JING DAN YUN
(Translater : Hikari)

Begitu aku membuka mataku, aku tak bisa menahan diri untuk memekik kagum, "Langitnya biru sekali!"

Aku berbaring malas selama beberapa saat, mengagumi langit biru yang membentang di depan mataku. Saat aku bangun dengan enggan pada akhirnya, aku menatap dengan seksama sekelilingku dan menggigit telunjukku, kebingungan. "Di mana ini?"
Wow, ada burung camar di sini! Terkejut senang, aku menyaksikan sekawanan burung camar yang terbang melintas…Eh? Bukannya itu layar? Aku tidak pernah melihat layar yang sebesar itu sebelumnya… Benda di bawah kakiku ini, kurasa ini yang disebut dengan 'dek'?
Aku berjalan terperangan ke pagar kapal dan memandangi kejauhan.
Laut yang begitu biru, dan angin laut yang terasa asin berhembus ke sini. Hoho, rasanya nyaman sekali, pikirku, menyengir bodoh selama sepuluh detik penuh, dan kemudian kesadaran menyerangku… Tunggu sebentar! Aku melihat ke kiri dan kemudian ke kanan. Ya Tuhan! Samudera biru sejauh yang bisa kulihat. Di mana daratan tersayangku menghilang? Kenapa aku ada di atas kapal? Aku menuju ke mana?
Jangan panik, jangan panik! Aku mencoba untuk tenang. Pasti ada alasan kenapa aku di sini.
Aku mencoba untuk mengingat kembali apa yang telah terjadi. Aku ingat kalau aku tadinya sedang minum bersama dengan Nan Gong Zui dan Kong Kong; minuman beralkohol itu terasa membakar saat menuruni kerongkonganku dan sangat sulit untuk diminum…dan kemudian? Aku menopang kepalaku dengan tangan dan berpikir keras sebisa mungkin, tapi tetap saja tidak bisa mengingat apapun. Apa yang sebenarnya terjadi setelah itu?
Tiba-tiba, aku melihat seseorang dari sudut mataku. Aku bergegas dan menahan lengannya. "Permisi, Kak, tapi bisakah kau memberitahuku ke mana kapal ini menuju?" tanyaku cemas.
"Kapal ini adalah Star of the Ocean, yang berlayar dari Benua Tengah ke Benua Timur. Bukannya kau sudah tahu itu?" Pria tersebut, yang mirip dengan seorang pelaut, memperlihatkan ekspresi bertanya-tanya di wajahnya saat menjawabku."
Benua Timur? Aku menatapnya kosong. "Benua Timur? Sejak kapan Second Life mempunyai begitu banyak benua?"
"…Dunia ini memiliki total lima benua: Benua Timur, Benua Barat, Benua Selatan, Benua Utara dan Benua Tengah. Ini seharusnya adalah pengetahuan umum!" Si pelaut itu menatapku seakan aku adalah orang gila.
Jadi begitu ya? "Jadi aku berasal dari mana?"
"Dilihat dari jalur kapal ini, kau mungkin berasal dari Benua Tengah, 'kan?"
Aku mengelus belakang kepalaku, nyengir dengan bodohnya. "Kau mungkin benar!" seruku.
"Jadi, bagaimana aku bisa kembali ke Benua Tengah?" Meskipun berlayar di atas sebuah kapal adalah pengalaman yang sangat menarik, aku pasti akan mendapat hukuman berat dari anggota timku di Odd Squad kalau aku tidak cepat-cepat mencari Tim Rose.
"Kau bisa naik kapal lain untuk kembali saat kau mencapai Benua Timur."
"Berapa lama lagi kita akan sampai di Benua Timur kalau begitu?"
"Mungkin sekitar lima hari lagi atau lebih! Tidak bisa mengobrol denganmu lagi; aku masih ada pekerjaan yang harus dilakukan." Si pelaut itu berjalan menjauh, bergumam sendiri, "Dasar orang aneh; ongkos kapal ini mahal dan dia malah ingin kembali bahkan sebelum mencapai Benua Timur…"
Tunggu sebentar!
"Lima hari, lalu ditambah dengan perjalanan pulang, itu totalnya sepuluh hari?" Aku ingin menangis, akan jadi sebuah keajaiban kalau aku tidak diomeli sampai mati kali ini.
