KENANGAN MUSIM PANAS
(Translater : Fulcrum)

31 Agustus
31 Agustus 2095. Untuk murid-murid SMA sihir, hari ini adalah hari terakhir libur musim panas. Kebanyakan sekolah sains dan literatur sudah memulai semester baru, sementara sekolah seni dan olahraga masih libur sampai pertengahan September. Kompetisi Sembilan Sekolah yang diadakan sejak 3 Agustus sampai 12 Agustus sudah selesai, tapi tidak ada tambahan libur yang diberikan kepada para atlet.
Bahkan di abad 21 para murid masih dihantui PR selama liburan, sesuatu yang sering diributkan selama akhir masa liburan, biasanya mereka tidak meributkannya secara harfiah saat mengerjakannya, tapi memang inilah yang terjadi di seluruh Jepang. Namun, bukan berarti mereka semua malas. Contohnya saja sepasang kakak-adik kelas 1 SMA 1 yang berafiliasi dengan Universitas Sihir Nasional, jumlah murid yang menikmati hari-hari terakhir libur musim panasnya di rumah tidaklah sedikit.
“Miyuki, ini sudah selesai.”
“Terima kasih banyak, maafkan aku, Onii-sama. Merepotkan Onii-sama hanya untuk hal seperti ini…”
“Membuat es batu tidak merepotkan.”
Sambil menaruh pemecah es itu di meja makan, Tatsuya tertawa kecil mendengar cara bicara adiknya.
Saat itu, Miyuki menunjukkan sebuah senyuman anggun. Di tangannya, ia memegang sebuah teko kaca tahan panas berisi kopi yang bergejolak di dalamnya.
Kopi itu dituangkan Miyuki ke es yang dibuatnya dengan sihir, dan Tatsuya hancurkan dengan pemecah es menjadi es batu (kalau saja Tatsuya menggunakan sihirnya, maka itu akan jadi es serut).
Sebuah aroma harum memenuhi ruangan itu.
Untuk mencegah aroma itu menyebar, Miyuki menggunakan sihirnya membentuk sebuah kantung udara dingin diatas gelas-gelas besarnya, dan segera menaruhnya di baki, siap dengan dua gelas es kopi.
Melihat adiknya yang dengan mudah melakukan semua hal itu, membuat Tatsuya menyipitkan matanya.
Menyadari tatapan kakaknya, Miyuki tidak bisa menahan senyuman malunya, sebelum akhirnya membalikkan tubuhnya.

Di ruangan lantai satu yang menghadap taman dan berisikan meja, sebenarnya itu kamar tamu tapi sekarang sejak sudah tidak ada ranjang lagi, tempat itu hanya menjadi kamar kosong, dengan jendela dan gorden yang terbuka memberikan angin segar, membuat Tatsuya dan Miyuki menikmati waktu minum kopinya serasa di teras resort.
Melihat Miyuki yang sibuk melayani Tatsuya, dia sendiri bahkan sampai tidak sempat untuk duduk di kursinya, tapi karena Miyuki senang melakukannya, tidak ada yang perlu dipermasalahkan.
Setelah selesai, Miyuki dengan perlahan melepas celemek putihnya dan duduk di samping Tatsuya di sebuah meja bundar.
Dibalik celemeknya, lengan putih mulusnya terlihat di bawah tali bahu one piece tembus cahayanya. Tatsuya merasa kalau gaun musim panas tembus cahaya itu cukup familiar.
“Apa Onii-sama ingat?”
Membaca ekspresi wajah Tatsuya dengan dalam, Miyuki dengan malu bertanya sebelum Tatsuya bisa membuka mulutnya.
“Tentu saja. Cocok sekali denganmu.”
Miyuki mulai tersipu malu mendapat pujian yang diutarakan Tatsuya.
“Sudahlah, Onii-sama selalu seperti itu.”
“Itu karena memang itulah kenyataannya. Itulah kenapa aku bilang itu sejak dulu. Lagipula, aku tidak akan memilihkan sesuatu yang kau tidak cocok.”
Dihadapkan dengan wajah keren itu, perkataan Tatsuya, benar-benar bekerja pada adiknya, wajah Miyuki merah padam.
“Eh, umm…. Terima kasih banyak.”
Saat dia mencuri pandang pada wajah Miyuki, wajahnya terlihat bahagia dan malu di saat yang sama, ekspresinya sama seperti saat pertama kali Tatsuya membelikannya gaun itu saat ia mengingat momen itu kembali.

