RAJA IBLIS
KENSHIN
(Translator : Hikari)
Dunia
nyata…
Aku melepaskan helm game, merasa agak
terkuras. Tidak disangka aku menjadi Dà gē untuk Jing dan Yun… Kalau mereka sampai
mengetahui yang sebenarnya, aku akan mati mengenaskan.
Aku bangun dan mulai menyiapkan sarapan, merasa
sangat risau. Sekarang sudah enam, hampir tujuh hari dan aku masih belum punya
cara untuk menghubungi satu pun dari anggota tim Odd Squad-ku. Haah! Sebenarnya, ada banyak cara untuk
menyelesaikan masalah ini. Mengatakannya pada saudaraku akan menjadi cara
termudah, tapi cukup ironis, aku tidak bisa mengatakan padanya…
Driiing…
Driiing…
Siapa
yang menelpon pagi-pagi begini? Aku menjawab telepon tersebut, kebingungan.
"Halo?"
"Xiao Lan? Kau tidak apa?!" suara
cemas Zhuo-gēge terdengar dari bagian penerima suara.
"Aku tidak apa-apa. Syukurlah, aku akhirnya
bisa menghubungi seseorang!" Aku benar-benar senang. Aku sama sekali lupa
kalau aku bisa menghubungi Zhuo-gēge.
"Xiao Lan, ke mana sebenarnya kau
pergi?" Jelas dari nada suaranya bahwa Zhuo-gēge merasa lega mendengarku.
"Aku… Aku ada di Benua Timur…" Suaraku
mengecil seiring kata.
"Benua Timur?" Zhuo-gēge tercengang.
"Apa yang kau lakukan di sana?"
"Aku juga tidak tahu. Aku terbangun dan
menemukan diriku di sana setelah minum-minum dengan Nan Gong Zui!" kataku
sedih. "Juga, kami tidak bisa mengirim PM pada player di benua yang berbeda, jadi aku tidak bisa menghubungi
kalian sama sekali."
Apa
hanya aku saja atau memang Zhuo-gēge kedengaran seakan dia sedang mencoba
menahan amarahnya? "Kau
minum-minum dengan Nan Gong Zui dan minum sampai hilang kesadaran? Kau ini
perempuan, bagaimana bisa kau tidak tahu bagaimana caranya menjaga dirimu
sendiri?!"
"Ehhh… Tapi aku ini laki-laki di dalam
game!" aku menggaruk wajahku. Nan
Gong Zui tidak akan melakukan apapun padaku, seorang laki-laki, ya 'kan? Selain
itu, apa mungkin melakukan XX di dalam game? Hmmm… Itu sebuah pertanyaan yang
bagus untuk diajukan pada Lolidragon.
"Tetap saja tidak benar. Kau bagaimanapun
juga adalah seorang perempuan," Zhuo-gēge ngotot tidak mau mengalah.
"Oh…. Yah, aku tidak akan melakukannya
lagi. Aku tidak suka minum lagipula!" Memang
begitu, 'kan? Aku ingat rasa alkoholnya tidak enak, tapi bagaimana aku bisa
begitu mabuk? Aneh sekali!
Nada suara Zhuo-gēge menjadi tenang.
"Hampir waktunya kau untuk kembali ke Benua Tengah. Kau seharusnya
berhenti bermain-main di Benua Timur. Semua menunggumu di Infinite City,
terutama Nan Gong Zui – dia membawa serta seluruh petualang di grupnya. Mereka
ingin sekali bertemu denganmu."
"Tapi aku tidak bisa pulang; aku tidak
punya cukup uang untuk ongkos kapalnya," kataku pada Zhuo-gēge dengan
sedih.
"Berapa banyak yang kau perlukan?"
"Lima ribu koin kristal."
"…Akan kutanyakan pada Lolidragon malam ini
ketika aku log in apakah ada cara
supaya kami bisa mengirimkan uang padamu," kata Zhuo-gēge, terdengar
risau. "Meksipun begitu, Infinite City sedikit kekurangan uang. aku
penasaran apakah Yu Lian bersedia menyisihkan uang?"
"Oh… Kalau begitu, aku akan mencarinya
sendiri." Aku merasa sedikit malu. Aku
belum melakukan apa-apa sebagai seorang penguasa dan sudah menjadi beban.
"Aku akan membicarakan pada mereka tentang
hal ini. Untuk sekarang, kau sebaiknya mengambil beberapa quest tingkat tinggi. Dengan kemampuanmu, kau seharusnya bisa
menyelesaikan beberapa quest level B[1]
sendirian. Hadiah untuk quest level B
berkisar dari beberapa ratus hingga ribuan koin emas," usul Zhuo-gēge, dan
menambahkan dengan cemas, "Tapi itu semua mungkin cukup sulit, jadi
pastikan quest itu tidak terlalu
berbahaya sebelum kau mengambilnya."
"Baiklah, aku mengerti."
"Kak, mana sarapanku?" suara tidak
senang Yang Ming terdengar dari belakangku.
Terkejut, aku cepat-cepat berkata,
"Zhuo-gēge, kita sudahi dulu sampai di sini. Da-dah!"
Begitu aku memutuskannya, aku berbalik menghadap
Yang Ming. Setelah memastikan wajahnya hanya terlihat tidak senang dan tidak
ada sedikit pun kecurigaan, aku merasa lega.
"Akan kubuat sarapannya sekarang."
Online…
Dengan ekspresi muram, Wicked memasuki tempat
pertemuan sementara Odd Squad saat ini – penjara. Seperti yang dia duga,
anggota Odd Squad dan Dark Emperor sedang bermalas-malasan di tanah, tidur,
atau memenuhi mulut mereka dengan makanan… Tidak ada satupun dari mereka yang
sedikit pun terlihat seperti komandan tingkat tertinggi.
Dengan suara berat, Wicked mengumumkan,
"Aku ada berita penting untuk Odd Squad."
Ugly Wolf dengan enggan melepaskan Yu Lian yang
ada dalam pelukannya, untuk memberi Gui – yang sedang terkubur di bawah
lembaran-lembaran desain – sebuah tendangan, menarik Doll dari
camilan-camilannya dan mengguncang Lolidragon – yang sedang tidur dengan mulut
berliur – membangunkannya. "Berita penting apa?"
"Aku tahu di mana Prince berada,"
balas Wicked. Tatapan yang dia lontarkan pada Gui menandakan sebuah tantangan,
dan dia menyaksikan dengan puas saat Gui memucat.
"Ke mana orang itu pergi?" gerutu
Lolidragon. "Kita bekerja mati-matian di sini, sementara dia, si penguasa,
dengan senangnya berkeliaran di luar sana."
"Dia ada di Benua Timur," kata Wicked
dengan tenang.
Semua mata melebar dari antara anggota Odd
Squad, sementara anggota Dark Emperor – yang tadi berisik di satu sisi –
terdiam. Dalam sekejap, penjara itu begitu hening sampai-sampai derak api Fire
Phoenix dapat terdengar jelas.
Akhirnya, Gui bertanya, nada suaranya campuran
prihatin dan gelisah, "Kenapa dia ada di Benua Timur? Kenapa dia tidak
kembali?"
"Dia juga tidak tahu bagaimana dia bisa
sampai di sana, mungkin karena dia mabuk. Sedangkan kenapa dia belum kembali,
itu karena…."
"Kurasa aku tahu alasannya,"
Lolidragon berkata dengan putus asa. "Tiket kapal ke Benua Timur biayanya
lima ribu koin kristal, dan ongkos tiket untuk kembali lima ribu koin kristal
lagi. Prince mungkin hanya punya cukup uang untuk satu tiket ke Benua Timur,
kalau aku tidak salah ingat."
"Apa? Lima ribu koin kristal?"
senyuman Yu Lian begitu membekukan sampai-sampai anggota dari kedua tim mau
tidak mau mengheningkan cipta untuk Prince.
Wicked juga mengalihkan pandangannya dari senyum
mengerikan Yu Lian dan menatap Lolidragon sebagai gantinya. "Apa ada cara
mengirimkan uang pada Prince, Lolidragon?"
Lolidragon berkeringat dingin dan buru-buru
memalingkan wajah dari senyuman Yu Lian, yang semakin membekukan dibanding
sebelumnya, membalas dengan kaku, "Biasanya mungkin bagi seorang player untuk mengirimkan uang kepada player lain, tapi jika seorang player berada di benua lain, maka
mustahil untuk mengirim PM pada mereka, apalagi uang."