Aku menghela napas. "Kurasa aku sebaiknya memberi tahu anggot timku terlebih dulu."
"Memanggil Odd Squad, memanggil Odd Squad…" Masih tidak ada respon dari mereka? Itu mustahil! Bukankah setidaknya ada yang online di jam segini? Aku semakin panik dan tergesa-gesa mencengkeram si kakak pelaut itu lagi. "Dàgē, kenapa aku tidak bisa menghubungi anggota timku dengan messaging system?"
Dihentikan secara paksa olehku, si pelaut itu menanyaiku dengan jengkel, "Di mana anggota timmu?"
"Di Benua Tengah," aku menjawab dengan patuh.
"Player yang berada di benua yang berbeda tidak dapat menggunakan channel PM untuk berkomunikasi dengan player lainnya; ini termasuk untuk team channel juga. Sementara kau berada di laut, kau hanya bisa mem-PM player yang juga berada di atas kapal."
Rahangku terbuka karena syok. "Aku berada dalam masalah besar sekarang."
Tidak ada hal lain yang bisa kulakukan, jadi aku hanya duduk dengan kaku di atas kapal. Awalnya, aku masih dapat melihat langit dan lautan yang biru, tapi aku hampir menggila karena rasa bosan pada akhirnya. Si kakak pelaut itu mengatakan padaku kalau sekarang sedang sepi-sepinya pengunjung, dengan sangat sedikit player yang menaiki kapal, belum lagi kapal yang pergi beberapa jam sebelum subuh, aku menjadi satu-satunya player yang menaiki kapal ini, waaaaah!
Aku berguling ke depan, ke belakang, ke samping… Aku saaaaaangat bosan! Ya Tuhan! Apa yang akan kulakukan? Bahkan si kakak pelaut itu bersembunyi setelah kuganggu terus-terusan, jadi tidak ada satu pun di sekitarku untuk diajak bicara. Aku membenamkan kepalaku di antara lutut dengan sedihnya, mataku memerah karena air mata yang mulai muncul. "Huwaaa, Lolidragon, Wolf-dàgē, Gui, Doll, dan Yu Lian-dàsăo, aku sangat kangen dengan kalian semua, huwaaa!" Aku baru menyadarinya sekarang betapa kesepiannya aku tanpa anggota Odd Squad lainnya.
"Mama, kenapa menangis-nangis?" Sebuah suara mirip anak kecil muncul dari kantungku.
Aku membeku sesaat, dan kemudian dengan cepat membuka kantungku. "MEATBUUUUN!".
Aku mengeluarkan Meatbun dan memeluknya erat-erat, menghujaninya dengan ciuman, cubitan, dan pelukan. "Aku lupa kalau aku masih memilikimu."
"Mama, Meatbun merasa sakit-sakit!" Tanganku mengamuk, mencubiti Meatbun di mana-mana dan membuat kulitnya jadi memerah. Sama seperti sebelumnya, Meatbun – yang takut dengan rasa sakit — mulai menangis, dengan tetesan air mega-besar berjatuhan dari matanya.
Erk! Sial. Aku segera menghibur Meatbun dengan sikap yang baik. Itu tidak begitu efektif, dan Meatbun tetap menangis seperti dua keran yang meledak sepenuhnya…. Erk! Ini benar-benar gawat, aku takut aku akan menjadi player pertama yang mengetahui apakah kapal NPC bisa tenggelam atau tidak. Dengan Meatbun di tanganku yang tertangkup, aku memiringkan kepala ke satu sisi dan berpikir, Hmm, situasinya mungkin tidak akan seburuk yang kupikirkan. Setidaknya aku tahu bagaimana caranya berenang gaya anjing.

"Meskipun tuan penguasa kita sedang pergi karena ada urusan, kota ini masih harus diatur, jadi kita akan menugaskan setiap orang ke posisinya. Kalau Prince merasa tidak puas dengan pengaturannya saat dia kembali, kita bisa mengatur ulang posisinya." Ugly Wolf memandang semua orang yang ada di bawahnya. Meskipun kita tidak tahu ke mana perginya Prince, kita masih harus mengatur semua orang lebih dulu! Aku hanya berharap tidak ada yang membenci pengaturannya. Dia menghela napas karena pikiran tersebut. Sebenarnya, ke manakah Prince menghilang?