14 Agustus
14 Agustus. Dua hari setelah berakhirnya Kompetisi Sembilan Sekolah. Tatsuya dan Miyuki sedang berbelanja di distrik perbelanjaan di pusat kota.
Mereka berdua adalah anak SMA, dan di tengah libur musim panas. Mereka sebenarnya tidak perlu sampai pergi ke pusat kota di hari Minggu hanya untuk berbelanja, tapi tentu saja ada alasannya. Dari keesokan harinya tanggal 15 sampai 18, Tatsuya harus mendatangi rapat di Four Leaves Technology (FLT) tentang pemasaran perangkat terbang. Minggu depannya dari hari Selasa sampai Kamis dia ada jadwal latihan dengan Batalion Sihir Independen. Karena dia hanya punya waktu kosong di akhir pekan ini, Tatsuya memilih untuk beristirahat.
Untuk kegiatan yang mereka lakukan, Tatsuya memutuskan untuk membelikan Miyuki hadiah (reward) atas kemenangannya di lomba Mirage Bat. Miyuki sedikit menggerutu mendengar Tatsuya menggunakan kata hadiah (reward)[1] dan bukan hadiah (present)[2], tapi karena mau disebut apapun itu tetap hadiah maka Miyuki jalan menemaninya dengan senang dan bersemangat. Sebenarnya, Miyuki tidak senang menerima hadiah seperti ini, tapi karena ini dari Tatsuya maka dia sangat senang.
Pakaian Miyuki hari ini adalah blus warna gelap dengan lengan tembus pandang, rok putih sepanjang mata kaki, dan sandal. Di kepalanya dia memakai sebuah topi jerami. Itu adalah pakaian jalannya jadi Tatsuya tidak terlalu memikirkan bajunya yang agak terbuka, tapi seperti biasa, pakaian Miyuki lebih sederhana daripada yang dipakainya di rumah.
Di sisi lain, Tatsuya mengenakan sebuah jaket longgar di luar kaosnya, dengan celana elastis. Meski celananya terlihat ketat, bahan kainnya dibuat untuk musim panas sehingga sirkulasi udaranya baik dan meski menutup seluruh kakinya sampai bawah, dia tidak terlihat kepanasan sama sekali. Namun, selain leher dan lengannya yang tertutup, penampilannya tidak beda dengan adiknya.
Kesenangan perempuan untuk berbelanja tidak berubah sampai sekarang, sesuatu yang tidak bisa dipahami akal sehat, dan terutama bagi para gadis yang sampai akhir abad 21 masih senang. Bisa dibilang sifat belanja mereka bisa dipisah menjadi tiga kategori.
Pertama, mereka yang membeli barang favorit mereka dulu.
Kedua, mereka yang membeli barang favorti mereka terakhir.
Ketiga, dan mungkin yang paling umum, mereka yang membeli barang favorit mereka kapanpun di sana-sini.
Miyuki termasuk di kategori pertama. Saat Tatsuya bertanya padanya kemarin “Apa yang kau mau?” Miyuki dengan ragu hanya menjawab “Gaun one piece musim panas”, mungkin itu karena gaun musim panas Mayumi yang dipakainya di perjalanan ke Kompetisi Sembilan Sekolah. Setidaknya, itulah yang Tatsuya simpulkan saat mereka sampai di tujuan mereka. Itu karena di dalam butik yang Miyuki ingin datangi, ada banyak jenis baju yang dipasang di etalase. Pakaian Miyuki sekarang desainnya cukup trendi, tapi tidak apa-apa baginya untuk mencoba baju-baju lain, pikir Tatsuya saat ia melihat banyaknya maneken yang mengenakan gaun-gaun musim panas.
Melihat persis apa yang dilihat Tatsuya, ekspresi Miyuki terlihat bimbang. Yah, mungkin tidak sama persis. Yang dilihat Miyuki adalah label harga yang dipasang di gaun-gaun itu.
“Tidak perlu menahan diri, Miyuki. Kau tahu uangku ‘kan.”
Meski itu disebut ‘label harga’ tapi bisa dibilang sudah berbeda dari seabad sebelumnya, sekarang bentuknya AR visual.
Untuk mencek harganya diperlukan terminal informasi yang dimiliki semua orang dan aplikasi AR, itulah kenapa Tatsuya tahu apa yang sedang Miyuki lihat.
Tatsuya juga sedang menggunakan aplikasi AR dan mencek harga. Harga yang tampil tidak berbeda jauh dari bayangannya.
Toko yang telah mencuri perhatian Miyuki ini. Seharusnya barang-barangnya tidak murah.
Ditambah lagi, perkataan Tatsuya ke Miyuki bukan omong besar. Pakaian siap pakai untuk remaja itu memang mahal. Tapi untuk ukuran baju pada umumnya, itu tidak terlalu mahal. Sebagai Taurus Silver, uang sebanyak itu tidaklah besar bagi Tatsuya.
Memamerkan isi dompet adalah sesuatu yang kurang mengenakkan dilihat orang lain, tapi sepertinya Miyuki sudah tidak memerdulikannya. Dia mungkin merasa kalau menahan diri hanya akan menyinggung perasaan kakaknya. Mengabaikan keraguannya, Miyuki mulai mencari gaun yang tergantung di hanger dan maneken.
Dengan fakta adanya katalog fisik di toko ini dan bukan display video 3D menunjukkan kalau toko ini tidak main-main. Toko-toko tingkat rendah dan menengah umumnya punya display video 3D.
Bahkan kebanyakan toko menggunakan fitur itu untuk pencobaan baju. Jika tidak cocok dengan bahan kain maka bisa dikembalikan sesuai peraturan. Jarang sekali sekarang bisa mencoba baju secara langsung di toko, seperti di sini.
Setelah mencari-cari ke seluruh penjuru toko, Miyuki memanggil sang pegawai toko dan menunjuk tiga gaun. Setelah mengatakan kalau ia ingin mencoba ketiganya, pegawai itu mengangguk dengan senyuman di wajahnya. Senyuman itu tidak terlihat seperti senyuman bisnis biasanya, sepertinya itu karena ia ingin menjadikan Miyuki untuk promosi toko, pikir Tatsuya.
Sudah biasa bagi Miyuki untuk jadi korban niat tersembunyi seperti itu. Tapi itu tidak bisa dibiarkan. Contohnya saja jika mereka hanya ingin membuat sebuah iklan kecil, Tatsuya jelas tidak akan membiarkan Miyuki jadi modelnya. Alasan sebenarnya hanya karena Tatsuya tidak ingin Miyuki dilihat oleh tatapan-tatapan kotor.
Tapi seperti yang diharapkan dari sebuah toko berkelas, pegawainya tidak akan melakukan hal setidak sopan itu. Sebaliknya dia pergi menuju ke ruang penyimpanan dengan senyuman terpampang terus di wajahnya, lalu kembali dengan cepat sambil membawa gaun-gaun untuk dicoba di tangannya. Dengan adanya mekanisme untuk selalu membersihkan dan merapikan setiap pakaian yang sudah dicoba, jadi tidak perlu ragu mencobanya. Sambil memegang contoh itu, Miyuki dipandu oleh pegawai itu ke salah satu kamar pas.
Sementara itu, Tatsuya duduk di sebuah bangku di dalam toko. Kalau ada sesuatu, pegawai itu akan memanggilnya, dan walaupun pegawai itu tidak memanggilnya kalau ada sesuatu yang terjadi pada Miyuki maka dia pasti akan langsung tahu. Untuk menghabiskan waktu, dia membuka situs toko itu. Namun, dia tidak membaca rangkaian pesan yang ada di terminalnya. Alasannya karena saat ia mencoba membuka situs toko itu, sang pegawai sedang berdiri di depannya seakan mencoba membaca ekspresinya.
“Apa ada sesuatu?”
Dia bisa saja menunggu pegawai itu bicara dulu, tapi untuk seorang pegawai yang sudah dilatih kesopanannya pasti akan merasa kesulitan untuk mengajak bicara pengunjung (lebih tepatnya, pendamping pengunjung) yang jelas sedang menunggu pengunjung lain. Karena itu, Tatsuya memutuskan untuk membuka pembicaraan itu.
“Ada sesuatu yang ingin saya bicarakan….”
“Apa kita perlu pindah ke tempat lain?”
Ini mungkin tentang sesuatu yang rahasia, pikir Tatsuya, walaupun itu rasanya agak berlebihan.
“Tidak, ini hanya sebentar saja.”
Melihat anggukan Tatsuya, ketegangan yang tergambar di wajah pegawai itu menghilang.
“Kalau begitu, tentang gaun yang akan Anda beli.”
“Kami masih belum tahu akan membelinya atau tidak, tapi lanjutkan.”
Pegawai itu segera mengangguk mendengar Tatsuya yang memotong dialognya.
“Tentu saja! Ini kalau saja Anda akan membeli dari toko kami.”
“Tentu, kalau adikku suka maka akan kami beli.”
“Terima kasih banyak!”
Tatsuya tidak benar-benar sengaja mengganggu pegawai itu. Tatsuya sendiri merasa kalau responnya natural, tapi sepertinya pegawai itu terlalu berlebihan menanggapinya. Meski Tatsuya masih ingin mengatakan sesuatu, tapi melihat keadaannya seperti ini dia memutuskan untuk menahannya.
“Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?”
Orang yang memotong perkataannya adalah Tatsuya, tapi sekarang ganti dia yang memintanya untuk melanjutkannya.
“Oh, ya benar.”
Pegawai itu tidak menunjukkan ketidaknyamanan sama sekali. Itu jelas hasil dari larihan kesopanan yang diberikan kepada pegawai butik itu. Atau mungkin dia hanya kebingungan bagaimana berhadapan dengan Tatsuya.
“Jika barang toko kami menarik perhatian adik Anda, apa mungkin adik Anda mau langsung memakainya?”
Sepertinya, fakta kalau pegawai itu datang untuk ‘konsultasi’ adalah sesuatu yang aneh. Permintaannya sendiri tidaklah aneh. Sebuah gaun one piece tak berlengan siap pakai. Memakai itu langsung dari toko, terutama mengingat kalau toko itu punya stoknya langsung, bukanlah hal yang aneh. Apa yang aneh adalah apa yang diminta secara spesifik oleh pegawai itu.
“Kau ingin kami langsung memakainya dari sini, itu maksudmu?”
Namun, Tatsuya tidak menanyakan alasannya. Maksud pegawai atau butik itu sudah sangat jelas. Mereka mungkin ingin Miyuki jalan-jalan sambil memakai barang mereka sebagai semacam iklan berjalan.
“Ya. Sebaliknya, kami ingin kau hitung ulang harganya untuk kami.”
Pegawai itu juga sepertinya sadar kalau Tatsuya sudah menebak maksudnya. Walau masih muda, perempuan itu kelihatan seperti pegawai yang baik.
Tatsuya sendiri tidak tertarik dengan diskon itu sendiri. Namun, dia penasaran dengan aspek lain permintaan pegawai itu.
“Hanya itu saja? Tidak boleh foto.”
“Tentu saja. Kami tidak akan ikut campur dalam urusan pribadi pengunjung.”
“Bisa kau tunjukkan kepada kami baju lain selain yang ada di etalase?”
“Dengan senang hati.”
Lumayan juga, pikir Tatsuya.
Setelah negosiasi itu selesai, pegawai yang lain datang menghampirinya. Sepertinya Miyuki ingin Tatsuya melihatnya. Tanpa terlihat kesal, dia berdiri. Itu adalah hal yang biasa, dan bahkan tidak perlu diomongkan lagi.
“Onii-sama, bagaimana menurutmu?”
Pintu kamar pas itu terbuka. Dengan tiga cermin yang ada di dalamnya untuk melihat dari segala sisi (untuk mencegah pornografi, kamera tidak diperbolehkan ada di kamar pas), Miyuki dengan malu menanyakan pendapatnya. Dia mengenakan sebuah jumper skirt abu-abu muda.
“Itu cocok sekali denganmu. Tapi, aku rasa kau sebaiknya pakai yang lebih cerah.”
Pakaian sepanjang lutut itu benar-benar memperindah kecantikan Miyuki, tapi itu terlalu suram, pikir Tatsuya.
“Benarkah?...... Kalau begitu, tunggu sebentar.”
Dia mengangguk dan menutup pintunya. Suara sayu baju yang dilepas dapat terdengar. Momen hening itu mungkin saat dia memperbaiki rambut dan roknya.
“Maaf lama. Bagaimana dengan ini?”
Terlihat lebih malu sekarang, Miyuki menanyakan kempali opini Tatsuya sambil menghindari kontak mata.
Itu mungkin karena apa yang dikenakannya sekarang berbeda dari yang biasa dikenakannya di luar rumah jadi dia merasa agak kurang nyaman, pikir Tatsuya.
Pakaian Miyuki sekarang adalah kamisol one piece berpola kotak-kotak. Dari leher sampai bahunya terbuka. Roknya juga berada lima cm diatas lutut, siapapun yang melihatnya pasti akan terpesona.
“Ya, ini bagus. Aku tidak bisa mengalihkan mataku darimu.”
“Itu…….”
Miyuki merah padam mendapat pujian Tatsuya. Meski begitu sang pegawai itu lebih tersipu daripada Miyuki. Siluetnya fokus pada bagian pinggangnya sambil menonjolkan lekuk dada dan pinggulnya.
“Um…… Bagaimana yang ini……?”
Meski tidak seterbuka yang kedua, pesona yang ini juga tidak kalah. Dia pasti sadar saat mengenakannya, yang mungkin menjadi penyebab rasa malunya semakin bertambah.
Desain itu akan terasa canggung jika urkuran dada dan pinggul penggunanya tidak sesuai, tapi anehnya dia cocok. Sebagai orang yang biasa melihatnya hanya dengan pakaian dalam setiap minggu untuk pengaturan CAD, Tatsuya seharusnya tahu betul tentang perkembangan tubuh adiknya, tapi melihatnya sekarang benar-benar berbeda dari saat dirumah, melihatnya sekarang memberi kesan dewasa. Ada pesona yang tidak seimbang yang terpancar dari gaun itu, berbeda dari kamisol yang sebelumnya, dan mungkin karena usianya.
“Ini agak sulit. Bahkan aku sampai lupa mau ngomong apa.”
“……”
Warna wajah Miyuki semakin memerah setelah mendengar pujian Tatsuya, dan dia menutup pintu kamar pasnya tanpa berkata sepatah kata pun.
Setelah itu, coba-coba (dengan kata lain fashion show) Miyuki berlanjut. Setiap kali Tatsuya memuji adiknya terang-terangan seolah tidak tahu malu, Miyuki akan terus terlihat malu. Tapi dia terus mencoba lebih banyak baju, seakan sangat menghargai pujian kakaknya lebih dari apapun di hatinya.
Miyuki tidak punya pengalaman sebagai model. Meski penampilannya setara model top kelas internasional, dia tidak punya kemampuan menjadi model profesional. Dia tidak bisa berganti baju dengan cepat atau semacamnya.
Sederhananya, proses coba baju ini saja memakan banyak waktu. Tentu saja saat pintu itu ditutup tidak ada yang bisa mengintip melihat ke dalam, tapi saat Miyuki keluar untuk menunjukkannya kepada Tatsuya, mereka bisa terlihat dari pajangan toko. Saat ini Tatsuya memintanya untuk berputar atau berpose, dan orang-orang mulai berkumpul di sekitar kamar pas itu.
Tapi tetap saja, mereka tidak berdiri diam mengelilingi Tatsuya-Miyuki. Tatsuya tidak akan membiarkan hal itu terjadi, dan pegawai di situ tampaknya sudah melakukan tugasnya sebelum Tatsuya melakukan sesuatu. Sebaliknya, anak muda di situ hanya memandangi dari kejauhan. Tapi tidak peduli bagaimana mereka mencoba menutupinya dan pura-pura melihat maneken, mereka tidak akan bisa mengalihkan padangan.
Kata ‘anak muda’ itu sendiri tidak terbatas hanya pada laki-laki. Walaupun laki-laki cukup banyak, secara jumlah maka perempuan lebih banyak. Yah, jujur saja, itu cukup masuk akal, membayangkan laki-laki akan malu masuk sendirian ke toko ini. Faktanya, jumlah laki-laki hanya sepertiga total orang di sana dan sebagain besar mereka adalah mahasiswa yang menemani pacar mereka atau pengusaha-pengusaha muda; Tatsuya mungkin satu-satunya anak SMA yang ada. Walaupun dia sebenarnya tidak terlalu terlihat seperti anak SMA.
Satu dari perempuan itu, atau bisa dibilang sekelompok perempuan itu satu per satu melihat Miyuki dengan campuran kagum dan iri di mata mereka. Suara lega dapat terdengar saat pintu kamar pas itu ditutup, lalu saat terbuka lagi mereka akan kembali curi-curi pandang.
Perlu diingat, pengunjung-pengunjung perempuan itu datang ditemani laki-laki, atau bisa dibilang ditunggu. Saat pacar-pacar mereka memandangi Miyuki dengan mata terpana (menunjukkan tidak adanya cinta setia di diri mereka) pasangan mereka akan menginjak kaki mereka atau menyikut rusuknya atau semacamnya. Di sisi lain mereka akan memandang Tatsuya yang tidak malu terus memuji Miyuki dengan tatapan iri, lalu mengeluarkan amarah mereka tanpa alasan. Singkatnya, mereka bisa kembali normal berkat Tatsuya sebagai penyeimbang.
Tentu saja, berdua Tatsuya dan Miyuki sadar akan semua itu. Tatsuya saat ini sedang dengan perlahan memastikan semua tatapan itu, secara otomatis mengategorikan semuanya; sementara itu, Miyuki mengabaikan semua mata yang tertuju padanya, kalau tidak maka dia tidak akan bisa jalan di luar, semua itu tidak berhasil menghentikannya.
Tidak ada perkataan setuju keluar dari mulut Tatsuya, tapi setiap kali perkataannya berbeda. Berhasil memonopoli penuh Tatsuya membuat Miyuki dimabukkan dengan kegembiraannya, sampai-sampai dia tidak bisa memahami apa yang Tatsuya katakan. Saat dia sudah mencoba lebih dari 20 baju, Miyuki berakhir dengan sebuah gaun polkadot yang sudah ada di kamar pas itu sejak tadi. Gaun itu adalah sebuah gaun musim panas kamisol tak berlengan panjang selutut. Tali bahunya dipenuhi renda-renda, dan area sekitar dadanya dipenuhi renda-renda juga. Kedua hal itu memberikan kesan terbuka nan elegan, selain itu gaun itu juga cocok dengan kesan imutnya.
“Onii-sama, bagaimana yang ini………?”
“Aku rasa ini yang paling bagus. Ini benar-benar manis.”
Miyuki memilih gaun ini karena inilah yang paling disuka kakaknya, tapi mendengarnya berkata ‘manis’ lagi, Miyuki segera membulatkan keputusannya.
“Kalau begitu……… Apa bisa aku mau yang ini?”
[ILUSTRASI]
Miyuki tidak terganggu dengan keraguan dirinya. Sebaliknya, dia menunjukkan sebuah senyuman indah dengan tulus, sebuah ekspresi yang cocok setelah mendapat sesuatu dari kakaknya, dan menanyai pendapatnya.
“Tentu.”
Baginya, Tatsuya tidak perlu berkata banyak, dia tidak akan mengatakan tidak. Mampu membelikan barang yang adiknya ingin adalah cara paling baik mempergunakan uangnya, pikirnya selalu. Tidak peduli apa dia benar-benar berpikir seperti itu.
Dengan pemandangan Miyuki yang memohon, para laki-laki lain yang melihatnya terlihat membeku.
Di saat yang sama, perempuan yang juga mengamati menjadi iri dengan kebaikan Tatsuya.
“Kalau begitu yang ini dan, gaun nomor 2 dan nomor 17. Dia akan pulang pakai ini, jadi apa kau bisa mengirimkan baju adikku sekarang berserta baju-baju yang lain?”
“Tentu saja. Kembali lagi kapan-kapan. Terima kasih.”
Pegawai itu memberikan anggukan serius pada pengunjung VIP tak terduga ini.