"Apa? Lalu bagaimana dengan Prince?"
Gui memucat seputih hantu saat dia membayangkan Prince berkeliaran di benua nun
jauh di sana, tanpa ada yang mengenalnya, menderita karena hawa dingin dan
kelaparan, berpakaian karung, dan akhirnya, menjadi mayat di suatu jalan…
White
Tiger City, Benua Timur…
Prince : "Mmm, wonton minyak cabai… Nikmat!" kataku, mengunyah sarapan yang
Yun dan Jing traktir untukku.
"Kita hanya harus meminta Prince
mendapatkan uang untuk tiketnya sendiri," kata Lolidragon sambil mengangkat
bahu, dan kemudian dia merangkak kembali ke selnya untuk tidur tanpa berpikir
lebih jauh lagi.
"Hmm…" Ugly Wolf menggaruk bulu di
kepalanya. "Karena ketidakhadiran orang itu tidak terlalu berpengaruh pada
Infinite City untuk saat ini, ditambah lagi Righteous Blade sudah sejak lama
tinggal di kota kita dan tidak bisa keluar lagi, seharusnya tidak ada banyak
bedanya kalau Prince tidak segera kembali."
Yu Lian tersenyum. "Tidak satu sen pun
untuknya!"
"Doll kangen sekali Prince-gēge…,"
kata Doll, dan kemudian mengerutkan alisnya ketika dia melirik camilan-camilan
dari sudut matanya. "…Tapi Prince-gēge akan merebut camilan yang Doll
makan, jadi lupakan." Doll merangkak kembali ke tumpukan camilannya dan
mulai makan.
"Tunggu, Prince sendirian di sana, tanpa
teman dan tidak ada satu pun yang mengenalnya! Kita harus pergi dan
menolongnya!" seru Gui pada teman satu timnya yang tidak bertanggung
jawab, wajahnya seputih kertas.
"KAU tidak akan pergi ke mana pun, jadi
kembali saja menggambar desainnya dengan patuh," semua orang membalas
tajam serempak.
Wicked memandangi mereka tanpa daya, berpikir, Kelihatannya Xiao Lan tidak akan kembali
untuk sementara waktu… Tapi itu bukan hal buruk, sadarnya. Gui tidak akan
dapat melihat Prince.
Di satu sis, dia – Wicked – akan dapat berbicara
dengan Xiao Lan dari telepon.
Bagus! Pikir Wicked, bibirnya melengkung membentuk senyuman.
Lenganku terlipat di depan dada saat aku
mempelajari monster yang akan kuhadapi tidak lama lagi – seekor iblis rendahan.
Iblis rendahan ini mirip dengan "oni" dari cerita rakyat Jepang,
dengan wajah menyeramkan, gigi-gigi tajam menyeringai, tanduk-tanduk pendek di
kepalanya, dan semacam katana pendek
di tangannya. Mereka tinggal di dalam gua-gua dalam dan dingin menyeramkan.
Jika Jing dan Yun tidak memimpin jalannya, aku mungkin tidak akan bisa
menemukan jalan melintasi gua mirip labirin ini. Aku lebih baik berhati-hati jangan sampai terpisah dari mereka, atau
aku akan menderita takdir yang lebih mengerikan dibanding secara tidak sengaja berakhir di Benua Timur.
Setelah tidak bergerak selama beberapa menit
yang "panjang", Yun tidak bisa tetap diam lebih lama lagi dan
bertanya, "Dà gē, kapan kita akan mulai bertarung? Kalau kita tidak
cepat-cepat dan mendapatkan tanduk iblisnya, kita tidak akan bisa menyelesaikan
questnya!"
Aku merasa sedikit frustrasi. Aku tidak tahu banyak soal monster, dan
orang-orang di sisiku bukanlah anggota timku yang biasa dari Odd Squad. Kami
bahkan tidak punya seorang priest,
jadi kalau aku menyerbu dengan ceroboh, aku mungkin saja akan bergabung dengan iblis
itu… Meski begitu, aku harus memulainya. Aku hanya bisa berdoa dalam hati
bahwa monster jenis ini tidak terlalu kuat. "Yun, Jing, berdirilah jauh di
belakang."
Setelah aku memberi perintah pada Jing dan Yun…
maksudku, menginstruksikan mereka apa yang harus dilakukan, aku melihat sekitar
dengan hati-hati dan menemukan sesosok iblis rendahan yang sendirian. Bergerak
ringan dengan kakiku, aku diam-diam menyelinap ke belakangnya, dan kemudian
dengan ganas menusuknya dari belakang ke jantungnya. Sayangnya, kelincahan
iblis rendahan ini di luar dugaan tinggi dan dia berbalik, menyebabkan pedangku
hanya menusuk bahunya. Cairan hijau lengket – mungkin darahnya – menyembur
keluar. Murka, iblis yang terluka itu menghunuskan katana pendeknya, dan ujung tajam dari pedang itu menghujam ke
arahku. Aku condong ke belakang dan katana
itu berdesing melewati pinggangku, dan sebuah ide melesat di dalam kepalaku,
dan aku mengalihkan gerakan menjadi sebuah salto ke belakang, menendang iblis
tersebut dan mengirimnya tergeletak telentang. Begitu kakiku menyentuh tanah,
aku melontarkan diri ke iblis itu, menebaskan senjata padanya dan memenggal
seluruh lengan kanannya.
Iblis itu melolong. Meskipun dia kehilangan
lengan kanan dan senjatanya, dia masih mencoba untuk menggigitku. Aku
mencengkeramkan tangan kiriku pada lehernya erat-erat dan menghujamkan Black
Dao langsung ke jantungnya dengan tangan kananku. Akan tetapi, tepat saat aku
akan menhela napas lega, iblis itu ternyata menggigit tangan kiriku. Aku
meringis kesakitan, berpikir, Jangan
bilang kalau kelemahan si iblis rendahan ini bukanlah jantungnya?
"Dà gē, penggal kepalanya, kau harus
memenggal kepalanya!" Yun berseru panik.
Jadi
begitu caranya. Begitu aku
memahaminya, iblis itu tidak lagi memiliki kepala di lehernya, aku dengan cepat
melepaskan bangkainya yang menyemburkan darah ke mana-mana, supaya tidak
menjadi tank minyak hijau.
"Dà gē benar-benar pria yang perkasa.
Penampilan luar biasa Dà gē benar-benar menyentuh Xiăodì! Salto ke belakang Dà gē
itu sangat luar biasa; anggun, namun keras bagaikan baja. Haah! Xiaodi hanya
bisa mengagumi kehebatanmu… Tapi, bisakah Xiăodì merepotkan Dà gē untuk memotong
tanduk iblis itu, supaya Xiăodì bisa menyelesaikan questnya?"
Apa-apaan
itu? Kalau kau ingin aku memotong tanduknya, langsung saja katakan! Mengatakan
begitu banyak omong kosong, kau membuat kulitku retak karena merinding. Tetap
saja, tanduk itu harus dipotong, jadi pedangku pun terangkat dan mengayun, dan
kuserahkan tanduk-tanduk kecil itu pada Yun.
Memiliki perkiraan kasar seberapa kuatnya iblis
rendahan, aku menyadari mungkin saja aku dapat menangani mereka dengan cukup
mudah dan kecemasanku pun menghilang. Aku mulai memikirkan sebuah rencana untuk
membantu Jing dan Yun naik level, dan setelah berpikir sebentar, aku memimpin
Jing dan Yun ke sebuah celah di dalam gua dan meminta mereka untuk berdiri di
dalamnya. "Aku akan bertugas memancing iblis-iblis itu ke sini. Setelah
itu, Jing, aku tidak akan membiarkan iblis tersebut melukaimu, jadi jangan
khawatir dan lancarkan saja manteramu. Yun, pasangkan Slow Barrier."
Aku memandang ke bagian terdalam gua, memejamkan
mata, dan menarik napas dalam-dalam. Kemudian, aku membuka mata lalu tersenyum
sedikit. Iblis rendahan, aku datang.
Sebagai awalnya, aku memancing satu iblis
rendahan dan bertukar serangan dengannya dengan sangat mudah. Di saat itulah
Jing mengeluarkan secarik kertas fu.
Aku melirik ke belakang sekilas dan melihatnya menggambar beberapa goresan pada
kertas itu dengan jarinya sebelum melemparkan kertas itu, berteriak, "Api,
sejati dan terselubung tiga lapis, pergilah!"