"Ayo lakukan kalau begitu," Nan Gong Zui berkata dengan tenang.
"Karena aku tidak tahu di mana letak keahlian kalian masing-masing, aku pertama akan menugaskan posisi pada mereka yang kemampuannya sudah kuketahui. Para ketua tim, tolong informasikan aku kalau aku melewatkan seseorang." Ugly Wolf mulai menyebutkan nama-nama dengan serius. "Nan Gong Zui, Broken Sword, Wicked, dan aku akan berada di departemen militer, Yu Lian berada di departemen keuangan, Gui dan Lolidragon akan berada di departemen pembangunan untuk perencanaan kota dan infrastruktur militer — seperti menaruh perangkap di sekitar kota. Lolidragon juga akan bertugas di depatermen urusan luar negeri, bersama dengan Doll."
Nan Gong Zui tersenyum tipis. "Kurasa aku hanya bisa mengambil tugas untuk melatih para prajurit. Aku biasanya menyerahkan tugas mengenai kebijakan militer yang akan diambil dan stategi perang pada White Bird, dia adalah ahli di bidang itu."
Madame White Bird menaikkan alisnya dan berkata, "Seseorang yang dapat memimpin tentara ke dalam peperangan dan orang yang berbakat dalam membuat strategi serta mengkomando dari jauh biasanya bukan satu orang yang sama. Kusarankan departemen militer untuk lebih jauh dibagi menjadi dua bagian, yang satu untuk merencanakan strategi dan yang lainnya untuk memimpin pasukan — dengan demikian, memiliki dua jenis posisi yang berbeda: jenderal dan penasehat militer. Ini akan membuat semuanya menjadi lebih jelas untuk semua orang."
Ugly Wolf mempertimbangkannya untuk sejenak, dan kemudian membalas, "Apa yang kau katakan itu masuk akal; kita akan melakukannya dengan cara seperti itu kalau begitu. Nan Gong Zui, Broken Sword, dan Wicked masing-masing akan menjadi ketiga Jenderal, sementara Madame White Bird dan aku akan bertindak menjadi Penasehat Kiri dan Kanan. Apa ada pertanyaan lain mengenai departemen militer?"
Melihat tidak ada satupun yang berpendapat mengenai hal ini, Ugly Wolf melanjutkan ke urusan berikutnya. "Untuk departemen keuangan, aku sama sekali tidak mengetahui siapa lagi yang memiliki pengalaman di bidang ini selain Yu Lian dari timku, jadi bisakah aku menanyakan apakah tim lain memiliki orang yang ahli di bidang ini?"
"Timku merekomendasikan Rose," kata Broken Sword, dan semua orang di Tim Rose menyengir pada Rose saat Broken Sword menambahkan, "Rose bukan sekedar ahli di bidang ini; dia pada dasarnya adalah seorang dewi dalam manajemen keuangan!"
"Aku ingin bergabung dengan departemen keuangan. Aku bukan seorang ahli biasa dalam mengatur uang juga," Ice Phoenix berkata dengan seulas senyum percaya diri sementara para anggota di The Righteous Blade menganggukkan kepala penuh semangat menyetujui.
Ugly Wolf menganggukkan kepalanya dengan senang. "Itu bagus sekali, Yu Lian tidak harus menjalankan departemen keuangan seorang diri kalau begitu."
"Berikutnya, selain Gui dan Lolidragon yang telah ditugaskan di departemen pembangunan, kuharap semua thief yang lain dapat membantu Lolidragon dalam memasang perangkap. Bagaimanapun, kota ini terlalu besar, dan mustahil hanya mengandalkan Lolidragon saja untuk hal ini." Ugly Wolf memandangi para thief yang hadir, dan baik Playboy Lord maupun Kong Kong mengangguk.
"Apa ada orang lain di sini yang terbiasa dengan perencanaan kota atau mengawasi proses pembangunan?" tanya Ugly Wolf, mengerutkan alis.
Fairsky cemberut untuk sesaat dan kemudian menjawab dengan enggan. "Aku, tapi aku tidak mau bekerja bersama dia." Dia memelototi Gui dengan tajam.