31 Agustus
“Tapi, aku tidak mengira kita berakhir beli tiga. Meski harganya tidak terlalu mahal.”
Miyuki pasti sedang mengingat kembali saat itu. Senyuman bahagia menghiasi wajahnya saat dia berbicara pada Tatsuya dengan nada bercanda.
“Satu saja sudah cukup membuatku senang. Onii-sama? Apa ini yang namanya belanja orang dewasa?”
“Akan sia-sia membiarkan 21 kali coba bajumua dibiarkan begitu saja. Lagipula itu libur musim panas yang ditunggu-tunggu, tapi pada akhirnya aku bisa membawamu berbelanja. Atau, mungkin itu mengganggumu?”
“Tidak sama sekali!”
Miyuki cuma sedikit bercanda dengan kakaknya, tapi dengan serangan frontal seperti itu, dia segera mengibarkan bendera putih.
“Itu, aku……. senang sekali.”
Dia kalah dari Tatsuya, tapi Miyuki tidak terganggu sama sekali. Sebaliknya dia malah malu melihat wajah kakaknya, dan saat seperti ini, jarak antara mereka semakin mendekat.
“Itu memang benar-benar momen yang ditunggu huh…….. Jujur saja ada beberapa barang seperti yukata dan hal yang lain yang ingin aku lakukan denganmu, tapi.”
Wajah Tatsuya, yang mana tersenyum puas dengan Miyuki yang bahagia, mendadak suram saat dia berbicara dengan pahit.
“……Itu bukan salah Onii-sama.”
Bisikan Miyuki terdengar lembut saat dia mengangkat tangan kakaknya dari meja dan dengan halus menggenggamnya dengan tangannya sendiri.

14 Agustus
Meski mereka sudah selesai memilih-milih baju, masih ada waktu sebelum makan siang. Saat akhirnya ia bisa jalan berdua dengan Tatsuya, Miyuki tidak ingin pulang dan menyiakan kesempatan ini begitu saja.
Untungnya, Tatsuya juga bukan tipe orang rumahan. Selain itu, Tatsuya juga sengaja keluar rumah hari ini untuk menyenangkan adiknya. Tanpa banyak bicara, mereka memutuskan untuk jalan-jalan sampai sore.
Tempat itu saat ini diperuntukkan fashion perempuan muda. Mereka tidak hanya menjual pakaian tapi juga sepatu, topi, aksesoris, pernak-pernik, baju renang dan yukata; tempat ini menjual semua itu di seluruh empat belas lantainya. Bahkan gerai makanannya menjual cemilan dan kudapan yang cocok untuk perempuan muda. Atmosfernya akan tidak enak untuk seorang laki-laki, tapi akan beda cerita kalau laki-laki itu datang dengan perempuan atau pasangannya. Meski dia ditemani adiknya, tidak ada orang yang tahu itu.
Faktanya, tanpa mendengar pembicaraan mereka, tidak akan ada orang yang tahu kalau mereka bersaudara. Atau sebaliknya, kalau tidak ada yang mendengar Miyuki memanggil Tatsuya dengan ‘Onii-sama’, bahkan orang dekat mereka pun tidak akan tahu.
Dengan lengannya yang digandengkan di Tatsuya, penampilan Miyuki memberi kesan seorang gadis yang jatuh cinta. Mungkin akan ada beberapa dari mereka yang memandang Tatsuya-Miyuki adalah pasangan yang ‘tidak seimbang’. Tapi mungkin hanya laki-laki saja yang berpikir seperti itu, setelah mereka dituduh oleh pasangannya sedang curi-curi pandang pada wanita lain. Bagaimanapun, memang seperti itulah adanya.
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, tempat itu berisi toko-toko barang perempuan. Tidak ada hal menarik di dalamnya, kebanyakan dari mereka yang bersama pacarnya sepertinya hanya datang ke sini untuk membahagiakan pacar mereka. Lelaki yang seperti itu, mengesampingkan kesenangannya sendiri, bisa menghabiskan banyak waktu di tempat itu, tapi bisa dibilang Tatsuya bukan tipe orang yang seperti itu.
Namun saat Tatsuya menemani Miyuki berbelanja, dia tidak terlihat tidak senang atau apapun. Ketika mata Miyuki dipenuhi frustasi, mata Tatsuya berkedip memancarkan kehangatan. Tidak tahu asli atau buatan, diajari orang atau bisa sendiri, asalkan Miyuki ada bersamanya maka tidak peduli di kota atau di gunung, dia akan seperti itu.
Hanya itulah yang diinginkannya. Selama dia ada bersamanya, dalam kondisi apapun tidak ada masalah; itu adalah sesuatu yang hanya bisa dipahami oleh orang yang dekat dengan mereka. Berdua Miyuki dan Tatsuya bergantung satu sama lain, tapi mungkin lebih banyak pada Tatsuya.
Tetap saja jika mereka ditanya, mereka mungkin akan menjawab “Itu bukan urusanmu” bersama-sama. Sebuah hukuman yang lebih pahit daripada ditendang kuda.
Dan itu, hukuman pahit, tidak hanya untuk yang bertanya.
Itu juga untuk orang lain yang mendengarnya.
Makan siang di sebuah resto pasta, mereka berdua menatap tajam lelaki muda yang duduk di meja sampingnya.