Tak terduga, kertas itu melayang langsung menuju
si iblis. Melihat hal itu, si iblis berniat untuk menghindar. Aku melancarkan
serangan membabi-buta, memaksanya untuk tetap di tempatnya. Akhirnya, kertas
itu mencapai si iblis dan mendadak berubah menjadi tiga lidah api putih,
membungkus iblis tersebut. Dia meraung kesakitan dan bereaksi dengan menerjang
ke arah Jing, tapi sayang baginya, sebuah tendangan dariku mengirimnya
terjengkang ke tempatnya semula.
"Api, sejati dan terselubung tiga lapis, pergilah!"
Melihat api yang ada pada si iblis hampir padam, Jing sekali lagi mengirimkan
kertas fu lainnya.
Kali ini, aku menyaksikan dengan puas saat api
tersebut mulai mengubah si iblis menjadi abu…
"AHHHHHH!" Yun mendadak menjerit.
"Dà gē, tanduk iblisnya!"
Mendengar itu, aku dengan mulusnya memotong
tanduk si iblis dan memandangi saat si iblis berubah menjadi abu. Kelihatannya aku bisa memancing mereka lebih
banyak lagi, pikirku membuat keputusan.
Dengan demikian, jumlah iblisnya pun bertambah
dari satu menjadi dua dan akhirnya tiga, setelah aku memutuskan jumlah sebanyak
itu cukup, karena lebih banyak lagi akan membuatku kekurangan tempat untuk
bertarung. Kalau seperti ini, aku akan menghadapi para iblis itu, fokus
mengasah pertahananku. Meskipun pada awalnya aku memiliki banyak celah dalam
pertahanan dan tidak bisa bereaksi cukup cepat, aku dengan cepat semakin ahli
sampai ke titik di mana pertahananku tidak dapat ditembus. Aku menjadi semakin
dan semakin terbiasa dengan metode bertarung ini, yang mana sama sekali berbeda
dari gaya bertarung agresif yang kugunakan selama ini. Ini adalah latihan yang bagus untukku… tapi tetap saja, seandainya
monster-monsternya lebih kuat, pikirku tidak puas.
Setelah memancing lebih dari sepuluh grup
monster, aku menghela napas panjang dan berkata pelan, "Ayo
istirahat."
Rasa bersalah muncul di wajah Jing. "Aku
benar-benar minta maaf, Dà gē. Jing sama sekali lupa bahwa Dà gē perlu
istirahat."
"Tidak masalah," kataku dan duduk,
memulihkan energiku sedikit.
"Wow, kita masing-masing naik selevel, dan
kita mendapat cukup tanduk iblis untuk menyelesaikan misi," kata Yun,
matanya berbinar-binar.
Aku tidak begitu bersemangat menghadapi lebih
banyak lagi iblis rendahan ini. Tidak ada yang kudapat dari melawan mereka, dan
meskipun tujuan utamaku adalah membantu Yun dan Jing, akan menguntungkan juga
bagi mereka kalau kami bertarung melawan monster yang lebih tinggi levelnya.
Dengan pemikiran itu, aku bertanya, "Apa ada monster yang lebih kuat yang
bisa kita hadapi?"
Mata Jing dan Yun bersinar cerah, dan Yun
cepat-cepat menjawab, "Tentu saja, Dà gē. Kenapa tidak kita lawan saja
gadis iblis? Tanduk gadis iblis lebih berharga daripada iblis rendahan."
"Ciri khas monster ini adalah…?"
tanyaku.
Menujukan pertanyaan ini pada Yun, si gamer,
adalah hal benar untuk dilakukan, karena dia dengan segera membalas penuh
semangat dan percaya diri, berkata, "Gadis iblis pada dasarnya mirip
dengan iblis rendahan, kecuali level mereka lebih tinggi. Kelemahan mereka
adalah kepalanya, sama seperti iblis rendahan, tapi gadis iblis menggunakan
cakar panjang dan tajam mereka sebagai senjata, dan mereka begerak lebih cepat
daripada iblis rendahan. Akan tetapi, dengan kecepatan Dà gē, kau pasti tidak
akan ada masalah begitu kau terbiasa dengan gaya serangan mereka."
Aku mengangguk. "Ayo hadapi mereka kalau
begitu."
Berdiri, aku meregangkan tubuh dan berkata,
"Pimpin jalannya."
Gadis iblis memiliki rambut panjang terurai,
kulit hijau, dan mengenakan gaun seperti yang dipakai para wanita pada masa
Cina kuno. Tangannya berujung dengan kuku-kuku yang sangat panjang,
pinggirannya mengilap berbahaya. Aku melesat ke depan dan kami mulai bertarung.
Yun, si penggemar berat game, memang benar;
gadis iblis ini memang lebih menantang daripada iblis rendahan. Persepsinya
lumayan lebih tajam daripada iblis rendahan, membuatku kesulitan untuk
menyerang titik kelemahannya, yaitu kepalanya. Terlebih lagi, dia luar biasa
cepat, dan aku harus fokus untuk menghindar — dengan sangat kesulitan — pada
awalnya. Hal yang tidak menguntungkan bagi makhluk itu…
Aku tersenyum. Gaya serangan gadis iblis itu
terbatas pada menusuk. Aku mencari-cari kesempatan, dan ketika si gadis iblis
sekali lagi menjulurkan sebelah tangannya, berpikir untuk membuat sebuah lubang
pada tubuhku, aku berhenti bergerak, dan kemudian dengan ganasnya memenggal
tangannya begitu dia menyentuhku. Sesosok gadis iblis yang kehilangan satu
tangannya bukanlah hal yang perlu ditakutkan, jadi aku menggunakan metode yang
sama untuk menyingkirkan tangan sebelahnya lagi lalu menghabisinya…walaupun aku
tidak sama berhasilnya di percobaan kedua dan sebuah lubang "kecil"
pun muncul di tubuhku.
Tanpa membuat suara, aku diam-diam meneguk
sebotol health potion, dan kemudian
kembali ke sisi rekan-rekanku seakan tidak ada yang terjadi.
Mata Yun dipenuh dengan rasa takjub. "Dà gē
benar-benar kuat! Aku tahu Dà gē pasti tidak akan kesulitan dengan yang ini.
Kami akan menunggumu di sini memancing para monster tersebut ke sini,
Dà gē."
"Baiklah," balasku. Kelihatannya aku bisa berlatih melawan
monster yang lebih kuat sekarang, pikirku, dan dengan senang pergi
memancing beberapa gadis iblis itu.
"Dà gē benar-benar kuat! Hanya dalam tiga
hari, Lü Jing naik lima level dan aku juga naik dua level. Melawan monster yang
levelnya lebih tinggi benar-benar mempercepatnya! Apa yang akan kita hadapi
berikutnya, Dà gē?" tanya Yun dengan riangnya saat dia membawa sepiring wonton minyak cabai.
Aku mengerutkan dahi, tapi tetap menerima
hidangan wonton. Dalam hati aku
berpikir, aku sebaiknya benar-benar mulai
mencari uang dan bersiap untuk pulang, meskipun Zhuo-gēge telah menyampaikan
pesan Wolf-dà gē, bahwa Infinite City berjalan baik-baik saja tanpa diriku.
Jadi aku hanya berkata, "Aku tidak bisa
tinggal di sini lebih lama lagi."
Yun dan Jing terlihat panik. "Dà gē, kau
akan pergi?"
"Tidak, aku harus mengumpulkan uang. Aku
harus mendapatkan lima ribu koin kristal," balasku setelah menelan
sepotong wonton.
"Mengumpulkan uang? Apa, Dà gē membutuhkan
uang? Tapi kau tidak pernah meminta kami untuk membagi uang hadiah quest sebelumnya denganmu!" Yun
berhenti mendadak sesaat, dan kemudian mengerutkan alisnya sedikit.
"Kenapa kau tidak meminta kami untuk membagi hadiahnya kalau kau
membutuhkan uang, Dà gē?"
Aku tetap diam. Dengan Yun memanggilku "Dà gē", "Dà gē" sepanjang
waktu, mana mungkin aku bisa memintanya membagi uangnya?
"Dà gē, meksipun kami tidak punya lima ribu
koin kristal, tolong terimalah ini untuk sekarang!" Jing mengeluarkan
sekantung koin dan menyodorkannya padaku.
Aku menghela napas. Sudah hampir waktunya bagi mereka untuk mendapatkan equipment baru, jadi bagaimana mungkin aku bisa
mengambil uang ini dari mereka sekarang? "Tidak perlu, aku akan
mencari uangku sendiri."
