SHERINA ARADEA
(Author : Rafli Sydyq)

            Pada hari ulang tahunku yang ke-18 kedua orang tuaku memberikan hadiah berupa perangkan Full Dive keluaran terbaru beserta sebuah game VRMMORPG yang bernama Another Soul Online atau disingkat A.S.O untuk aku mainkan.
Pada awalnya aku bertanya kenapa mereka memintaku memainkan game bertema fantasy yang dimana aku tidak terlalu menyukainya, tapi mereka hanya berkata “Ini demi kebaikanmu” yang dimana aku tidak mengerti apa maksud mereka.
Adikku yang melihat ini langsung memohon agar dibelikan permainan yang sama, sudah menduga akan terjadi seperti ini orang tuaku tidak lupa membelikan satu untuk adikku dan dia memakai mesin Full Dive lama milik orang tuaku untuk bermain.
Beberapa hari kemudian, akhirnya A.S.O memulai perilisan resminya. Aku dan adikku segera Log In.
Hal pertama yang kulihat setelah perangkat aktif adalah sebuah ruangan putih yang menyilaukan dan terdapat menu pembuatan karakter melayang dihadapanku.
Karena umur, tinggi badan dan jenis kelamin tidak dapat diubah aku hanya mengubah warna rambut dan mataku. Aku memilih rambut berwarna crimson dan mata berwarna keemasan. Menilai kondisi fisikku yang rendah, aku memilih untuk menjadi penjaga belakang yang berorientasi pada sihir dan sampailah aku pada pilihan sorcerer.
Karena aku seorang penyihir, maka wajar untuk memilih staff sebagai senjata. Untuk sihir, aku memilih untuk menggunakan Fire Magic.
Sedangkan untuk pakaian, aku memilih untuk maju dengan jubah penyihir sederhana. Oh, tampaknya aku mendapatkan bonus aksesoris berupa anting.
Selanjutnya, aku harus memasukkan nama karakter. Karena sebelumnya aku sudah membahas ini dengan adikku, kami sepakat untuk membuat karakter dengan nama keluarga yang sama dan nama yang kupilih adalah Sherina Aradea sedangkan adikku bernama Carissa Aradea.
Sesi pembuatan karakter akhirnya selesai. Disaat aku menekan tombol [OK] tiba-tiba saja kepalaku menjadi pusing dan sebuah video seperti sedang diputar didalam kepalaku.
Yang kulihat adalah seorang gadis kecil dan rambut crimson sedang bermain dengan seorang gadis berambut berwarna silver platinum. Mereka tampak bahagia bermain bersama sampai akhirnya orang tua mereka memanggil mereka untuk segera pulang.
Setelah mereka berpisah, pandanganku tetap tertuju pada gadis berambut crimson. Video terus diputar, dari sana aku akhirnya menyadari kalau gadis itu adalah versi muda dari karakter yang aku pakai, Sherina.
Tampaknya Sherina adalah putri tertua dari seorang pedagang kaya. Tapi, karena suatu alasan Sherina kabur dari rumah bersama dengan adiknya dan akhirnya menjadi seorang Petualang.
Video akhirnya berhenti diputar. Kemudian pandanganku menjadi gelap dan aku merasakan perasaan seperti melayang.
Setelah perasaan itu hilang, aku perlahan membuka mata. Yang kulihat pertama kali adalah sebuah padang rumput yang sangat luas. Sejauh mata memandang kau bisa melihat sebuah dataran yang membentang seperti sebuah karpet hijau di cakrawala.
Dimana-mana kau bisa melihat banyak hewan seperti sapi dan kijang sedang merumput. Terkadang kau bisa melihat kelinci dengan tanduk dikepalanya sedang melompat kesana-kemari.
Aku juga bisa merasakan hembusan angin sejuk menerpaku. Aku juga bisa mendengar suara desiran angin dan nyanyian burung yang saling beradu dikejauhan.
Setelah melihat sekeliling aku mengecek diriku sendiri, saat ini aku sedang memakai jubah lebar berwarna hitam dan di tangan kananku terdapat sebuah staff kayu sederhana. Lalu aku meneriakkan kata “Status!” dan dihadapanku muncul sebuah layar transparan.