Tatsuya dan Miyuki kebetulan masuk toko itu. Saat makan keluar, mereka berdua jarang memilih tempat seperti ini. Mereka biasanya akan pergi ke tempat yang punya ruang khusus atau setidaknya tempat yang ada partisi di antara tiap mejanya. Kalau tidak, mereka akan menarik terlalu banyak perhatian, kebanyakan itu karena Miyuki.
Karena kondisi hari itu, mereka menyimpulkan kalau pengunjungnya kebanyakan perempuan, dan yang laki-laki juga datang bersama perempuan mereka, yah, mereka akhirnya masuk ke situ.
Momen dimana Miyuki masuk ke resto itu, diikuti Tatsuya, keriuhan tempat itu langsung berhenti seketika. Bahkan pelayan di situ, yang laki-laki, terpana sampai tidak bisa apa-apa. Bahkan Tatsuya tidak menduga reaksi seperti ini. Dia mengira tempat fashion seperti ini sudah biasa menemui orang yang kecantikannya setara Miyuki.
Pelayan itu kembali sadar tepat saat Tatsuya sudah akan berbalik dan pergi keluar. Dia mungkin merasakan ketidaknyamanan dan niat Tatsuya untuk pergi. Tidak tahu apa karena profesionalitasnya sebagai pelayan atau karena yang lain, dia jelas berhasil memasukkan dua pengunjung ke resto.
Walau mereka agak pemilih, di semua tempat reaksinya akan seperti ini. Jadi, Tatsuya dengan diam mengikuti pelayan itu yang mengantarkannya ke meja kosong. Bagi Miyuki, ia sudah terbiasa dengan hal ini. Selama Tatsuya ada di sana, hal seperti itu bukan masalah.
Meja yang diberikan tidak punya sofa, melainkan sebuah kursi kayu. Setelah meminta pelayan itu untuk memberikan kursi kepada mereka, Tatsuya menoleh ke Miyuki. Saat dia menarik kursinya untuk duduk, Miyuki memandang balik Tatsuya dengan malu-malu dan memberi anggukan. Duduk sendirian di kursi seberang adiknya, Tatsuya memandang pelayan itu. Sambil tergesa-gesa, dia membawa dan menyerahkan menu mereka. Tatsuya mengabaikan hal itu sambil menerima menu itu dengan santai.
Sikapnya sangat terhormat di usianya sampai pelayan itu tidak merasa tidak nyaman sama sekali. Tatapan pengunjung lainnya yang memandangi Miyuki sepersekian detik beralih ke Tatsuya. Kebanyakan adalah perempuan, tapi ketidaknyamanan di pikiran mereka berubah menjadi suatu rasa penasaran. Meski mereka sebelumnya mengasihani Miyuki, berpikir kalau mereka ‘pasangan yang tidak seimbang’ dan ‘selera Miyuki yang buruk’, semua pikiran itu berubah menjadi ‘pasangan yang serasi’ saat mereka menerima kekalahan.
Dengan menurunnya ketegangan, kecemburuan pada mereka berubah jadi pujian. Namun pasangan-pasangan itu, terutama yang laki-laki, merasa gelisah seperti cemburu curiga. Beberapa laki-laki bisa mengerti apa maksud wajah pacar mereka, tapi dalam hati insting mereka tahu apa yang mencuri perhatian pasangan mereka bukanlah kecantikan Miyuki, namun kecintaan dalam antara Miyuki dengan lelaki yang duduk di hadapannya.

Seorang pengunjung baru datang segera setelah Tatsuya selesai memesan makanan untuk mereka berdua.
Dia sangat cantik.
Usianya sekitar 20 tahun. Kecantikannya setara dengan sebuket bunga mawar.
Dimanapun, kapanpun, kecantikannya pasti tidak akan gagal menarik perhatian.
Dia sendiri paham itu dengan baik, dan sedang memamerkannya. Namun kedatangannya yang mencolok itu tidak menimbulkan ketidaksenangan pengunjung lain yang melihat ini. Sepertinya dia sangat percaya diri dengan penampilannya, dan ia sepertinya juga sudah biasa dipandangi orang. Dia melakukannya seperti sebuah pekerjaan.
Di belakangnya, seolah pengawal seorang ratu, berdiri seorang lelaki muda yang sedikit lebih tua darinya. Dia mungkin seorang aktris. Di tahun 2095 teknologi 3DCG (3D Computer Generated) sudah mulai menggantikan peran ‘idol’, tapi ‘aktris’ masih dikuasai oleh para wanita.
Dia punya aura yang berani untuk seorang aktris.
Bisa ditebak alasannya datang ke resto ini. Mungkin memang kebetulan, atau ia memang ingin ke lokasi itu. Satu hal yang pasti jika dia menginjakkan kaki di tempat penuh ‘orang biasa’ seperti ini, dia pasti akan menarik perhatian semua mata orang.
Dia sendiri sudah menduga itu. Dia tidak menyombongkannya. Itu hanya karena berbagai pengalamannya. Seperti sebuah kebiasaan, dia segera menampilkan pesonanya dan siap untuk dipandang.
Namun, ekspektasinya kali ini tidak sesuai. Kali ini semua beda dari pengalamannya selama ini.
Pelayan yang menyambutnya menunjukkan kekagetan dan kekaguman, tapi itu jauh lebih tenang daripada dugaannya.
Butuh keberanian yang luar biasa untuk seorang pelayan dapat menahan diri seperti itu. Namun 80% isi resto, penuh dengan bisikan-bisikan di sana sini tentang kecantikannya. Tapi segera setelahnya tidak tertarik dan tatapan mereka kembali ke dalam toko dan meja mereka.
Tentu saja, dengan penampilannya, dia seorang aktris. Selama lima tahun sejak debutnya, dia sudah membangun kedudukan yang kuat sebagai seorang aktris. Orang yang lambat mencari peluang tidak akan bisa bertahan di industri hiburan. Teknologi CG berkembang pesat dari tahun ke tahun, dan kecantikan sudah bukan menjadi faktor penting seperti dulu. Bukan hanya cantik, tapi kepintarannya melihat peluang selama ini menaikkan ketenarannya sampai sekarang.
Namun, dia tidak perlu apa-apa untuk menyimpulkan apa yang terjadi. Dia sadar kalau ada orang lain di resto itu yang lebih diperhatikan daripadanya.
Dia tidak senang dengan itu. Faktanya, bisa dibilang dia kesal. Cukup masuk akal baginya untuk penasaran orang seperti apa yang lebih diperhatikan daripadanya.
Namun, harga dirinya sebagai bintang tidak akan membiarkan insiden ini berlanjut begitu saja. Saat dia dipandu oleh pelayan ke mejanya, dia mencoba untuk tidak melihat ke arah yang diperhatikan semua pengunjung di situ.
Namun, entah kebetulan atau disengaja, meja mereka berdua berada dekat meja yang diperhatikan semua orang. Setelah duduk, dia sendiri mulai mencuri-curi pandang. Sepasang muda duduk di sana. Yang laki-laki menghadapnya, walau penampilannya tidak buruk, bukan tipe orang yang akan menarik perhatian wanita. Meski begitu, fokus semua orang tertuju pada gadis yang dihadap laki-laki itu.
Meski kenyataannya begitu, dia tetap memasang wajah berani. Dengan dia yang bisa seperti ini menandakan kalau gadis itu bukan gadis biasa. Sebenarnya, dia sudah tahu sejak pertama kali melihat Miyuki. Dia mungkin juga bisa mengerti bahkan hanya dengan melihat punggungnya saja. Gadis itu spesial.
Itu adalah sensasi yang tidak pernah dirasakannya sebelumnya. Dengan kata lain, apa yang dirasakannya sejenis kecemburuan. Dia tidak merasa kalau dirinya merupakan seseorang yang dipilih Tuhan. Dia bangga dengan dirinya yang bisa sampai di posisinya sekarang. Jelas dia lahir dengan wajah yang cantik, tapi dia tidak menikmatinya begitu saja. Dia menjalankan kebiasaan hidup yang ketat untuk membuatnya lebih cantik, mempelajari sikap yang menonjolkan kecantikannya, dan mempelajari semua kemampuan acting sebisanya.
Tapi gadis ini berbeda. Tidak tahu dia dicintai Tuhan atau membuat perjanjian dengan Iblis, dia tidak normal. Dia berada di tingkatan yang tak bisa dicapai di dunia.
Dia merasa kalau itu tidak masuk akal. Dengan dirinya yang bisa menarik perhatian semua orang tanpa perjuangan, membuat dia yang mengorbankan semua kehidupannya seperti orang bodoh. Keinginan untuk membuktikan bahwa ketenaran tidak bergantung pada penampilan bawaan lahir timbul dari dalamnya.
Dia memberi isyarat kepada lelaki muda yang ada di hadapannya, yang mencondongkan badannya, dan membisikkan sesuatu ke telinganya.