"Tapi, Dà gē, apa kau benar-benar akan
meninggalkan kami?" ekspresi Yun terlihat cemas, jelas tidak ingin
berpisah. "Kami tidak tahu namamu, bahkan seperti apa rupamu. Kalau kita
berpisah sekarang, kita mungkin tidak akan pernah bertemu lagi, Dà gē!"
Kita
akan bertemu lagi, tapi akan butuh waktu lama sebelum Jing dan Yun berhasil
mengumpulkan sepuluh ribu koin kristal dan datang ke Infinite City untuk
menemukanku. Kuharap aku bisa membantu mereka mendapatkan uang untuk ongkos
kapal, tapi teman-teman setimku di Odd Squad sedang menungguku! Apa tidak ada
cara untuk keluar dari dilema ini?
Seakan-akan dia mengumpulkan keberaniannya untuk
sesuatu, Jing berkata, "Dà gē, aku melihat sebuah misi level A beberapa
waktu yang lalu. Uang hadiahnya banyak, dan tidak kelihatan terlalu sulit, kita
hanya perlu mendapatkan ikat rambut raja iblis. Karena si raja iblis, iblis
rendahan dan gadis iblis adalah monster yang jenisnya sama, seharusnya bukan
masalah untuk Dà gē. Selain itu, sekalipun kita tidak bisa mengalahkannya, kita
hanya perlu menyambar ikat rambutnya dan melarikan diri."
Itu
kedengarannya usulan yang sangat bagus, pikirku. Kalau aku bisa naik kapal kembali ke Benua
Utama bersama Jing dan Yun, maka setidaknya aku dapat orang untuk diajak
ngobrol dan tidak perlu bosan sampai mati seperti saat aku pergi ke sini. "Baiklah
kalau begitu, ayo ambil quest
itu."
"Dà gē memang yang terbaik!" Yun
bersorak riang.
Dengan Jing dan Yun memimpin jalan, aku sekali
lagi kembali ke Gua Iblis.
"Dà gē, kita mungkin harus menghabiskan
waktu sedikit untuk mencari, karena raja iblis sering berkeliaran di area yang
lebih dalam di gua. Mungkin akan sulit untuk menemukan dia," Yun berkata
cemas.
"Oke. Ayo mulai mencari kalau begitu."
Jing, Yun, dan aku berjalan menuju ke bagian
dalam gua dan cepat-cepat menuju titik di mana kami berlatih sebelumnya.
Kemudian, aku berhenti dan menghadapi beberapa iblis rendahan dan gadis iblis
sebagai pemanasan untuk otot-ototku. Kami kemudian maju lebih dalam lagi ke
area yang belum pernah kami datangi sebelumnya. Seperti sebelumnya, aku akan
menghadapi iblis rendahan dan gadis iblis yang berpapasan dengan kami di
sepanjang jalan dan membiarkan Jing dan Yun berlatih sedikit.
Setelah
berjalan beberapa lama, aku memberi tanda pada Jing dan Yun untuk berhenti dan
beristirahat sejenak, sekaligus memberikan persembahan untuk Kuil Lima Organ
dalam…itu adalah, makan. Aku mengunyah sebuah shaobing youtiao[2]
dan menghabiskan sebotol susu kedelai.
"Dà gē, kenapa kau memperlakukan kami dengan
sangat baik?" tanya Yun sambil makan.
Apa
kau perlu menanyakannya? Jelas karena kita sahabat! Karena aku tidak bisa mengatakannya begitu saja,
aku hanya bisa menggunakan peran "kakak" dan bertanya, "Kalian
memanggilku apa?"
"Dà gē…" Yun berhenti sejenak, dan
kemudian tertawa terkekeh. "Dà gē benar-benar polos. Hanya karena kami
memanggilmu 'Dà gē'?"
"Hanya untuk itu, bukankah menurutmu itu
tidak benar-benar sepadan?" Jin menatapku dengan… Emosi yang saling berbenturan di matanya? Aku pasti salah. "Tidakkah
kau khawatir bahwa membantu kami bisa saja akhirnya sia-sia, dan setelah kau
membantu kami, bisa saja kami pergi begitu saja dan melupakan semuanya tentang
dirimu?"
Aku hanya menjawab, "Aku tidak melakukan
apa yang akan kusesali. Begitu aku memutuskan untuk melakukan sesuatu, aku tidak
akan menyesalinya."
Jing dan Yun tidak berkata-kata lagi. Kenapa suasananya mendadak jadi berat? Aku
bertanya-tanya. Apa aku salah mengatakan
sesuatu? Ah, lupakan, aku akan makan saja youtiaou-ku.
"Ah…" Jing mendadak menjerit. Aku
berbalik, terkejut, tepat waktu untuk meihat Jing menubruk dinding. Aku
menangkap sosok pelakunya dari sudut mataku, dan dalam sekejap melompat maju
dan mendorong Yun minggir.
Sebilah katana menusuk dadaku. Aku berputar di
udara dan segera begitu aku mendarat di tanah, aku bersalto ke belakang ke sisi
Jing dan Yun. Meringis kesakitan, aku mencengkeram lukaku dengan tangan kiri,
darah merembes dari antara jariku. Namun, aku tidak berani mengeluarkan health potion, karena aku tahu begitu
aku bergerak melakukan itu, orang yang berdiri di seberangku dengan pandangan
dingin menusuk membekukan — HImura Kenshin[3]
— pasti akan mengambil kesempatan itu untuk menyerang.
Itu
benar! Monster di seberangku dengan kepala yang berambut merah, bekas luka
berbentuk silang, dan konstum ala rurouni itu JELAS adalah battousai. Ini cukup tidak terduga, kelihatannya Nine-headed
Dragon Strike yang kuplagiat akhirnya
bertemu pemiliknya. Dia tidak akan menuntutku karena memplagiatnya, 'kan? Aku
berkeringat dingin.
Yun membantu Jing berdiri, dan berteriak,
"Dà gē, dialah raja iblisnya, hati-hati!"
Apa?
Si battousai
adalah raja iblis? Jangan-jangan para iblis yang kubunuh sebelumnya adalah
Kaoru?
Hmm… Lupakan itu, kalau aku melanjutkan, tidak
ada seorang pun yang mengerti apa yang sekarang kubicarakan. Yang terpenting
sekarang adalah aku benar-benar merasa bahwa monster yang ada di depanku ini
akan menjadi lawan yang amat sangat tangguh. Dari bagaimana caranya dia membuat
Jing terbang tanpa membuatku merasakannya dan bagaimana dia setelah itu
berhasil melukaiku meskipun aku tadi bergerak dengan kecepatan tinggi, jelas
kecepatannya tidak berada di bawahku… Dan
dia mungkin saja lebih cepat dari aku, pikirku dengan perasaan muram,
karena kecepatan adalah aset terbesarku.
Suasananya luar biasa menegangkan, tapi tidak
ada tanda-tanda bahwa si battousai[4]
berniat untuk bergerak. Sebaliknya, dia berdiri di tempatnya dan kami beradu
tatap sampai akhirnya dia membuka mulut dan berkata, "Elf, kenapa kau
memasuki wilayahku, mengetahui bahwa Gua Iblis tidak menyambutmu?"
Perlu usaha untuk menutupi keterkejutanku. Dia ternyata tahu bahwa aku adalah seorang
elf? Apakah dia adalah monster dengan kecerdasan buatan? Ini, ini pertama
kalinya aku bertemu seseorang… Tunggu dulu! Seorang monster dengan kecerdasan
buatan? Maka dia setidaknya adalah seorang bos monster… Aku menelan ludah. Itu tidak mungkin, 'kan?
Jika teman-teman tim Odd Squad-ku di sini, aku
mungkin akan berseru lantang, "Ayo ke sini kalau begitu, monster dengan
otak!" Kenyataan benar-benar kejam, walau begitu, dan aku bahkan tidak ada
penyembuh, jadi kebanggaanku berubah menjadi sebuah lelucon yang bagus. Gaaah, aku benar-benar kesal! Kenapa aku
begitu tidak beruntung akhir-akhir ini, sampai-sampai bahkan saat aku hanya
sedang mencoba mendapatkan uang, aku akhirnya bertemu dengan seorang bos
monster dengan kecerdasan buatan?
"Elf, untuk apa sebenarnya kau ke
sini?" Si battousai mendadak
memandangiku dengan penasaran. "Para Elf langka sekali muncul di Benua
Timur; kenyataannya ini pertama kalinya aku melihat seorang elf."