Name : Sherina Aradea                              Age     : 18
Race   : Human (Female)                            Job      : Sorcerer
MP      : 500 (70)
STR    : 130 (120)
DEX    : 50
VIT      : 100 (370)
AGI     : 75 (30)
MND   : 200 (140)
Equipment :
(Weapon-Staff) Apprentice Sorcerer Staff
            M.ATK : 100 INT : 30 MP : 50 Durability : 100
(Armor-Outwear) Apprentice Sorcerer  Coat
            M.ATK : 20 M.DEF : 220 INT : 50 Durability : 120
(Armor-Robe) Apprentice Sorcerer Robe
            M.DEF : 100 INT : 50 Durability : 80
(Armor-Glove) Apprentice Sorcerer Glove
            M.DEF : 50 Durability : 70
(Armor-Boots) School Boots
            SPD : 30 Durability : 80
(Accessory-Earrings) Flower Earrings
            INT : 10 MP : 20 Durability : -

Skill :
 [Apprasial]   [Identify]   [Mana Manipulation]   [Mana Presence]   [Magic Knowledge]
[Weapon Mastery: Staff]   [Fire Magic]

Dipinggangku juga terdapat sebuah tas selempang kecil yang tampaknya terbuat dari kulit. Aku menggunakan [Apprasial] padanya dan mengetahui kalau itu disebut ‘Dimension Bag’.
Setelah melihat deskripsi tas tersebut dan mengetahui fungsinya, aku segera merogoh isi tas itu dan menemukan sebuah kartu identitas dengan namaku tertulis diatasnya, sebuah ‘Survival Knife’, sepuluh buah koin perak, beberapa makanan yang dikeringkan, dan sebuah kantong kulit yang berisi air minum di dalamnya.
Disaat aku sedang asyik melihat-lihat isi tas, tiba-tiba saja ada seseorang yang memanggilku.
 “Kakak!”
Mencari sumber suara, aku bisa melihat seorang gadis dengan rambut pirang pendek dan mata keemasan. Sempat curiga, aku menggunakan [Identify] padanya dan akhirnya aku mengetahui siapa gadis itu.
“Apakah itu kau Carissa?”
 “Ya ini aku, aku melihat kalau kakak tampaknya menjadi seorang penyihir”
Yup, dia adalah adikku, Carissa Aradea. Dia berlari dengan semangat dan akhirnya berhenti tepat dihadapanku dengan senyuman penuh kebahagiaan.
“Ya, lebih tepatnya aku seorang Sorcerer. Lalu kau sendiri...”
Melihat penampilan adikku dia mengenakan pakaian yang sangat minim dimana hanya mengenakan celana pendek dan sebuah kain yang di lilitkan di bagian dada untuk menutupi payudaranya yang sedang tumbuh. Sedangkan bagian perut dan pundaknya terbuka lebar dan mengekspos kulitnya yang putih. Sebagai kakaknya aku tidak bisa tidak menjadi cemas melihat penampilan adikku yang sangat terbuka.
“Carissa, apa sebenarnya job yang kau pilih?”
“Hehe coba dengar, aku menjadi seorang Rogue. Dari penjelasannya itu seperti gabungan antara Thief dan Assassin, bagaimana hebatkan”
Mendengar itu kecemasanku semakin bertambah besar, meskipun aku tahu kalau adikku sedikit nakal saat dia masih kecil tapi aku tidak pernah menyangka akan menjadi seperti ini.
“Carissa... apakah kau tidak punya pakaian lain untuk dipakai?”
“Hmm... kalau pakaian aku masih punya sebuah jubah, memangnya kenapa?”
“Segera pakai itu, tidak baik bagi seorang gadis untuk memaparkan bagian tubuhnya seperti ini”
“Eeeh... tapi ini adalah ciri khas job ku”
“Tidak ada tapi-tapian! segera pakai jubahmu dan tutupi tubuhmu itu, setelah kita sampai di kota hal pertama yang kita cari adalah pakaian baru untukmu!”
Dengan tegas aku memutuskan tujuan utama kami, adikku hanya bisa cemberut dan menyetujui proposalku.
...
            Dalam perjalanan menuju kota, kami menjumpai Makhluk Buas pertama kami. Makhluk itu berwujud seperti lendir bulat berdiameter 50cm yang berwarna biru pucat dan terdapat batu kristal didalam tubuhnya.
Menggunakan [Identify] aku mengetahui identitasnya, itu Slime. Aku merasa senang karena hal pertama yang kami jumpai bukanlah makhluk mengerikan seperti Goblin atau Orc.
“Baiklah aku duluan” mengarahkan ujung staff pada Slime aku menggunakan [Fire Magic-Fire Ball] sebuah bola api seukuran telapak tangan terbang menuju Slime dan tepat mengenainya, seketika Slime itu mencair dan hanya meninggalkan sebuah kristal.
