalah quest tingkat C kebawah. Karena aku tidak bisa menemukan quest yang bagus, maka aku memutuskan untuk pergi meninggalkan Guild dan hanya berjalan-jalan santai berkeliling kota dengan Shery.
Yang kami lakukan hanyalah berjalan tanpa tujuan yang jelas, terkadang kami mampir untuk membeli jajanan yang dijual dipinggir jalan, membeli beberapa item yang entah kami butuhkan atau tidak, duduk di bangku taman sambil bersantai, lalu kembali menjelajahi kota sambil berpegangan tangan seperti layaknya sepasang kekasih pada umumnya.
Selagi ditengah jalan-jalan, kami melihat sesuatu yang menarik. Itu adalah seekor mayat Makhluk Buas berukuran lebih dari dua meter dengan duri diseluruh bagian tubuhnya sedang diarak dengan gerobak dan dikawal oleh sepasukan kesatria NPC. Karena penasaran aku bertanya kepada salah satu penduduk yang ikut menyaksikan tontonan itu.
“Hei, apa yang sebenarnya terjadi”
“Ohh... katanya para kesatria berhasil menemukan dan menaklukan Makhluk Buas ini di hutan utara”
Ini sungguh aneh, quest yang ada di Guild semuanya adalah quest recehan sedangkan terdapat Makhluk Buas sebesar ini berkeliaran di sekitar kota.
Ada sesuatu yang tidak beres disini. Tapi karena itu bukan urusanku maka aku mengabaikannya untuk saat ini dan kembali melanjutkan jalan-jalan bersama Shery.
Kami terus berjalan sampai akhirnya kami sampai di sebuah taman yang cukup luas. Disana terdapat sebuah kolam yang dimana kau bisa melihat banyak anak-anak sedang bermain air dan para orang tua mereka sedang mengawasinya di hamparan rumput sambil piknik, di pinggir kolam, kau juga bisa melihat beberapa orang sedang memancing dengan santainya.
Kami memutuskan untuk beristirahat di sebuah bangku di bawah pohon yang rindang dan terdapat hamparan bunga disekitarnya.
Tempat itu sangatlah damai. Udara sejuk berhembus dengan tenang, terdapat suara kicauan burung dan suara tawa anak-anak yang sedang bermain dikejauhan.
Sebuah suasana yang kupikir tidak akan pernah kurasakan karena di dunia nyata, yang bisa kau temukan hanyalah taman organik buatan yang seluruh tanamannya jauh lebih terasa seperti plastik ketimbang tanaman hidup.
Dengan tenang, aku memandangi wajah Shery yang duduk disampingku. Dia menampilkan sebuah senyuman yang begitu menawan hingga mampu membuat matahari bersembunyi dibalik awan, pipinya merah merona seperti stroberi yang matang, rambut crimsonnya yang tergerai berkibar dengan pelan karena ditiup hembusan angin.
Saat tatapan kami saling bertemu, aku merasa seperti melihat sesosok malaikat. Tidak pernah dalam seumur hidupku akan menemukan bunga seindah ini di dunia yang kotor ini. Tunggu, kurasa itu kurang tepat karena aku sedang berada di dalam game dan bukan di dunia nyata.
“Shery, seingatku aku belum menyerahkan sesuatu padamu sebagai bukti hubungan kita bukan?”
“Eh? Bukankah kau sudah memberikannya. Seperti baju dan sebagainya”
“Bukan itu, yang kumaksud seperti perhiasan atau sejenisnya”
Setelah mengatakan itu, wajah Shery kembali memerah. Dia berusaha memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan rasa malunya.
Dengan pelan bersujud dihadapannya dan mengeluarkan sebuah kotak perhiasan beludru dan membukanya. Didalamnya terdapat sebuah rosario dengan bentuk salib yang terdapat lingkaran ditengahnya dan disetiap ujungnya membentuk sebuah simbol clover. Ditengah salib itu terpasang sebuah permata ruby dan disetiap ujungnya terdapat berlian berwarna putih murni.
Shery yang melihat ini menutup mulutnya dan matanya mulai berkaca-kaca.
“Berdasarkan adat keluarga Dragnier, aku harus memberikan orang yang akan menjadi pasanganku sebuah rosario keluarga, maka aku diam-diam membuat ini dan sekarang aku akan mengatakannya sekali lagi. Sherina Aradea, maukah kau menjadi istriku”
Dengan air mata kebahagiaan mulai mengalir, dengan perlahan dia mengambil rosario tersebut dan menggenggamnya dengan erat sambil berkata “Iya”.
Aku segera bangkit dan mulai mengalungkan rosario itu di leher Shery. Perlahan wajah kami saling mendekat dan pandangan kami kembali saling bertemu, mata keemasannya terlihat berkilauan dan hembusan nafasnya terasa sangat hangat.
Setelah aku selesai mengalungkan rosario itu, bibir kami saling bertemu. Perlahan kami saling membuka jarak hingga bisa melihat wajah masing-masing. Wajahnya yang merah merona dan matanya yang berkilauan membuatnya menjadi semakin cantik.
Lalu tiba-tiba aku bisa mendengar suara tepuk tangan dimana-mana. Tampaknya banyak orang yang dari tadi menyaksikan kami.
Dengan malu-malu, aku dan Shery menundukkan kepala dan menyalami para penonton yang entah sejak kapan mulai berkumpul disekeliling kami. Dengan begitu, kami kembali bergandengan tangan dan pergi menjauhi keramaian dengan suasana hangat.