Walau sedang berhadapan dengan perempuan cantik, pikiran lelaki muda itu tertuju pada perempuan yang berbeda.
Atau sebaliknya, gadis muda yang lain.
Di seberangnya, ada seorang gadis cantik yang kecantikannya tidak pernah dilihatnya sebelumnya. Pikiran itu memenuhi pikirannya.
Baginya, kecantikan seorang wanita cuma sebuah komoditas, seperti aksesoris. Dia adalah generasi ketiga dari pemilik sebuah agensi terkenal, yang menaungi banyak aktris-aktris populer dan banyak bibit-bibit aktris yang masih belum melejit. Baginya itu adalah sesuatu yang natural, tanpa rasa bersalah sama sekali. Tapi perempuan yang ada dihadapan sekarang dulu cuma seorang aktris yang buruk, yang hanya mengandalkan penampilannya yang cantik. Dia sangat yakin kalau dia bisa seperti yang sekarang semua berkat dirinya. Menurutnya keberhasilan ini adalah sebuah penghargaan atas keberhasilannya,  dan perempuan itu sendiri sudah terbiasa dengannya. Baginya itu adalah bentuk balas budi sang aktris sebagai rasa terima kasihnya.
Dia membawa perempuan itu ke tempat seperti itu karena dia ingin memamerkannya kepada orang lain dan melihat wajah iri mereka. Sebuah aksesoris yang hanya untuk dipamerkan. Dia tahu sadar kalau memang itulah hobinya, tapi dunia hiburan profesional memang seperti, bukan? Dia tidak tahu apa pendahulunya seperti ini saat  menerjang sulitnya bertahan di industri ini. Posisi pemilik agensi tidak lebih dipandangnya sebagai cara memuaskan diri dengan kesombongannya.
Hari ini dia membawa aksesoris favoritnya, dengan kedok mengintai lokasi shooting baru. Pendapatan perempuan itu bukanlah yang tertinggi di agensinya, tapi penampilannya jelas yang nomor satu. Sekarang karena dia sudah menjadi seorang aktris top, dia sudah tidak bisa membawanya ke sembarang tempat. Dari perspektif kebanyakan orang, perempuan itu lah yang memimpin dan laki-laki itu cuma ajudannya saja, tapi itu mungkin terlalu sulit untuk disadari lelaki itu.
Baginya perempuan seperti berlian yang dipoles dan dibentuk oleh seorang ahli. Dia membelinya dalam bentuk kasar, lalu di tangan seorang ahli mereka mengerjakannya. Itulah kerja seorang produser, dan menghasilkan sebuah permata yang disebut aktris. Perempuan itu jelas merupakan ciptaan yang dimilikinya, buah kerja kerasnya, tapi meski dia berada di tangan produser dari agensi lain, dia tidak akan bisa jadi seperti ini.
Tapi dia bisa tahu hanya dengan sekejap. Tidak seperti perempuan yang ada di hadapannya, gadis itu bukanlah sesuatu yang bisa dibeli dengan uang. Kalau perempuan yang ada di depannya diibaratkan berlian besar yang seharga jutaan yen di pasar, maka gadis itu seperti Great Star of Africa[3] yang tak ternilai. Sebesar itulah perbedaannya. Dengan semua pertimbangan itu, membuatnya ingin segera menjadikannya bagian dari koleksinya. Tapi dia sedang ditemani seorang aktris dari agensinya. Dengan kata lain, kalau saja dia sedang bersama orang lain, maka dia pasti sudah akan melakukannya. Tapi dia sekarang sedang menata ulang rencananya untuk mendapat sebuah mesin pencetak uang.
Jadi ketika perempuan di depannya menyarankan untuk merekrut gadis itu di proyek film barunya, dia merasa seperti mendapat berkat dari Tuhan. Dia pura-pura memikirkannya sebentar, lalu berdiri dari kursinya, dan pura-pura seakan-akan mengikuti keinginan aktris itu.

Tatapan manis yang sebelumnya mendadak berubah kasar. Tatsuya merasakan perubahan itu. Sejauh ini dia mengabaikan semua tatapan itu karena mereka tidak berkemungkinan membahayakan Miyuki, tapi sekarang sudah berubah. Saat dia berpikir seperti itu, sumber masalah yang datang dari meja seberangnya (untuk Miyuki mereka ada di belakangnya) berdiri dan berjalan menuju mereka.
Berdua Tatsuya dan Miyuki menaruh tatapan tidak senang pada lelaki muda yang berdiri di samping meja mereka. Ini sudah bukan dipandangi lagi, tidak heran mereka tidak nyaman dengan lelaki muda itu yang melihat mereka dari dekat.
“Maaf mengganggumu.”
Cara bicaranya, juga, terus terang. Dia memang terlihat seperti ingin minta maaf, tapi nada bicaranya tidak terdengar seperti itu.
Tatsuya kehilangan niatnya untuk menanggapi orang ini baik-baik.
Mata Miyuki memberi kesan dingin, dan tidak memerhatikan lelaki muda itu lagi.
Meski dengan sikap dingin seperti itu, lelaki muda itu mengeluarkan kotak kartu namanya dan menyerahkan selembar kepada Miyuki dengan sebuah senyuman palsu.
“Ini kontakku.”
Dari pada menggunakan chip, dia menggunakan kartu nama model kuno dari kertas. Tidak ada kode micro di kartunya, hanya karakter-karakter seperti kartu nama klasik murah. Miyuki dengan enggan menerimanya, lalu dengan sekejap menyerahkannya kepada Tatsuya dengan kaku.
Nama depan dan nama perusahaannya tertulis dengan katakter yang sama, dan di depan namanya tertulis ‘Presiden’ menunjukkan posisinya. Di balik nama perusahaan itu ada kata ‘produksi’. Mungkin ini ada hubungannya dengan dunia hiburan pikir Tatsuya.
“Kau, tertarik main film?”
Mata Miyuki menghindarinya.
“Aku punya peran yang cocok sekali denganmu!”
Sikap dingin Miyuki seharusnya dikatakannya, tapi lelaki itu tidak akan kalah dengan mudah.
“Hei, apa kau akan memberitahuku namamu?”
Miyuki meringkuk pada pemilik agensi yang mendekatkan wajahnya. Dia benar-benar mengabaikan sikap Miyuki. Keberanian dan kegigihan seperti itu cocok untuk orang yang bekerja sepertinya, dan tekad seperti itu benar-benar mengesankan.
Tentu saja, Tatsuya agak sedikit kesal melihat ini.
Saat ini, Miyuki memandang kembali sang lelaki muda itu.
Sikapnya masih belum berubah sama sekali.
Tatapannya masih dingin. Sikapnya ini mungkin karena ketidaksopanan lelaki itu.
Diperlihatkan wajah itu, lelaki muda itu mundur sesaat tapi langsung menguatkan kembali dirinya. Dengan senyuman yang lebih palsu dari sebelumnya, dia menjulurkan tangannya ke Miyuki.
Itu mungkin karena ketegaran lelaki itu sebagai pelaku dunia hiburan yang profesional. Baginya, seorang pemilik agensi yang memandang wanita cantik sebagai komoditas, kalah di pertarungan mental dengan seorang amatir adalah sesuatu yang mungkin akan menjatuhkan harga dirinya.
Dilihat dari manapun itu adalah sikap yang buruk. Sebagai lelaki muda yang mendapatkan status itu, dia kelihatannya punya kebiasaan buruk tidak dapat mengontrol perasaannya saat berhadapan dengan orang yang posisinya lebih lemah darinya.
Apa dia mengincar tangannya, atau wajahnya?
Itu tidak penting, karena Tatsuya tidak akan membiarkan hal seperti itu terjadi.
Lengan lelaki muda itu, saat dekat dengan Miyuki, tanpa ia sadari mendadak berada dalam cengkraman erat Tatsuya.
“Wha--!”
Protes lelaki muda itu berubah jadi teriakan di tengahnya, sebelum berhenti setelahnya. Rasa sakit yang dirasakannya sangat intens sampai membuatnya tidak bisa bersuara lagi.
“Ayo kita hentikan sampai di sini saja.”
Perkataan Tatsuya mungkin tidak sampai ke pikiran lelaki itu. Jari-jarinya yang mencengkram lengan lelaki itu juga menekan titik-titik tekanannya dengan kuat, seperti di pengobatan akupuntur Cina, pikiran orang itu dipenuhi rasa sakit.
Saat Tatsuya melepas tangannya, ia mundur dua, tiga langkah sebelum terjatuh. Wajah dingin Tatsuya saat memandangi lelaki muda itu tidak berekspresi. Sensasi dingin yang menjalar sepanjang punggung lelaki itu kalah dengan rasa sakit yang dirasakannya. Kalau dia ditertawai, maka harga dirinya akan hancur seketika. Bahkan meski itu cuma sesuatu yang sederhana. Tapi tatapan tak berekspresi Tatsuya, dengan jelas berkata “Pergi dari sini”, menghancurkan semua harapannya.
Dengan matanya yang tertuju pada Tatsuya, tidak bisa melihat yang lain, lelaki muda itu berdiri dan pergi menjauh. Bahkan setelah dihadapkan dengan tatapan seperti itu, yang menandakan kalau Tatsuya tidak akan menahan diri untuk main kekerasan, dia masih mampu untuk berdiri. Orang yang hatinya lebih lemah mungkin sudah tidak akan bisa berdiri lagi, hanya terdiam di situasi seperti ini.
Namun perempuan yang menemaninya jelas tidak merasa hal yang sama. Tatsuya mendengar suara kursi terjatuh ke lantai. Saat dia menoleh, perempuan itu sudah meninggalkan resto itu dengan angkuh dihiasi dengan suara sepatu haknya. Dia tidak melihat lelaki itu sedikit pun.
Semua orang di tempat itu kembali seperti sebelumnya. Dua pelayan segera mendatanginya, menjaga suara langkah mereka agar tidak terlalu keras. Bukan mendatangi Tatsuya, tapi ke lelaki itu. Salah satu dari mereka, dengan sopan, membisikkan sesuatu yang membuat wajah lelaki itu memerah.
Tatsuya tidak bisa mendengar apa jawaban lelaki itu; dia sepertinya dia masih bisa meronta-ronta. Tatsuya hanya bisa mendengar sedikit-sedikit, seperti “Memangnya kau pikir aku siapa!?” dan “Jangan kira kau bisa memanggilku seperti itu!”, tapi Tatsuya tidak memerdulikannya. Walaupun pada akhirnya tidak terjadi apa-apa pada fisiknya, dengan kedua pelayan di samping kanan-kiri, setelah berhasil mengalahkan lelaki itu secara psikologi dan membuatnya meninggalkan resto, Tatsuya kembali ke kursinya.
Saat dia duduk, seorang pria berusia sekitar 40 tahun dengan baju koki putih datang ke mejanya. Memperkenalkan dirinya sebagai koki dan pemilik resto itu, orang itu menunduk dalam kepada berdua Tatsuya dan Miyuki.
“Saya sangat minta maaf atas ketidaknyamanan yang baru saja terjadi.”
“Tidak, kamilah yang membuat keributan. Kami minta maaf atas itu.”
Walau masih 16 tahun, Tatsuya sudah menghabiskan banyak waktunya di sekitar orang dewasa. Kalau lawan bicaranya sopan, maka dia bisa membalasnya dengan sikap yang sama.
Ketegangan di mata koki itu tercairkan dengan kesopanan Tatsuya, mungkin karena dia merasakan ketenangan itu.
“Jangan khawatirkan itu. Yang salah adalah pihak itu. Anda hanya terseret saja.”
Bahkan di penghujung abad 21, pemikiran buruk seperti ‘keributan antar dua pihak adalah kesalahan bersama’ masih tertanam dalam benak masyarakat, tapi koki itu tidak terlihat seperti mereka yang setuju dengan hal itu.
“Terima kasih untuk itu.”
Tatsuya senang dengan sikapnya yang mampu membedakan yang benar dan salah. Tidak perlu menunjukkan apa-apa, Tatsuya membalas tundukan itu.
“Pelayan kami terlambat mengatasi dan menyebabkan masalah kepada Anda berdua, tapi silakan lanjutkan makan jika Anda tidak apa-apa. Tentu saja, gratis.”