"Kau seharusnya tidak mencampuradukkan urusan pribadi dengan pekerjaan, Fairsky," kata Broken Sword dengan tegas.
"Maaf," kata Fairsky dengan tampang terhenyak. "Kalau begitu aku akan bergabung dengan bagian perencanaan kota dan mengusahakan yang terbaik untuk membantu Gui."
"Yang tersisa adalah departemen urusan luar negeri kalau begitu. Apa ada yang mau membantu Doll dan Lolidragon?" Ugly Wolf bertanya.
Lolidragon berkata sambil tersenyum, "Aku merekomendasikan Feng Wu Qing."
Feng Wu Qing membalas sengit. "Hmph. Kenapa aku harus bergabung dengan departemen urusan luar negeri? Terutama kalau kau ada di dalamnya."
"Aiyah, mungkinkah si pahlawan hebat Feng Wu Qing tidak dapat membedakan antara urusan pribadinya dengan pekerjaan? Apakan dia bermaksud untuk menyia-nyiakan kemampuan berbahasanya dan membiarkannya berlumut sebagai gantinya?" Lolidragon bertanya dengan pedas. "Atau dia takut kalau pencapaiannya akan kalah denganku, dan karena itu dia memutuskan untuk tidak bergabung?"
Feng Wu Qing menggertakkan giginya dengan benci. "Aku? Kalah denganmu? Aku sudah pasti bergabung dengan departemen urusan luar negeri, dan kemudian akan kau lihat sendiri siapa ahli yang sebenarnya dalam bidang diplomasi."
Kali ini, kemenangan untuk Lolidragon! pikir semua orang yang hadir.
"Kalau begitu kita akan mengikuti pengaturan ini sekarang!" Ugly Wolf menyelesaikan bagan personilnya dengan puas. "Berikutnya, kita perlu mendiskusikan masalah The Righteous Blades. Meskipun kota ini sekarang sedang dilindungi oleh admin game, kita akan perlu menanggung beban tanggung jawab ini sendirian dalam waktu yang dekat. Seperti yang semua orang ketahui, ada tak terhitung banyaknya player yang mengincar kota kita, jadi kita harus dengan cepat meningkatkan jumlah player dalam pasukan kita dan memutuskan metode untuk mengatur mereka."
Ugly Wolf melihat langsung Nan Gong Zui, menatapnya lekat-lekat. "Aku akan mengatakannya dengan jelas. Sebuah kota tidak bisa memiliki dua penguasa, dan sepertinya seluruh tenaga militer pertahanan bergantung pada The Righteous Blades. Nan Gong, apa kau yakin bahwa kau bersedia untuk membiarkan grupmu sendiri melayani Prince, apakah kau bersedia menjadi bawahan Prince?"
Nan Gong Zui menatap Ugly Wolf, ketetapan hatinya terlihat jelas di matanya, dan dia mengatakan dengan gambling, "Kalau Prince ada di sini, aku akan berlutut dan bersumpah setia padanya di depang semua orang dari The Righteous Blades.
"Aku sama sekali bukan pemimpin yang baik. Aku sudah tahu dari awal bahwa aku tidak memiliki aura seorang pemimpin sejati," Nan Gong Zui menjelaskan dengan perlahan. "Daripada membiarkan The Righteous Blades tetap menjadi grup biasa saja di bawah kepemimpinanku, aku merasa jauh lebih baik menemukan pemimpin yang lebih baik daripada aku untuk memimpin mereka. Dan sekarang, aku menemukannya."
"Orang itu, Prince… Aku tidak tahu kenapa, tapi aku selalu berpikir bahwa pemandangan saat dia tersenyum memberikan orang semacam perasaan yang sangat nyaman," Broken Sword berkata sambil menyengir. "Aku benar-benar ingin melihat dia berdiri di dinding kota, tertawa dengan tawanya yang liar dan arogan itu."
Legolas membalas dingin, "Benarkah? Aku selalu merasa orang itu, Prince, adalah orang yang bodoh…selama kau adalah temannya, dia akan mempercayaimu tanpa ragu, dan bahkan akan bersedia menyerahkan nyawanya untukmu." Akan tetapi, saat Legolas selesai bicara, ada seulas senyum tipis di wajahnya.