Jadi
karena itu dia tidak langsung membunuhku, pikirku.
Jing dan Yun akhirnya bereaksi, berseru,
"Elf? Dà gē?"
"Aku datang untuk meminjam sesuatu
darimu." Aku memaksakan diriku untuk mengatakannya. Bagaimanapun,
kemungkinan untuk mengalahkannya dalam pertarungan dan kemungkinan untuk
meminjam ikat rambutnya adalah sama…itu adalah, hampir tidak mungkin.
"Ikat rambut?" Si battousai ternyata menunjuk pada ikat rambutnya dengan seulas
senyuman. "Banyak orang telah melawanku demi ikat rambut lusuh ini. Untuk
apa ini sebenarnya?"
Jadi
maksudmu banyak orang telah gagal? Seberapa kuat sebenarnya monster dengan
kecerdasan buatan ini? Pikirku.
Tangan dan kakiku rasanya seperti jeli. "Uh, seseorang memintaku untuk
mendapatkannya."
"Siapa?" Akhirnya ada ekspresi serius
pada wajah si battousai.
Mana
kutahu? "Err, na, namanya
Kaoru!" aku berbohong.
"Kaoru?" Si battousai ternyata terlihat tercengang. "Diakah? Aku
mengerti."
…Beneran,
nih? Apa yang sedang terjadi sekarang? Aku
agak terpaku. Aku tidak mungkin
seberuntung ini. Jadi quest ini tidak
mengharuskan kami untuk mengalahkan monster dengan kecerdasan buatan ini? Jangan-jangan
si desainer game ternyata adalah penggemar setia Rurouni Kenshin sepertiku?
"Beritahukan padaku, apa Kaoru mengatakan
sesuatu?" Si battousai menatapku
lekat-lekat.
Katakan
apa? Quest ini ada prekuelnya? Oh sial, pikirku mati-matian. Kujawab saja sekenanya! "Dia ingin
aku mengatakan padamu… katakan padamu bahwa dia akan menunggumu
selamanya."
Ekspresi si battousai
jadi muram. "Gadis bodoh itu," katanya dan dia melepaskan ikat
rambutnya.
"Katakan padanya agar jangan menungguku,
karena aku tidak bisa kembali lagi." Dengan senyum sedih di wajahnya, dia
menyerahkan ikat rambut itu padaku yang terbelalak karena tidak bisa
mempercayai keberuntunganku.
Aku menundukkan kepalaku dan menatap ikat rambut
lusuh bernoda darah di tanganku, dan kemudian memandangi Kenshin, yang
ekspresinya begitu sedih, seakan sesuatu telah hancur dalam dirinya. Ungkapan
"kecerdasan buatan" menghilang dari pikiranku, dan mendadak yang
kulihat hanyalah seorang pendekar pedang menyedihkan yang terperangkap dan
tidak dapat bertemu kembali dengan orang yang disayanginya, yang kebetulan juga
adalah karakter favoritku, Kenshin. Jadi aku bertanya, "Kenapa? Kenapa kau
tidak bisa kembali? Kenapa kau tetap di sini sebagai raja iblis dan tidak
kembali ke sisi Kaoru?"
Kenshin menatapku untuk waktu yang lama,
kemudian akhirnya menghela napas. "Kau tidak perlu mengetahuinya.
Sampaikan saja pesanku pada Kaoru."
Masih ada yang ingin kutanyakan, tapi Kenshin
melompat mundur dan dengan gesit menghilang ke dinding gua.
Dengan berat hati, aku berpikir dalam hati, Dia hanyalah monster dengan kecerdasan
buatan, dia hanya monster dengan kecerdasan buatan… Tetap saja, rasa
bersalah ini menolak pergi, karena ikat rambut dan pesannya tidak akan pernah
mencapai Kaoru, dan pelakunya adalah aku.
Saat itulah, Yun membantu Jing berdiri dan
berkata, "Bagus sekali, Dà gē! Jadi seperti ini questnya seharusnya selesai. Sekarang kita bisa kembali dan
mengambil hadiah kita."
"Tidak, aku ingin menemukan Kaoru,"
balasku, menggenggam ikat rambut itu erat-erat saat aku menetapkan tekadku. Aku tidak akan menyesalinya.
"Tapi, Dà gē…" Jing memucat.
Aku mengangkat sebelah tanganku. Tidak ada ruang untuk diskusi, karena aku
tahu kalau aku tidak melakukannya, aku akan menyesalinya seumur hidupku,
sementara kalau aku melakukannya, tidak peduli apa hasilnya, aku tidak akan ada
penyesalan.
Jing dan Yun terdiam dan pada akhirnya, Yun
berkata, "Baiklah, karena Dà gē telah memutuskan melakukan itu, kita akan
mencari Kaoru bersama-sama."
Aku mengangguk dan memberikan ikat rambut itu
pada Yun. Setelah itu, kami bertiga berjalan bersama dalam keheningan, dan aku
tidak bisa berhenti memikirkan sikap Kenshin sebelumnya. Apakah monster dengan kecerdasan buatan memiliki perasaan? Itu
mustahil, 'kan? Aku menggelengkan kepala, merasa sedikit konyol… Kalau begitu, bagaimana dengan Meatbun? Aku
mengelus tas kecilku tanpa sadar saat berpikir, Apakah Meatbun memiliki perasaan? Dia memanggilku "Mama",
menangis saat aku menghilang, dan terlihat senang sekali saat aku mengelusnya.
Apa dia tidak punya perasaan? Aku
tidak bisa bilang kalau dia tidak punya.
"Dà gē, cepat, lihat ini, ada sesuatu di
bawah sana!" seru Yun, yang sedang berlutut di depanku, di sebelah tebing.
Kebingungan, aku berjalan ke tempat Yun berada
dan menatap ke bawah tebing. "Hanya gelap gulita?"
Aku merasa seseorang memegangku dan memandang ke
bawah dengan bingung, hanya untuk melihat Yun memegang pergelangan kakiku.
Sebelum aku bisa bertanya apa yang sedang dia lakukan, aku merasakan tenaga
kuat yang mendorongku dari belakang. Dengan Yun berpegangan pada pergelangan
kakiku, aku tidak bisa berbuat apapun selain condong ke depan, dengan kedua
kaki di udara…. Akhirnya, saat aku mulai jatuh, aku berhasil berbalik, dan
melihat bentrokan emosi dalam mata Jing dan Yun.
Yun memejamkan matanya saat bergumam,
"Kenapa? Kenapa kau tidak mau mengambil hadiahnya, Dà gē? Kenapa kau harus
menyerahkan ikat rambutnya padaku? Kenapa kau begitu mempercayai kami?"
"Kali ini, Dà gē pasti akan
menyesalinya!" kata Jing dengan senyum perih.
Pikiranku menjadi kosong saat aku jatuh, tapi
perlahan sebuah pikiran muncul di kepalaku : Tebing ini sangat tinggi, jadi aku pastinya akan mati dalam sekejap,
dan tidak akan berakhir dengan terbaring sekarat di tanah.
BYAAAR!
Tubuhku yang terentang membentur permukaan air. Sial…. Ini sakit, pikirku, wajahku
mengerut kesakitan. Aku meringis dan secara tak sengaja menelan beberapa teguk
air sedingin es. Rasanya begitu dingin sampai-sampai aku mulai menggigil, tapi
aku mengesampingkan rasa dingin itu dan mencoba berenang ke permukaan, hanya
untuk menemukan mantelku yang basah kuyup memberatiku. Dengan sangat kesulitan,
aku membebaskan diri dari mantel tersebut dan berjuang untuk kembali ke
permukaan, tapi penglihatanku perlahan menjadi semakin kabur. Waaah, tidak disangka aku akan mengalami
begitu banyak cara untuk mati saat bermain game…
Mendadak, tepat saat aku berada di ambang
kematin, aku mendapi seseorang telah menyambarku di pinggang dan menarikku ke
atas. Apakah Jing dan Yun datang
menyelamatkanku? Begitukah?
Aku membuka mataku dengan segera dan menatap
bingung pada pria yang sedang… menciumku?
Setelah membeku beberapa detik, aku buru-buru mendorongnya menjauh.
"Kenshin?!" Aku terkejut meihat orang
yang ada di hadapanku adalah Kenshin, yang belum lama berpisah.
"Apa kau merasa lebih baik?" Meskipun
itu adalah ungkapan perhatian, suara Kenshin tanpa emosi saat dia bicara.