Sebelum Tatsuya dapat menolaknya, koki itu sudah kembali ke dapur. Meski resto itu tampak kasual, makanan yang disajikan benar-benar memuaskan. Baik sup dan pasta nya melukiskan karakter utama sang koki, yang bekerja dengan baik, dan berdua Tatsuya dan Miyuki sangat menikmatinya.
Setelah itu adalah makanan penutupnya. Itu adalah sesuatu yang sangat menyegarkan tertutama bagi Miyuki. Itu adalah sebuah kue es krim berdiameter 12 cm. Kayanya aroma vanila terpancar dari topping yang menghiasi, dan makanan penutup itu sama-sama memuaskan seperti makanan sebelumnya. Es krim yang tidak sulit lumer di mulut memberikan tekstur yang setara dengan produk toko berkelas.
Apa yang memuaskan Miyuki bukan hanya dari rasanya saja. Di antara pelayan di situ yang sedikit lebih tua, mungkin yang senior, membawakan kue es krim itu dengan dua sendok. Kedua sendok itu punya pegangan yang panjang, dan tidak akan enak dipakai makan sendiri.
Menaruh kue itu di tengah meja, pelayan itu berkata ke mereka dengan suara kecil.
“Satu untuk pacar yang mengesankan dan satu untuk pacar yang cantik. Untuk Anda berdua, silakan nikmati momen manis ini.”
Karena karakter tempat ini, mereka mungkin sudah menyiapkan perkataan itu untuk sesuatu seperti ini.
Tapi Miyuki tetap menerimanya dengan bahagia, tersenyum manis dengan wajahnya yang merah, dan memberikan sendok dengan es krim di atasnya kepada Tatsuya.
Setelah menghabiskan makanan penutup memalukan itu, seperti yang dijanjikan tidak ada tagihan yang datang, jadi Tatsuya mengeluarkan dompet elektroniknya dan berulang kali memberikan chip uang ke tangan pelayan itu sebelum segera meninggalkan toko itu.