"Tarian pedangnya adalah sebuah kesenangan sejati untuk hati dan mata," Kong Kong berkata, menggelengkan kepalanya dengan helaan nafas kagum.
Feng Wu Qing berkata dengan canggung, "Meskipun ada hal yang tidak menyenangkan di antara kami awalnya, kemampuan bertarungnya benar-benar sangat mengagumkan."
"Baiklah, baiklah, semuanya, tolong jangan lanjutkan nyanyian pujian untuk Prince lagi. Kalau tidak, meskipun dia tidak ada di sini, kurasa bagian belakangnya akan menonjol karena kesombongan," Lolidragon segera menyela pujian mereka. Haah! Kepalanya sakit saat dia berpikir, kalau Prince tidak muncul dengan tampilan yang sesuai dengan yang mereka harapkan saat dia kembali, akan ada masalah besar.
Ugly Wolf tidak tahu harus tertawa atau menangis. "Omong-omong, ayo mulai menjalankan pengembangan Infinite City sebelum Prince kembali."
"Tidak masalah!" Mereka semua dipenuhi dengan kepercayaan diri, siap untuk membuktikan diri mereka di depan penguasa kebanggaan, perkasa, dan pemberani mereka…

Aku berlutut dengan kedua lutut dan tanganku di atas lantai, menggosok, menggosok, dan menggosok lantai tersebut. Uwaaaaaaah….
"Mana kutahu bahwa tiket untuk kapal ini akan begitu mahal, ternyata menghabiskan lima ribu kristal dan tiga koin emas? Aku hanya punya lima ribu kristal, tiga emas, dan sepuluh koin tembaga, bagaimana aku tahu kalau aku akan tidak memiliki cukup uang untuk makan malam? Ternyata membuatku, satu-satunya player di kapal ini, menyikat lantai sebagai bayarannya, mereka benar-benar terlalu kejam, "gumamku sendirian sambil menyikat lantai. "Haah, Meatbun, kenapa kau tidak punya tangan? Kalau tidak, kau bisa membantuku menyikat lantai."
Meatbun, yang sedang duduk dengan patuhnya di atas kepalaku sejak awal, tidak dapat mengerti apa yang kugumamkan, dan hanya dapat membalas dengan perkataan yang sama, berkata, "Ya, Mama."
Aku menyikat, menyikat… Tunggu sebentar,. Tidak ada uang? Tiket untuk pulangya harus dibeli, 'kan? Ini. GAWAT!
Tubuhku melemah seperti jeli.  Lima ribu koin kristal! Itu adalah jumlah yang kutabung sejak aku mulai memainkan game ini sampai sekarang. Aku memang memberikan sejumlah uangku pada tim, tapi tetap saja dibutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan lima ribu koin kristal… Apa yang harus kulakukan? Kalau begitu pada dasarnya aku tidak akan bisa kembali untuk waktu yang sangat lama. Ditambah lagi, aku tidak bisa mengirimkan pesan pada teman-temanku; mereka mungkin mengkhawatirkanku.
"Hei, kita sudah tiba di Benua Timur," kak Pelaut berteriak.
Aku melihat pada si kakak Pelaut dengan kebingungan. "Dàgē, apa ada cara lain untuk mendapatkan tiket selain dengan membelinya?"
"Tidak!"
Kebingungan, aku diusir turun dari kapal. Kebingungan, aku berdiri di sebuah pelabuhan yang tak dikenal. Hanya tatapan-tatapan terpesona yang terarah langsung padaku yang terasa akrab. Sepertinya wajahku ini juga sangat populer di Benua Timur ini; jangan bilang kalau aku sebaiknya menjual tubuhku untuk mendapatkan uang?
"Growl…" suara perutku yang keroncongan. Aku sangat lapar. Aku ingin makan, pikirku. Memegangi perutku, aku ingat kalau aku tidak mempunyai satu keping pun koin perunggu dan segera tubuhku menjadi selemas jeli… Kelihatannya aku akan kelaparan sampai mati, bahkan sebelum aku dapat berkeliling untuk menjual tubuhku demi uang!