Aku bertanya dengan linglung, "Kau
melakukan CPR padaku?"
"Ya."
Aku memiringkan kepalaku ke satu sisi dan
berpikir, Ini tidak bisa dihitung sebagai ciuman pertamaku… Tidak, tunggu. Ciuman
pertamaku telah diberikan pada sepupuku, waaaaaah! Apa-apaan ini, ciuman
pertamaku telah diberikan pada sepupuku, dan ciuman keduaku pada seorang NPC?
Haah! Semua ciumanku mengalami petaka semacam itu….
"Kau telah dikhianati oleh
rekan-rekanmu?" Kenshin bangkit berdiri.
"Sepertinya begitu," balasku dengan
berat hati. Aku tidak mengira Jing dan
Yun ternyata akan menyakitiku. Mereka tidak tahu siapa aku, tapi tetap saja,
adalah hal yang salah menyakiti orang lain! Meskipun aku bisa mengerti
keinginan mereka untuk pergi ke Benua Tengah lebih cepat…
"Kau menyesalinya kalau begitu, kau
menyesal mempercayai mereka." Tatapan mata Kenshin sangat dingin.
Aku bangkit berdiri juga dan menggaruk wajahku.
"Tidak, aku tidak menyesalinya. Tidak peduli apa yang terjadi, aku akan
membantu mereka. Bagusnya mereka tidak tahu nama dan penampilanku. Dengan
begini, saat kami bertemu, setidaknya mereka tidak akan merasa bersalah.
Membiarkan orang yang dikenal sebagai "Dà gē" menghilang saja seperti
ini mungkin bukanlah akhir yang buruk."
Kenshin menatap mataku, dan akhirnya menghela
napas. "Aku tidak mengerti apa yang kau pikirkan."
"Hmmm, masalah ini lumayan rumit."
"Aku ingin kau menemui seseorang,"
kata Kenshin, jelas merasa tidak yakin akan sesuatu.
"Oh? Kenapa?" pikirku penasaran. Siapakah itu? Tidak mungkin Kaoru, 'kan?
"Ini adalah quest. Quest
rahasia," kata Kenshin, melihatku dengan sedih. "Dan aku tidak bisa
menentangnya."
Aku memandangi Kenshin dengan keheranan. Sudah jelas ini bukan sesuatu yang
seharusnya NPC katakan, 'kan? Aku menelan ludah. Jangan-jangan… jangan-jangan dia benar-benar mengembangkan perasaannya
sendiri? Aku berkata begitu saja tanpa berpikir, "Apakah kau seorang
NPC atau bukan?"
"Aku adalah seorang NPC…. Kurasa
begitu?" Kenshin menatapku, dan matanya menyiratkan rasa sakit dan tidak
yakin.
*Sweat*
Mungkin tidak lagi seperti itu keadaannya; mungkin dia benar-benar
mengembangkan perasaan dan kesadaran dirinya sendiri. Aku tidak pernah melihat
seorang NPC menunjukkan kesedihan dan rasa sakit seperti itu dalam ekspresi
mereka. "Kau memiliki
kehendakmu sendiri kalau begitu?"
Ada kesunyian sesaat, dan kemudian Kenshin
membalas tanpa ekspresi, "Aku tidak tahu. Hanya saja suatu hari, saat aku
menghadapi seorang player, aku
mendadak merasakan sesuatu yang sangat aneh. Aku tidak tahu apa yang sedang
kulakukan, tapi rasanya aku seharusnya mencari seseorang, mencari Kaoru…. Tapi
dari percakapan antar player, aku
sedikit demi sedikit mengerti bahwa semuanya tidak seperti yang kupikirkan. Aku
adalah seorang NPC, dan memerlukan waktu yang sangat lama untuk mengerti apa
yang dimaksud dengan "NPC". Sejak saat itu, aku tidak lagi tahu siapa
diriku ini."
"Kau adalah Kenshin," cetusku.
"Apa kau benar-benar ingin menemukan Kaoru? Mungkin kita bisa mencarinya
bersama-sama?"
"Aku sudah tahu bahwa aku hanya akan
menemukan makamnya. Seperti itulah yang tertulis dalam alur ceritanya. Aku
tidak akan pernah bisa bertemu dengannya," balas Kenshin dengan senyum
perih.
"Jadi apa yang akan terjadi kalau aku
berhasil bertemu dengannya? Apa benar-benar terjadi sesuatu di antara kami?
Apakah kami benar-benar hidup bersama sebelumnya? Setelah saat itu, aku
ditantang untuk bertarung oleh Dewa Iblis Kegelapan dan terkurung di sini
karena kekalahanku, sementara Kaoru terperangkap di Desa Salju, sehingga kami
berdua tidak akan pernah bisa bertemu. Pada dasarnya, harapan terbesarku adalah
bertemu Kaoru, tapi setelahnya aku perlahan sadar bahwa semuanya hanyalah
kebohongan."
Sebuah
kebohongan? Aku tidak pernah
memikirkannya seperti itu, tidak pernah menyadari bahwa alur yang kami para
manusia timpakan pada para NPC akan sekejam ini.
"Meski begitu, aku harus mengikuti sistem quest rahasia ini dan membawamu untuk
bertemu dengan orang itu. Akan tetapi, kuharap… aku harap kau tidak akan
melukai dia. bisakah kau melakukan itu, elf?" Kenshin melihat padaku
hampir memohon.
Aku memberinya seulas senyum cerah.
"Panggil aku Prince. Jangan khawatir, teman Kenshin adalah temanku."
"Jadi, siapa namanya?" tanyaku saat
aku melihat-lihat ke sekitar dengan penasaran pada lorong berwarna putih bersih
ini. Dari atmosfir yang Kenshin kesankan padaku, aku menduga kami akan berjalan
melintasi istana naga atau tempat suci makhluk ilahi yang abadi…
"Dia awalnya bernama Lantis Ilanyushenlin,
tapi dia ingin aku memanggilnya Sunshine," Kenshin membalas sambil
memimpin jalan kami.
Lantis
Ilanyunshenslin? Desainer game payah mana yang memikirkan nama sepayah itu? Aku
bertaruh dia memilih alphabet seenaknya dan menyatukannya untuk membentuk
sebuah naman. "Sunshine
kedengaran jauh lebih baik. Apakah orang ini seorang laki-laki?"
"Ya, untuk sebagian besar."
Eh?
Bagaimana dengan bagian lain yang tersisa?
"Kita sampai." Kenshin tiba-tiba
berbalik dan aku mendadak menyadari apa yang ada di hadapanku adalah sebuah
pintu putih bersih dengan sebuah batu mirah delima dipasang di tengahnya. Berapa banyak tiket kapal yang bisa dibeli
dengan batu mirah ini, ya? Pikirku, diam-diam meneteskan liur dan menahan
dorongan hati untuk memanjat dan mencoba melepaskannya.
"Kuharap kau tidak akan menyakitinya.
Meskipun quest ini mengharuskanmu
untuk bertarung melawannya, kau tidak harus menyerangnya karena Sunshine tidak
lagi dikendalikan oleh quest."
"Oh, aku mengerti," balasku dengan
sebuah anggukan sementara aku berpikir riang, Syukurlah aku tidak harus bertarung. Aku bahkan tidak bisa mengalahkan
Kenshin, apalagi melakukan quest yang
gila banget sulitnya ini. (Selain mengetahui soal Kenshin dan Kaoru serta
menjawab pertanyaan Kenshin dengan benar, seseorang pastinya tidak punya hal
lain yang lebih baik untuk dilakukan selain jatuh dari sebuah tebing. Kalau quest ini tidak gila, apalagi sebutannya?}
Pada titik itu, aku masih tidak menyadari
sedikit pun betapa seriusnya implikasi dari seorang NPC yang tidak dikendalikan
oleh parameter quest!
Kenshin mendorong terbuka pintu raksasa itu, dan
sebuah cahaya keemasan lembut bersinar lewat celah pintu itu. Saat aku
mengangkat sebelah tangan untuk melindungi mataku dari cahaya, aku berpikir
melihat sebuah siluet di dalamnya. Aku mengikuti Kenshin masuk ke dalam ruangan
itu.
"Sunshine, ini Prince, elf yang datang
untuk quest rahasia," kata
Kenshin, bibirnya melengkung menjadi sebuah senyuman.
"Oh? Benarkah?" Sesosok manusia, yang
tadinya bermalas-malasan pada sebuah dipan, mendekatiku.