Makan siang selesai ditutup dengan menarik (dan mungkin sedikit memalukan), tapi sayangnya kehidupan tidak semanis itu.
Di hadapan mereka berdua berdiri sang pemilik agensi yang di resto tadi. Tidak ada tanda-tanda perempuan yang bersamanya. Dia mungkin sudah meninggalkannya pulang. Sebaliknya, dia ditemani oleh empat orang berbadan tidak proporsional (maksudnya wajahnya buruk tapi fisiknya bagus).
“Kau mempermalukanku tadi.”
Meski suaranya agak kecil sekarang, tapi kekesalan dapat terdengar jelas didalamnya.
Lelaki ini akan melontarkan semua perkataan klise itu kepada Tatsuya, tapi dia tidak akan melakukan hal yang terlambat seperti itu.
“Aku yakin aku sudah mengatakannya tadi. Kita hentikan sampai situ saja.”
Tapi Tatsuya tidak berencana untuk mencari masalah, dia tetap menjaga perkataannya. Setidaknya dia tidak mengatakan sesuatu seperti “Tidak heran perempuan yang bersamamu lari melihat kau yang bodoh”, tapi dia tidak menyembunyikan perasaannya itu dari nada biacaranya. Dia tidak berencana untuk membuat keributan, tapi dia seolah tidak masalah melakukannya.
Kalau memang sampai begitu, perkataan Tatsuya super efektif.
“…..Kalau kalian ingin dogeza[4] dan meminta maaf, maka ini saatnya.”
“Kau akan membuat keributan di sini?”
Perkataannya dan sikapnya cukup mudah dimengerti, tapi apa dia berencana melakukannya di tempat dengan banyak orang seperti ini? Tatsuya menyampaikan pemikirannya pada orang itu, tapi,
“Diam. Sejak kapan kami manusia biasa tunduk pada penyihir?”
Perkataan itu cukup untuk mengenyahkan keraguan dan keengganan Tatsuya.
Dia menggeser tubuhnya, menutupi Miyuki dari mereka. Semua ekspresi menghilang dari wajahnya, dan matanya menyipit.
Mungkin salah mengira perubahan ekspresi Tatsuya, lelaki muda itu tersenyum.
“Sudah kuduga aku pernah melihatmu di suatu tempat. Kita pernah bertemu di Kompetisi Sembilan Sekolah? Kukira aku menemukan sebuah permata indah, tapi ternyata itu cuma imitasi.”
Mungkin orang ini sedang berbicara tentang hoaks kalau penyihir adalah manusia yang dimodifikasi secara genetik. Walau jumlah orang yang percaya sudah berkurang, dari observasi dan pengetahuannya, Tatsuya tahu kalau masih ada orang keras kepala yang masih percaya, itu kenapa dia tidak terkejut mendengar perkataannya.
“Itu bohong.”
Perkataan lelaki itu benar-benar terbantahkan.
“Kau baru bertemu dengan adikku hari ini. Bahkan jika kau sempat melihatnya di tayangan Kompetisi Sembilan Sekolah, tidak mungkin ada lelaki sepertimu yang berani mendekatinya.”
Sebuah hawa dingin berhembus pada mereka. Itu bukan dingin yang seperti es atau salju, tapi seperti pedang yang siap menebas.
“Dasar brengsek. Kau siscon atau semacamnya?”
Secara tidak sadar lelaki itu membuka mulutnya lebar dan tertawa keras. Suaranya gemetaran.
Tatsuya tidak repot-repot membantah itu, tapi sebaliknya ia membalas dengan kalimatnya sendiri.
“Kau mungkin akan minta tolong orang lain, ‘kan?”
Tong kosong nyaring bunyinya, dan selain itu Tatsuya tidak terpengaruhi oleh perkataan seperti itu. Tapi, bukan berarti dia akan membiarkan mereka begitu saja.
“Akan lebih baik kalian pergi sebelum kau membuat malu diri kalian sendiri. Atau mungkin perlu dibilang ‘Sebelum kalian mengompol’ agar kalian lebih paham?”
Orang yang diejek bukan hanya Tatsuya, tapi Miyuki juga. Itulah alasan utama Tatsuya tidak berencana menggunakan jalan damai.
Menaruh pandangannya ke orang itu, Tatsuya mengambil langkah maju. Ekspresi wajah orang itu terlihat tegang. Mereka tidak terlatih sebagai pengawal, tapi mereka punya pengalaman mereka sendiri. Di tingkat tarung jalanan. Itu tidak bisa dinilai dari penampilan mereka, tapi Tatsuya menebak kalau mereka mungkin adalah preman. Rumor tentang hubungan dunia industri dengan dunia bawah tanah mungkin tidak sepenuhnya benar, tapi setidaknya itu juga tidak salah.
“Apa yang kalian takutkan! Mereka tidak bisa menggunakan sihir di kota. Ini seharusnya mudah!”
Sepertinya orang itu terbawa legenda urban tentang penyihir.
Penyihir tidak menggunakan sihir di kota karena mereka dilarang hukum, bukan karena mereka mendapat sinyal larangan atau semacamnya. Omong-omong sihir hanya dilarang jika tidak ada alasan jelas di balik penggunaannya dan mereka diperbolehkan menggunakan sihir di kecelakaan atau bencana, dan juga masih ada pengecualian untuk pertahanan diri.
Sepertinya preman-preman itu sangat naif sampai percaya dengan apa yang dikatakan lelaki muda itu. Memasukkan tangan ke pinggangnya, mungkin mengambil pisau lipat atau semacamnya, mereka mempelajari gerakan Tatsuya dengan hati-hati.
Setelah dua langkah, Tatsuya berhenti dan mengangkat kedua tangannya setinggi bahu. Dia tidak sedang ditodong.
Dengan mengangkat dan melambaikan tangannya, dia menunjukkan kalau kedua tangannya kosong. Melihat itu, preman-preman itu merasa kalau mereka dibodohi. Mereka tidak tahu bentuk atau kegunaan CAD, tapi mereka tahu kalau penyihir menggunakan semacam alat kecil untuk menggunakan sihir. Mereka menganggap gestur Tatsuya, yang diperlihatkan kepada mereka, sebagai deklarasi kalau dia tidak akan menggunakan sihir.
Mereka benar. Tatsuya sedang memancing mereka, seolah berkata “Aku tidak perlu sihir untuk mengurus orang seperti kalian”.
Efeknya terlihat dengan cepat. Sejak awal mereka bukanlah orang hebat, yang mencoba untuk membuktikkan kemampuan mereka. Mereka tidak lebih dari seorang tukang pukul yang dipanggil pemilik suatu agensi di saat genting. Dan mereka bertemperamen tinggi.
Mereka menerjang Tatsuya bersamaan sambil membawa pisau di tangan mereka.
Preman sekarang melatih anggota mereka bertarung secara grup. Di zaman seperti sekarang ini, bahkan penduduk kota biasa pun bisa jadi mampu menggunakan bela diri. Orang-orang ini mungkin ahli melakukan kekerasan, tapi tanpa ada koordinasi yang baik, mereka tidak akan bisa apa-apa.
Dua serangan pisau mengarah padanya dari kanan-kiri.
Teriakan seorang gadis memenuhi tempat itu.
Itu bukan suara Miyuki.
Tanpa kata-kata, tanpa banyak emosi di dalamnya, dia hanya melihat kakaknya dari belakang.
Kepercayaannya atas kemampuan kakaknya adalah mutlak.
Dan kepercayaannya tidak terkhianati.
Empat pukulan. Satu orang, satu pukulan. Setiap pukulan mengenai bagian-bagian vital dengan presisi yang sempurna, membuat preman-preman itu jatuh menggeliat di tanah.
Tatsuya melanjutkan nasihatnya.
Dalam setiap langkahnya, pemilik agensi itu mengambil dua langkah mundur.
Lalu dia berhenti sebentar. Momen di mana lelaki itu menabrak seseorang, kedua tangannya sudah ditahan dan dipaksa berlutut. Melihat ke belakang, dia disambut dengan pemandangan polisi.
Ada delapan jumlahnya. Dua dari mereka menahan sang pemilik agensi, empat lainnya menjaga para preman yang menggeliat di tanah, sementara duanya lagi berdiri di hadapan Tatsuya.
Miyuki berjalan untuk berdiri tepat di belakang Tatsuya. Polisi itu memandangi mereka berdua, lalu salah satu dari mereka berbicara.
“Umm, kami ingin dengar cerita darimu, jadi bisa ikut kami ke kantor polisi?”
Tatsuya tidak heran dengan apa yang didengarnya. Meski kau beralasan kalau itu cuma pertahanan diri, mereka sudah melakukan tindak kekerasan di publik. Tidak aneh kalau mereka ditahan.
Dilihat dari dekat, ada benda berbentuk seperti CAD di pergelangan tangan polisi itu. Dia adalah penyihir. Mungkin polisi itu juga sudah sadar kalau mereka berdua penyihir dan mengganggap mereka satu golongan dengannya. Tapi tetap saja, ada sedikit perasaan gugup di diri polisi itu.
“Umm, ya, seperti yang dilihat……”
Polisi yang satunya lagi mulai mengatakan sesuatu, tapi dia kesulitan dan gagap dalam bicaranya. Polisi yang ini punya CAD bentuk pistol di pinggangnya.
Polisi itu meletakkan tangannya di pinggangnya. Apa dia akan mengeluarkan borgol?
Tatsuya bisa merasakan Miyuki mengangkat alisnya melihat ini, membuatnya memberitahu Miyuki dengan gesturnya untuk menahan diri. Tangan polisi itu terjulur ke mereka berdua. Atau mungkin lebih tepatnya Miyuki.
Yang dipegangnya, bukan buku polisi, tapi buku pribadinya.
“…..Kamu Shiba Miyuki ‘kan? Kamu ada di Kompetisi Sembilan Sekolah. Kami sebenarnya alumni SMA 1….. Kalau boleh, bisa aku minta tanda tanganmu?”
Polisi yang lain menyerahkan sebuah pulpen klasik, yang sudah jarang ada.
Tatsuya dan Miyuki bertukar pandang, sebelum akhirnya Miyuki memberikan senyuman manis kepada dua polisi itu.

31 Agustus
“Aku tidak mengira kita akan bertemu alumni di tempat seperti itu.”
Mengingat kejadian hari itu, Miyuki hanya bisa tertawa. Tatsuya juga kesulitan menahan tawa, sebelum akhirnya menunjukkan senyuman di wajahnya.
“Rasanya tidak terlalu mengejutkan kalau dipikir lagi. Satu-satunya SMA Sihir di daerah Kanto cuma SMA 1, jadi penyihir yang bekerja di Tokyo kemungkinan besar lulusan SMA 1.”
“Itu benar. Yang penting lagi, alasan kita tidak lama di kantor polisi adalah karena mereka penggemar berat Miyuki…. Dengan kata lain ini semua berkatmu. Kau membantu sekali.”
“Sama-sama. Bisa berguna untuk Onii-sama lebih penting dari apapun.”
“Tapi tetap saja, rasanya mengejutkan mereka sampai mengajak kita minum teh. Rasanya sulit untuk menolaknya.”
“Tapi! Itu bukan salah Miyuki!”
Mereka berdua saling bertukar pandang, dan sekali lagi, bertukar senyum.
Miyuki menyedot sedotannya, dan isi gelasnya lumayan habis.
Gelas Tatsuya juga sudah tinggal es saja.
Melihat adiknya melepas mulutnya dari sedotan dan melihat ke arahnya, Tatsuya berdiri dari kursinya.
“Kalau begitu sekarang, bank sudah mau buka, ayo ke sana.”
“Baik. Aku akan membereskan gelasnya, jadi Onii-sama tolong tunggu sebentar.”
“Tidak, biar kubantu.”
Saat dia mengatakannya, dia tidak menunggu balasan Miyuki sama sekali, dia mengambil baki dari tangan Miyuki. Itu terlihat kasar, tapi es di dalam gelas itu tidak bersuara sedikit pun. Dengan wajah yang agak kesal, Miyuki dengan lincah menyembunyikan emosinya yang sesungguhnya sambil mengikuti Tatsuya ke dapur.