Tidak dapat menahan rasa lapar yang menjadi-jadi di perutku ini, aku menetapkan pikiranku. "Waktunya berburu!" seruku, tapi…ke mana arah menuju hutan…?
Setelah berpikir sesaat, aku menyadari bahwa tempat apapun yang memiliki pepohonan pastilah sebuah hutan. Saat ini aku begitu kelaparan sampai aku hampir menjadi mayat, jadi dengan rasa tidak sabar aku bergegas menuju ke hutan. Seperti yang diduga, di sana aku menemukan serigala-serigala kecilku yang imut…

"Meatbun, aku tidak punya bakpao daging sama sekali untukmu saat ini, jadi coba makanlah daging serigala ini!" Aku menjejalkan daging serigala ke mulut Meatbun yang kecil sambil aku sendiri pun memakannya dengan rakus.
Air mata menggenang di mata Meatbun saat dia dengan enggan mengunyah daging serigala tersebut. "Rasanya tidak enak, Mama."
"Benarkah? Kurasa ini enak!" Apapun akan terasa enak saat kau berada di ambang kematian karena kelaparan, pikirku. Aku menelan potongan terakhir daging serigala yang alot itu dengan perasaan puas dan kemudian berbaring di rerumputan di tepi sungai, mengusap-usap perutku dengan nyaman.
Bagaimana caranya aku akan menghubungi teman-teman satu timku? Aku kebingungan.  Sayang sekali Lolidragon tidak ada di sini untuk menjawab pertanyaanku; baru sekarang aku menyadari ternyata dia itu sangat berguna… "Jadi aku akhirnya harus mengandalkan diriku sendiri?" ujarku ke udara dengan sedih.
Aku menyaksikan awan-awan di langit saat mereka bergerak cepat, merasa cukup tertegun, cukup kesepian, cukup kehilangan. Memejamkan mata, aku bergumam, "Aku tidak suka perasaan terpisah dari semuanya ini."
Mataku membelalak terbuka. Aku melompat berdiri dan meraung ke langit, "AKU MAU PULANG!"
"Apa kita sekarang akan naik ke kapal, Mama?" tanya Meatbun dengan senang.
"…Yep, kita akan bisa menaiki kapal itu begitu aku mendapatkan lima ribu koin kristal itu," balasku. Pertama, aku harus pergi dan membunuh monster untuk mendapatkan uang. soal menjual tubuhku…akan kita bicarakan lagi hal itu saat aku benar-benar tidak punya pilihan lain!
Aku akan menghadapi monster yang lebih kuat, pikirku. Dengan begitu aku akan mendapatkan uang dengan lebih cepat. Aku memeriksa isi dari kantungku. Melihat bahwa di situ masih ada beberapa health potion di dalamnya, pikiranku pun menjadi tenang dan aku mulai berjalan lebih dalam lagi ke hutan. Saat sekelilingku menjadi semakin gelap dan gelap, dengan waspada aku menumpukan tangan kiriku pada gagang dao-ku supaya aku dapat menariknya kapan saja.
Ada pergerakkan di pohon! Aku memperlambat langkahku untuk berhenti. Menatapi area terbuka di depanku, aku dapat melihat siluet sejumlah monster. Seulas senyuman tersungging di wajahku dan aku menarik keluar Black Dao. Kelihatannya aku akan dapat segera kembali ke timku.
Hari Kedua…
Aku membelah dua monster dengan satu tebasan pedangku dan kemudian menyarungkan dao-ku. "Ini monster ke…?"
"Ini adalah yang ke lima ratus lima puluh satu," Meatbun menjawab dengan patuh.
Aku menghela napas. "Berapa banyak koin emas yang kita punya?"
Meatbun membalikkan tubuh bulat putihnya dan, dengan sedikit usaha, membenamkan dirinya ke dalam kantung. Setelah beberapa saat, tubuh bulat putih itu menggeliat keluar. "Seratus tiga puluh lima koin-koin, Mama."
"Hmm, aku sudah terbiasa dengan tipe monster-monster yang ada di sini di Benua Timur, ditambah lagi aku juga punya cukup uang untuk membeli health potion dan mana potion, jadi aku seharusnya bisa mencoba lebih jauh ke dalam." Aku memandangi lembah terjal di kejauhan dan berpikir, Haruskah aku pergi ke sana untuk mencari monster dengan level lebih tinggi? Monster dengan level lebih tinggi memiliki kemungkinan lebih tinggi menjatuhkan item langka. Kalau aku bisa mendapatkan beberapa item langka, aku mungkin bisa segera pulang.