Aku perlahan mulai melihat dengan jelas sosok
manusia itu dan langsung mendapatkan sebuah kejutan. Seorang dark elf? Kulitnya
segelap dark elf, tapi alih-alih rambut perak, dia memiliki rambut panjang ungu
keperakan, yang dia ikat menjadi ekor kuda. Dia memiliki sepasan mata berwarna
hijau giok, dan mengenakan pakaian dua potong. Pada bagian bawahnya dia
mengenakan sebuah rok yang menjuntai ke lantai, dan tidak ada sepatu di
kakinya, yang mana hanya dibungkus oleh potongan kain.
Aku melongo. Apa
kau bercanda? Bukannya Kenshin bilang ada sangat sedikit elf di Benua Timur?
Kenapa seorang dark elf jadi bagian dari quest rahasia kalau begitu? Hmmm, pikirku, dan kemudian aku melihat
telinganya sama seperti manusia pada umumnya. Apa yang sebenarnya sedang terjadi di sini?
"Halo, Prince. Aku Sunshine," kata
Sunshine, dan kemudian membungkuk dengan anggunnya.
Aku memandanginya, mengerutkan kening, mencoba
menerka apa yang dipikirkan si desainer game…. Seorang pangeran Arab? Aku tiba-tiba menyadarinya. Bukankan ini pakaian dan warna kulit orang
Arab? Jadi begitu ya, desainer game mencoba memikirkan ide desain Arab.
Sebuah pemahaman muncul padaku. Dia bukan
seorang dark elf, dia adalah ORANG ARAB!
"Prince?" Sunshine menatapiku dengan
penasaran.
Aku tersentak kembali ke dunia nyata dan dengan
senang hati menyapa teman baruku. Ini kali pertamaku bertemu dengan orang Arab,
meskipun dia adalah seorang NPC. "Halo, senang bertemu denganmu,
Sunshine."
Ada sebuah senyum tipis di wajah Sunshine dan
Kenshin, dan Sunshine mulai menanyaiku tentang dunia luar dengan penuh
semangat.
Karena aku tidak terbiasa dengan Benua Timur,
aku hanya bisa mengatakan pada mereka bagaimana aku tiba di Benua Timur, dan
kemudian mulai menceritakan pada mereka semua tentang Benua Tengah, termasuk
anggota tim Odd Squad-ku tersayang dan Infinite City yang
tidak-yakin-apa-sudah-selesai.
"Aku
benar-benar ingin mengunjungi Benua Tengah," kata Sunshine dengan kening
sedikit berkerut. "Aku ingin melihat dunia luar, melihat cahaya matahari
yang sebenarnya."
Cahaya
matahari? Aku mengerti, karena itulah kau menamai dirimu sendiri Sunshine?
Karena kau sangat ingin melihat cahaya matahari yang sesungguhnya… Aku sudah memutuskan. "Kalian semua bisa
ikut denganku dan menemaniku kembali ke Benua Tengah. Aku tidak akan
mengungkapkan identitas kalian, dan kalian bisa berpura-pura menjadi player biasa. Tidak akan ada
masalah."
"Benarkah? Kau mau membawa kami
bersamamu?" Seulas senyuman merekah di wajah Sunshine.
"Yep." Aku juga tersenyum, tapi saat
itulah aku mendadak terpikirkan sesuatu. "Tapi, bahkan tanpa aku, kalian
bisa pergi, 'kan? Kenapa kalian tidak melakukannya?"
Kenshin tersenyum getir. "Sia-sia saja, aku
sudah mencobanya. Kalau quest rahasia
tidak terpicu, maka saat aku meninggalkan Gua Iblis, sistem akan secara paksa
menteleportasiku kembali ke sini. Sunshine bahkan tidak bisa melangkah keluar
dari istana ini."
"Kalau begitu kalian bisa pergi
sekarang?"
"Tidak," balas Sunshine, alisnya
mengerut, dan dia menghela napas. "Kau harus memenuhi keinginan Kenshin
dulu."
Aku menoleh pada Kenshin. "Keinginanmu? Kau
benar-benar punya banyak keinginan, ya."
"Itu karena sistem membuatnya seperti
itu…" balas Kenshin letih. "Misi rahasinya seperti ini. Kau harus
memberitahuku nama si pemberi quest —
yaitu Kaoru — sebelum aku memberimu ikat rambutku. Setelah menerima ikat
rambut, kau tidak boleh membawanya ke Adventure's Guild, dan sebagai gantinya,
membawanya pada Kaoru, yang sakit parah. Kaoru akan memohon padamu untuk
membawa aku menemuinya, dan kau akan kembali ke Gua Iblis dan memberitahuku
berita itu, bahwa Kaoru hampir mati. Aku kemudian pergi denganmu untuk mencari
Kaoru, tapi begitu melihat makamnya, kau kemudian akan menemaniku mencari
musuhku dan membalaskan dendamku. Begitu menyelesaikan itu semua, aku akan
menjadi humanoid petmu."
Jadi
begitu , ya. Tapi serius, berapa banyak orang yang akan tahu bahwa itulah
metode untuk mendapatkan ikat rambut tersebut? Dan setelah mendapatkannya,
mereka harus merelakan hadiah yang sangat besar itu dan malah memberikan ikat
rambut tersebut, yang begitu sulit didapat, pada NPC lain? Dan mereka bahkan
harus setuju untuk membawa Kenshin untuk bertemu Kaoru, dan yang paling konyol
di antara semuanya, mereka harus membantu seorang NPC untuk membalas dendam? Keringat dingin menetes dari dahiku saat aku
dalam diam memberi hormat pada leluhur siapapun desainer game ini yang
memikirkan quest gila ini.
"Pantas saja tidak ada seorang pun yang menyelesaikan quest ini sebelumnya."
"Ya, dan quest Sunshine bahkan lebih sulit," Kenshin meneruskan tanpa
emosi. "Setelah mendapatkan aku, kau harus jatuh dari tebing ini. Aku akan
menolongmu dan membawamu untuk bertemu Sunshine, yang mana, saat ditanya, kau
harus mengatakan nama lengkap Sunshine atau dia akan menyerang dan membunuhmu.
Bila sudah begitu, kau tidak akan pernah bisa mencoba quest ini lagi."
"Lantis Ilanyunshenlin? Bahkan sekalipun
aku terus menebak-nebaknya sampai hari kiamat datang, aku tidak akan pernah
bisa memikirkan nama itu," kataku lemah.
"Kau harus menyelesaikan quest lainnya, hanya dengan begitulah
kau akan mendapati namaku secara kebetulan. Kurasa itu terukir pada sebuah
lempengan batu berisi ramalan, di gunung tertinggi di dunia, Puncak
Azure." Ada sebuah kilatan pada mata Sunshine, dan ada nada tidak puas
dalam suaranya saat dia lanjut bicara, "Tapi aku tidak suka nama
itu."
"Apakah quest
ini tidak dimaksudkan untuk diselesaikan? Maksudku, coba ada berapa banyak
kebetulan yang kau perlukan untuk menyelesaikannya?" Aku benar-benar
curiga kalau bukan karena Kenshin dan Sunshine telah mengembangkan kesadaran
diri mereka sendiri, sampai hari Second
Life ditutup pun, tidak ada seorang pun yang bisa menyelesaikan quest ini.
Kenshin meringis sedikit. "Kurasa mereka
tidak berniat siapapun menyelesaikan ini. Sampai sekarang, tidak satu player pun yang berhasil mengalahkanku.
Kalau aku sampai menjadi humanoid pet
seseorang, aku pastinya sangat bernilai."
I-itu
ada benarnya, pikirku,
menelan ludah. Kalau aku punya Kenshin,
tidak ada yang perlu kutakutkan. Bahkan Lolidragon tidak akan bisa menjahiliku
lagi. "Bagaimana denganmu, Sunshine? Apakah kau akan menjadi humanoid pet juga?"
Sunshine terus tersenyum menawan. "Ya,
benar. Setelah kau menyelesaikan questnya,
aku akan dapat meninggalkan tempat ini."
"Yaaaaay! Aku tidak hanya mendapatkan dua
teman, tapi teman yang super kuat!" Aku langsung melompat-lompat
mengelilingi ruangan dengan gembira.
"Teman?" Kenshin dan Sunshine
menyengir. Mereka telah memilih orang yang tepat ternyata.
"Walau begitu, kau harus menyelesaikan
semua quest, atau kau akan memicu
kecurigaan sistem," Kenshin menyela kegiranganku.