Pergi ke bank sudah bukan cuma untuk membuat deposito. Karena evolusi cek pribadi dan dompet elektronik, kartu uang menjadi sesuatu yang digunakan luas dan uang kertas sudah jarang digunakan. Transfer pun sudah tidak dilakukan ke bank. Baik transaksi maupun transfer sudah direkam secara online, dan bank hanya berguna untuk urusan tertentu saja.
Alasan Tatsuya ke sana adalah untuk memperbarui ID untuk layanan online. Tidak ada waktu khusus untuk melakukan itu. Layanan tetap bisa terus digunakan dari waktu pertama pembuatan tanpa perlu memperbarui data sama sekali. Hanya ID yang dibutuhkan, bukan perbaruannya. Memperbarui ID adalah salah satu tindakan pengamanan, dan dengan melakukannya langsung di bank dan bukan lewat online meningkat tingkat keamanan.
Tatsuya memperbarui IDnya setiap tiga bulan. Rata-rata pembaruan dilakukan dua kali setahun, jadi empat kali setahun bisa dibilang sering. Tidak aneh untuk seorang paranoid memperbarui IDnya setiap minggu. Di dalam bank yang sejuk itu, Miyuki dan Tatsuya berdiri sempurna di barisan antrean yang menunggu dipanggil. Mereka tidak melakukan ini karena di bank dingin, mereka juga merasakan panas saat berjalan dari stasiun ke bank.
Alasannya karena biasanya banyak orang yang akan mencoba mendekati Miyuki. Tidak banyak orang, terutama yang seumuran, yang melihat Miyuki akan berani untuk mendekatinya, tapi tetap saja ada satu atau dua yang seperti itu dan menghadapi hal seperti itu akan makan waktu banyak. Karena itu, mereka sebelumnya memutuskan untuk jalan-jalan berpura-pura seperti orang berpacaran.
Saat Miyuki keluar ditemani Tatsuya, seperti ke tempat belanja atau tempat yang ingin didatanginya atau ke bioskop, membuatnya bisa dekat dengan kakaknya. Meski tidak ada menariknya berdiri mengantre di lobi bank, Miyuki tetap terlihat ceria seperti biasa.
Brocon-nya tidak ketinggalan sama sekali.
Selain itu, bank modern seringkali tidak menyimpan uang karena ruang mereka terbatas.
Sebagai ganti uang, kartu uang digunakan untuk memindahkan nominal uang dalam jumlah besar. Nasabah bisa dengan sistematis mengontrol transaksinya.  Kartu uang ini tidak membutuhkan tanda tangan atau sirkulasi seperti cek, satu-satunya yang dirugikan dengan sistem ini adalah si pemilik kartu uang itu sendiri. Oleh karena itu, keberadaan perampok bank menjadi semakin berkurang dan langka.
Setidaknya, itulah yang dipikirnya.
“Ini cukup aneh…..”
Tatsuya dan Miyuki baru saja berhadapan dengan pemandangan sang spesies langka.
Empat orang masuk ke bank itu bersenjatakan pistol modifikasi jelek, mengancam para pegawai bank dan nasabah. Topeng ski yang menyembunyikan wajah-wajah mereka di tengah musim panas terasa sedikit retro.
Mereka mengenakan jaket yang agak kotor, dan melemparkan sebuah tas besar ke meja loket.
Gaya mereka sangat tradisional seperti sebuah atraksi di taman bermain atau semacamnya, tapi dari teriakan mereka kepada pegawai bank itu bisa memastikan kalau mereka mungkin memang benar-benar perampok.
“Onii-sama, apa yang harus kita lakukan?”
Tatsuya memandang Miyuki yang mengangkat alisnya, dan bertanya dengan tenang.
“Kalau Onii-sama mau, aku bisa mengatasinya.”
Perasaan untuk tidak merepotkan Tatsuya muncul di hatinya.
“Tidak, kita tidak perlu ikut campur.”
Tertawa, Tatsuya menaruh tangan di bahu Miyuki. Dia menepuknya dengan halus.
Miyuki dengan senang membenamkan kepalanya ke dada Tatsuya.
Dibanding nasabah lain yang menunjukkan kegelisahan dan ketakutan dalam situasi ini, sikap ‘masa bodoh’ cukup aneh. Tidak perlu dikata, hanya mereka berdua lah yang bisa tenang di atmosfer menegangkan seperti ini.
Kalau kalian butuh penjelasan ucapan Tatsuya, maksudnya bukan berarti dia membiarkan perampok itu seenaknya selagi ia bermain-main dengan adiknya. Bisa dibilang, aksinya sekarang hanya untuk menenangkannya saja. Hanya karena perampokan bank jarang terjadi bukan berarti tidak ada sistem pengaman yang dipasang di tempat itu. Lagipula seorang perampok tidak akan berhasil melakukan operasinya hanya bersenjatakan sebuah pistol modifikasi.
Buktinya ada di depan mereka. Pelindung transparan yang ada langsung memblok akses ke loket. Di belakang pelindung itu, ada pelindung lain yang turun untuk menutupi jendela didepan pegawai.
Tas besar yang ada di loket itu tertekan hampir robek. Kalau saja tangan perampok itu ada di sana, pasti tangannya sudat patah sampai bahkan diamputasi.
Salah satu pencuri itu menembakkan peluru ke pelindung itu. Peluru itu bahkan tidak menembus pelindung terdepan.
Pelindung depan itu kelihatannya terbuat dari bahan semacam cairan viskositas tinggi. Bahan itu mencegah kerusakan parah. Melihat itu, Tatsuya kagum dengan desainnya.
Salah satu perampok itu melontarkan sumpah serapah dan melihat kembali ke lobi. Melihat tepat ke orang itu, Tatsuya mengabaikan pandangannya. Mata orang itu tertuju ke Miyuki. Merasa tiba-tiba ditatap orang, dia segera menundukkan wajahnya.
Sekilas mata orang itu terlihat dari lubang mata di topengnya. Mengkesampingkan ketegangan dan ketakutan nasabah di lobi, senyuman menakutkan yang ditunjukkan perampok itu menunjukkan kalau ia bertemperamen tinggi. Bisa dibilang Tatsuya dan Miyuki menarik perhatian orang itu.
Tatsuya merasakan niat jahat itu. Dia tidak akan jadi Guardian kalau dia tidak bisa menyadarinya. Tentu saja, kemungkinannya kecil kalau perampok itu melihat mereka dengan ramah. Dia juga bisa merasakan kesadisan dari pancaran tatapan itu.
Miyuki juga sadar kalau perampok itu sedang melihatnya dengan mata seperti itu. Dia semakin meringkuk dekat Tatsuya. Itu adalah gambaran orang yang ketakutan. Dilihat dari senyumannya, perampok itu juga berpikir seperti itu. Tapi Tatsuya, yang bisa merasakan tubuh Miyuki melalui bajunya, tahu kalau tidak ada ketegangan di dirinya. Adiknya tidak gugup sama sekali. Kalau dia bisa melihat wajahnya, dia tidak akan heran jika adiknya mencoba untuk menahan tawa.
Secara tak sadar, dia menyembunyikan senyumannya sendiri di balik ekspresi datarnya. Dia berharap kalau kedoknya tidak ketahuan, dilanjutkannya dengan menunjukkan ekspresi gelisah dan memeluk erat tubuh Miyuki. Itu bukan hal yang biasa dia lakukan, tapi dia juga ahli dalam drama seperti ini.
Mata keempat perampok itu fokus pada mereka. Mustahil untuk melihat jelas apa yang disembunyikan topeng itu, tapi mudah bagi mereka untuk tahu jika para perampok itu sedang menyeringai lebar dilihat dari matanya. Acting Miyuki dan Tatsuya pasti berhasil memancing mereka.
Tatsuya beracting sampai sedikit gemetaran. Bahkan dia merasa kalau itu mungkin sedikit berlebihan, tapi perampok itu sedang kesenangan melihatnya.
Perhatian mereka sepenuhnya teralihkan dari nasabah lain di lobi. Mengingat kalai sistem pengamanan di bank ini sampai tahan peluru, pasti tidak mungkin itu semua berhenti hanya setelah memisahkan lobi dan loket.
Fokus keempat perampok terletak pada mereka. Mereka sepenuhnya gagal untuk menyadari meriam yang muncul di atas mereka. Sebelum menyadarinya, plafon tempat itu sudah digantikan dengan gambar-gambar 3D. Salah satu perampok itu terlumpuhkan berkat tembakan meriam itu seketika.

Tatsuya tidak kaget melihat itu. Untuk orang yang bisa merasakan keberadaan orang, sesuatu seperti itu bukanlah hal yang mengejutkan. Saat ia menunggu, dia selalu sadar akan adanya meriam yang turun di atas kepala mereka.
Pegawai bank tentu saja tidak tahu seperti dia. Miyuki, yang masih meringkuk di Tatsuya, logikanya dia pasti akan menangis lega dengan menghilangnya semua ketegangan ini. Mereka pikir lengan Tatsuya menyembunyikan wajahnya saat memeluknya karena itu. Sebenarnya, dia hanya sedang membaca suasana dan sedang menyembunyikan senyuman adiknya dari pegawai dan polisi yang ada.
Dengan kepala Miyuki yang masih ada di pelukannya, pegawai bank itu datang menanyai Tatsuya. Menanyai namanya, meminta maaf dan menawarkan pembebasan biaya selama setahun sebagai kompensasi. Tidak tahu harus menanggapi bagaimana, Tatsuya mempertahankan ekspresi datarnya, melihat itu, manajer bank itu terlihat tegang, sebelum Tatsuya menerima tawaran itu. Di mata kebanyakan orang, itu memang situasi yang berbahaya.
Setelah diberitahu kalau Tatsuya ingin memperbarui IDnya, manajer itu langsung memanggil bawahannya untuk melakukan apa yang diinginkannya. Tatsuya dengan lembut melepas Miyuki, dia menyembunyikan wajahnya dengan rambut panjangnya dan memegang bahu Tatsuya sebagai panduannya berjalan.
Tidak mungkin Tatsuya bisa dimata-matai selama memperbarui IDnya, itu karena semua prosesnya dilakukan dengan sebuah mesin di ruang tertutup. Masuk, tanpa dilihat banyak pasang mata orang lain, mereka berdua akhirnya menghentikan sandiwara mereka, bertukar pandang, dan tertawa.
Pertemuan mereka dengan perampok bank adalah sesuatu yang jarang dialami oleh kedua saudara itu.
Insiden yang mereka berdua lewati selama hari terakhir musim panas, bagi mereka berdua, terukir di ingatan mereka dengan kenangan-kenangan yang lain sebagai ‘Kenangan Musim Panas’.




[1] Hadiah yang diberikan seperti suatu penghargaan untuk pencapaian.
[2] Hadiah yang diberikan tanpa perlu alasan khusus.
[3] Berlian terbesar yang pernah ada.
[4] Bentuk tata krama Jepang di mana orang tersebut berlutut hingga kepala menyentuh tanah.