Aku menggunakan [Apprasial] pada kristal itu dan mengetahui kalau itu ternyata adalah (Slime Core), karena ini mungkin berharga jadi aku menyimpannya di ‘Dimension Bag’.
Carissa lalu memujiku dengan mengatakan “Kakak, itu hebat” dan “Sihir yang luar biasa” dengan dengan senyuman penuh. Setelah mendengar itu aku hanya tersenyum dan mengelus kepalanya kemudian melanjutkan perjalanan.
Kami menemui Slime lagi tapi kali ini ada tiga diantaranya, aku mengurus dua Slime dan membiarkan Carissa untuk mengurus sisanya. Aku kembali menggunakan [Fire Magic-Fire Ball] dan menembakkan dua bola api yang langsung memusnahkan kedua Slime itu. Sedangkan Carissa mengalahkan Slime itu dengan cara menusukkan sebuah belati tepat di bagian intinya.
Sambil terus mengumpulkan (Slime Core) yang dijatuhkan oleh semua Slime yang kami kalahkan, kami akhirnya bertemu dengan Makhluk Buas kedua kami.
Dia adalah seekor kelinci dengan bulu putih yang terlihat lembut dan terdapat tanduk putih panjang yang berbentuk seperti pisau terpasang dikepala Kelinci tersebut, setelah menggunakan [Identify] aku mengetahui kalau dia disebut Horn Rabbit.
Merasakan kalau dia cukup berbahaya aku menyuruh Carissa untuk berlindung di belakangku. Aku langsung melemparkan [Fire Magic-Fire Ball] kepada Kelinci itu, tapi tidak disangka Kelinci itu sangat lincah dan mampu menghindari seranganku.
Kelinci itu segera menerjang dengan tanduknya tertuju padaku, aku panik dan secara refleks menggunakan staff untuk memukul Kelinci itu dengan sekuat tenaga dan mengenai tepat dimata kanannya. Saat Kelinci itu terjatuh ketanah aku kembali memukul kepalanya sampai hancur.
Melihat kondisi mayat Kelinci yang kukalahkan, aku mau tidak mau merasa mual. Tapi, harga diriku sebagai seorang kakak tidak membiarkanku untuk muntah dihadapan adikku.
“Hmm...? kenapa Kelinci itu masih ada?”
“Eh? Apa maksudmu, bukannya itu normal”
“Tidak kak, biasanya setelah mengalahkan Makhluk Buas akan ada material yang jatuh, bukannya meninggalkan mayat seperti ini”
Apa yang dikatakan adikku itu masuk akal, biasanya setelah berhasil mengalahkan Makhluk Buas mereka akan menghilang dan menjatuhkan sesuatu seperti Slime tadi, tapi tubuh Kelinci ini masih ada disini.
Aku tiba-tiba terpikirkan sesuatu dan mengeluarkan ‘Survival Knife’ yang sejak awal sudah ada di dalam ‘Dimension Bag’.
“Apa kita harus melakukannya sendiri?” kataku sambil memandangi Sulvival Knife yang ada di genggamanku.
“Hah! Jangan bilang kalau kita harus menyentuh benda itu”
“Tidak ada cara lain, jika kita ingin mendapatkan material kelinci itu tampaknya kita harus melakukannya sendiri”
“Oh ayolah ini terlalu berlebihan untuk sebuah game”
Meninggalkan adikku yang sedang mengomel aku mendekati mayat Kelinci dengan ‘Survival Knife’ ditangan dan mulai mengulitinya.
Aku yang sama sekali tidak berpengalaman dalam hal ini secara perlahan mulai menguliti Kelinci itu, hasilnya adalah aku berhasil mengambil (Rabbit Hide), (Rabbit Meat), dan (Rabbit Horn) sedangkan sisanya seperti jeroan aku bakar dengan Fire Magic.
Setelah itu kami kembali malanjutkan perjalanan. Butuh waktu hingga matahari mulai tenggelam hingga akhirnya kami sampai dikota.
...
            Kota yang kami datangi ini tampaknya bernama Pruistine. Setelah menunjukkan kartu identitas, kami diijinkan untuk memasukki kota.
Kota itu tampak seperti kota pada abad pertengahan, kau bisa melihat banyak rumah berdiri saling berhimpitan dan terdapat barisan pedagang sedang menjajakan dagangan mereka.
Sambil terus melihat-lihat, kami akhirnya sampai disebuah bangunan kayu dengan lambang dua buah pedang yang saling bersilang dan ditengahnya terdapat sebuah perisai. Itu adalah Guild Petualang.