"Jangan khawatir. Dengan ada dirimu, mana
mungkin aku gagal menyelesaikan quest?"
balasku, tanpa sedikit pun rasa takut.
Kenshin mengambil kendali diskusi dan lanjut
menjelaskan apa yang harus kami lakukan. "Kalau begitu, ayo cari makam
Kaoru terlebih dulu. Seharusnya ada di Desa Salju, yang mana ada di area paling
utara. Kita akan mencari Dewa Iblis Kegelapan setelah itu untuk membalaskan
dendamku, dan kemudian menerima quest
peramal dan mencari tiga peramal yang tersebar di seluruh negeri. Setiap
peramal akan memberikan kita potongan peta. Setelah menyatukan semuanya, kita
akan pergi ke gunung tertinggi di dunia, Puncak Azure, dan mendapatkan Batu
Ramalan, kemudian menyerahkan batu tersebut pada para peramal. Mereka akan
memberikanmu ramalan ini: Sang iblis menunggu kekasihnya, kekasihnya itu juga
menunggu dalam kesakitan. Hanya di tempat terdalam dan tersunyi harapan dapat
ditemukan."
"Ramalan aneh macam apa itu…" Aku penasaran,
Siapapun yang mendapatkan ramalan itu
mungkin akan muntah darah, 'kan? Setelah mendaki gunung yang tinggi dengan
begitu kesulitan, hanya mendapatkan sebuah ramalan aneh….
Sunshine menjelaskan, "Itu pada dasarnya
memberi petunjuk bahwa kau pertama-tama harus memenuhi harapan si raja iblis —
harapan Kenshin — dan kemudian melompat dari sebuah tebing, hanya dengan cara
itu kau bisa bertemu denganku."
Kalau
seseorang ternyata bisa menebak hal itu, dia sebaiknya pergi dan membeli tiket
lotere. Dia pasti akan memenangkan hadiah utama! Pikirku, dan ujung mulutku berkedut.
"Baiklah, kedengarannya tidak sesulit itu.
Aku akan membawa Kenshin untuk mencari Kaoru. Tunggulah kabar baiknya,
Sunshine!" Aku menenangkan Sunshine dengan percaya diri, berpikir, Dengan adanya Kenshin, apa yang menakutkan
dari Dewa Iblis Kegelapan? Yang harus kulakukan hanyalah mencari beberapa
orang, mendaki sebuah gunung, dan kemudian aku akan mendapatkan Kenshin dan
Sunshine sebagai rekanku. Dengan hasil sebesar ini, aku akan jadi orang bodoh
tidak melakukannya.
"Baik. Aku akan menunggu kepulangan
kalian," Sunshine membalas, menatapku dengan penuh percaya.
Tekadku untuk bertarung kini membara, aku
menyambar Kenshin dan berkata, "Ayo, Kenshin. Ayo selesaikan quest ini secepatnya, kemudian kita bisa
kembali dan menjemput Sunshine, lalu kembali ke Benua Utama."
Aku melambai selamat tinggal pada Sunshine dan
kemudian pergi melewati pintu putih luar biasa besar itu, menarik Kenshin di
belakangku.
"Semoga beruntung, Prince. Semoga Allah
memberkatimu," kata Sunshine saat kami pergi.
Masih menarik Kenshin bersamaku, kami kembali ke
Gua Iblis. Bersama Kenshin, rasanya menyejukkan pergi keluar. Aku menatap
langit, yang tidak kulihat untuk beberapa lama, dan meregangkan kaki tanganku
dengan nyaman. Saat aku selesai meregangkan tubuh, aku menemukan Kenshin sedang
memperhatikan sekelilingnya dengan ekspresi bingung. Aku mau tidak mau
menyengir, karena langka sekali melihatnya terlihat kebingungan seperti itu,
dan Kenshin segera menenangkan dirinya sendiri, meskipun dia masih terlihat
sedikit malu.
Aku tiba-tiba teringat sesuatu.
"Ngomong-ngomong, kau mungkin sebaiknya tidak berjalan-jalan dengan
berpakaian seperti itu, karena banyak orang yang mungkin menyadari bahwa kau
terlihat sangat mirip dengan battousai!"
Walaupun tidak semua orang suka membaca
komik kuno seperti aku, hmmm….kecuali di desainer game yang bosan itu.
"Begitukah? Bukannya tidak masalah kalau
kau katakan saja pada mereka bahwa aku adalah pet-mu?" balas Kenshin, tidak peduli.
Aku memandanginya tidak senang. "Tapi kau
bukan pet-ku. Kau adalah
temanku."
Kenshin membalas pandanganku. Meskipun wajahnya
masih tanpa ekspresi, aku bisa melihat rasa senang dalam matanya. "Kalau
begitu, apa yang harus kita lakukan?"
"Tunggu," kataku. Aku menyambar
kantungku dan mulai mencari-cari di dalamnya. Akhirnya, aku menarik keluar equipment pemulaku, yang mana kusimpan
sebagai kenang-kenangan. Syukurlah aku
tidak menjual ini, pikirku. "Pakailah ini! Dan gerai rambutmu, dengan
begitu kau tidak akan terlalu mirip battousai."
Kenshin mengambil baju tersebut dariku dan mulai
melepaskan baju ruroni-nya di sini
dan di sana… Uhh, haruskah aku
membalikkan badan? Pandanganku mengarah ke atas. Aku sesekali melirik
penasaran, tapi… Sumpah, selain bahunya
yang tidak terlalu lebar, lengannya yang kurus, perut six-pack, dan dua kakinya yang ramping, aku sama
sekali tidak melihat apapun!
Saat aku melihat dia sudah selesai berganti
baju… Maksudku, setelah Kenshin memberitahuku bahwa dia sudah selesai berganti
baju, aku merobek sepotong kain dari baju lamanya dan kemudian mengikatkannya
pada dahinya seperti sebuah ikat kepala.
Bagus
sekali, pikirku saat
memandanginya dengan puas. Setelah
memakai baju pemula itu, dia terlihat seperti seorang remaja. Dengan begini,
dia tidak ada bedanya dari player
lain. Malahan, dia terlihat seperti player baru.
"Boleh aku tetap memanggilmu Kenshin?
Kurasa itu tidak akan jadi masalah."
"Mm."
"Ayo pergi kalau begitu. Kita tidak mau
membuat Sunshine terus menunggu lama." Jadi,
ayo pergi menemukan makam Kaoru. Tentu saja, aku tidak lupa untuk memakai
topeng operaku.
"Ngomong-ngomong, kedengarannya Desa Salju
adalah tempat yang dingin. Benar tidak?" tanyaku cemas.
"Aku tidak tahu. Tidak pernah ke
sana," Kenshin menjawab singkat.
"Apa kau takut hawa dingin?" aku
penasaran.
"Entahlah. Mungkin tidak," balas
Kenshin, mengangkat sebelah alisnya, seakan dia tidak berpikir bahwa dia bisa
takut dengan hawa dingin.
[½ Prince Jilid 3 Bab 5 End]
[1] Quest level B: Adventurer's
Guild menyediakan berbagai quest
untuk diselesaikan para player.
Hadiahnya beragam antara satu quest dengan
quest lainnya, tergantung tingkat
kesulitannya. Dari yang tertinggi hingga yang terendah, tingkat kesulitannya
adalah : X, S, A, B, C, D, E, F, dan G
[2] Shaobing
youtiao : Shaobing
youtiao adalah kombinasi dua camilan atau sarapan populer orang Tiongkok. Shaobing adalah roti pipih panggang,
sering dihiasi dengan wijen, dan bisa diisi dengan bermacam isian (atau tidak
sama sekali). Youtiao, seperti yang
disebutkan dalam Jilid 1 Bab 4, adalah penganan goreng yang sangat empuk di
bagian dalamnya yang kita kenal dengan nama "cakue/cakwe". Jadi, pada
dasarnya shaobing youtiao adalah roti
pipih dengan cakwe di dalamnya. (https://www.123rf.com/photo_104494422_shaobing-youtiao-chinese-cruller-in-layered-flatbread-taiwanese-food.html)
[4] Battousai :
Menurut Wikipedia, ini adalah julukan yang diberikan pada Kenshin dalam manga Rurouni Kenshin sebagai pengakuan atas
kemampuannya menjadi praktisi Hiten
Mitsurugi-Ryuu, yang menggunakan tekhnik battoujutsu (teknik menarik pedang) dengan kecepatan luar biasa.
Julukan ini secara literal berarti "ahli menarik-pedang"
0 Comments
Posting Komentar