Kami segera masuk dan disambut oleh pemandangan sekumpulan orang sedang minum-minum. Selain mereka kami juga bisa melihat banyak orang sedang mondar-mandir dan membawa selembar kertas yang mereka ambil dari papan yang ada disudut ruangan. Kurasa itu adalah kertas quest.
Setelah melihat sekeliling, kami lalu berjalan menuju sebuah konter dan meminta mendaftar sebagai seorang Petualang.
Disitu kami disambut oleh seorang resepsionis wanita dengan rambut lavender. Dia lalu menjelaskan tentang tugas-tugas dan peringkat Petualang.
Tingkat para Petualang dibagi menjadi D, C, B, A, S, SS, dan SSS. Sebagai permulaan, kami memulai dari peringkat D.
Selain mendaftar sebagai Petualang, kami juga menjual hasil buruan kami dan mendapatkan lima koin perak atau sekitar 500 R.
Habis dari Guild Petualang, tempat kedua yang kami tuju adalah sebuah toko perlengkapan yang bernama Rozita untuk mengganti pakaian tidak senonoh yang sedang dipakai adikku dan menggantinya dengan yang lebih tertutup.
Karena modal awal kami berdua adalah sepuluh perak dan ditambah dengan lima perak dari hasil menjual buruan kami, kami hanya sanggup untuk membeli perlengkapan milik Carissa, sedangkan aku hanya harus bersabar dengan peralatan pemula untuk sementara waktu.
...
Tidak terasa seminggu sudah berlalu. Semua pada awalnya berjalan dengan mulus dan menyenangkan, tapi pada akhirnya aku harus menemui jalan buntu.
Dalam waktu satu minggu ini aku sama sekali tidak mempelajari satupun sihir baru, meskipun aku sudah mencoba segalanya tapi aku tidak mendapatkan apapun. Tidak hanya itu, status dasarku juga tidak mengalami peningkatan yang berarti.
Untuk adikku segalanya tampak berjalan dengan lancar, dia sekarang juga sudah memiliki peralatan yang jauh lebih baik. Dia yang pada awalnya hanya memakai pakaian yang sangat minim sekarang sudah memakai pakaian yang mirip dengan seorang pembunuh profesional. Dia juga sudah mengganti senjatanya, sekarang dia memakai sebuah katar pada tangan kanan dan sebuah belati pada tangan kiri, dia juga sempat bilang padaku kalau dia akhirnya bisa mempelajari sihir angin hingga tingkat menengah.
Berbeda denganku, aku yang menolak menggunakan uang dari hasil kerja keras adikku, sampai sekarang hanya memakai perlengkapan awal yang juga sudah mulai lusuh.
Meskipun aku seorang Sorcerer adikku jauh lebih baik dalam sihir dibandingkan denganku. Aku yang seharusnya melindungi sekarang menjadi yang dilindungi. Melihat sosok adikku yang bertarung dengan berani melawan Makhluk Buas sedangkan aku hanya bisa menonton dari belakang membuatku menangis dalam diam.
Hal itu semakin diperparah oleh ulah para Petualang yang mengetahui kondisiku.
“Hei nyonya penyihir aku dengar kau sangat menyukai Fire Ball, jadi bisa kah kau menunjukkannya pada kami”
“Oi kau terlalu berlebihan, kau tau kalau dia hanya menggunakan satu jenis sihir karena dia sama sekali tidak berbakat dengan sihir tapi memaksakan diri untuk menjadi penyihir”
“Gadis muda bagaimana jika aku mengajarimu sebuah sihir yang sangat hebat, harganya hanya menghabiskan satu malam indah bersamaku”
“HEI BERHENTI MENGGANGGU KAKAKKU!!!”
Ini sudah berlebihan bagiku. Meninggalkan Carissa yang terus memanggilku, aku terus berlari hingga aku pergi menjauh dari kota. Tidak mengetahui sudah berapa lama aku berlari, aku akhirnya sampai dipinggir sungai jauh didalam hutan.
Sungai itu sangatlah jernih hingga mampu memantulkan bayanganku. Disana aku bisa melihat sosok gadis yang sangat menyedihkan.
Kenapa ayah dan ibu memintaku memainkan game ini? Kenapa aku bisa sangat payah? Kenapa semua tidak bisa berjalan dengan lancar? Aku terus menggumamkan itu semua sampai akhirnya aku mendengar ada yang memanggil.
“Kenapa kau meneteskan air mata?”