"Baiklah! Bersiaplah, Meatbun. Setelah kau menggunakan Aroma Release, kita mungkin akan bertemu seekor boss!" Aku bersemangat tinggi.
"Meatbun-bun siap!" Wajah kecil Meatbun dipenuhi tekad anak kecil. Imut sekali!
Setelah aku menaruh Meatbun di atas kepalaku, aku mulai berjalan menuju lembah yang tidak kukenal. Saat aku berjalan, sekelilingku menjadi semakin gelap, dan ada hembusan angin dingin jahat dari waktu ke waktu. Dingin sekali, pikirku. Gigiku bergemeletuk dan aku tidak punya pilihan lain selain mengeluarkan jubah yang sudah lama tidak kupakai dari dalam kantungku dan memakainya. Saat aku merasa lebih hangat, aku kembali berjalan ke arah tujuanku.
"Toloooong…" Mendadak terdengar suara teriakan minta tolong. Aku membeku sesaat dan kemudian mulai berlari sekencangnya untuk menyelamatkan orang itu.
Saat aku tiba di tempat kejadian, aku melihat seorang gadis sedang dikejar-kejar oleh sekitar enam Flaming Skeleton… Aneh, kenapa pemandangan ini rasanya cukup kukenal? Aku berhenti untuk berpikir. Jangan-jangan ini necromancer lain yang ketakutan oleh anak buah kerangkanya sendiri?
"Bertahanlah, Jing! Aku akan menyelamatkanmu setelah minum potion." Suara laki-laki muncul dari belakang si gadis.
Si gadis meratap. "Cepat, Yun, aku akan mati!"
Jing? Yun? Kenapa kedua nama ini kedengaran tidak asing? Aku kembali terhanyut dalam pikiranku sendiri…
Saat itulah, si gadis sepertinya melihatku. "Tolong, kumohon tolong kami membunuh kerangka-kerangka itu!" serunya.
Wajah itu wajahnya Lü Jing…sahabatku di dunia nyata— Ya ampun, Yun? Jangan bilang kalau dia itu Gu Yun Fei? Aku mengangkat kepalaku untuk melihat pria yang ada di belakangnya. Tidak salah lagi! Dia benar-benar Yun, pikirku, terpaku di tempat karena tercengang. Jadi Jing dan Yun ada di Benua Timur, dan kami bertemu di sini murni karena kebetulan, sepertinya "keberuntungan"ku ini bukan main-main.
"Kumohon, maukah kau menolongku?" Mata Jing berkaca-kaca dengan air mata yang tidak berlinang saat dia bergegas menuju ke arahku seperti seorang gadis lemah yang dalam kesulitan.
"Oh…" Aku membalas agak samar. Aku menyambar Jing dan menariknya ke belakangku. Menghunus Black Dao, aku merunduk dan dengan tebasan rendah, aku membacok lepas kedua kaki sesosok kerangka. Menghadapi yang satunya lagi, aku hanya perlu membelahnya menjadi dua, dan kemudian memisahkan tengkorak kerangka berikutnya dari tubuhnya dengan tebasan terbalik… Melawan monster seperti Flaming Skeletonsudah lama sekali sejak aku dilatih oleh Doll sampai ke titik di mana aku pada dasarnya bertarung melawannya dengan refleks, dan bisa melakukan pekerjaan singkat pada satu kerangka. Bahkan sebelum Yun tiba dengan berlari untuk membantu, aku sudah membunuh lima Flaming Skeleton dengan sangat mudahnya.
"Astaga…kau benar-benar kuat," kata Yun, ternganga padaku.
Haruskah aku mengatakan sesuatu untuk membalasnya? Apakah mereka akan sadar bahwa aku adalah Feng Lan? Aku merasa sedikit ragu.
"Kau benar-benar luar biasa kuat, tidak seperti kami, yang benar-benar lemah…" Ada ekspresi sedih di wajah Jing, dan dia bahkan menghela napas.
Kau bisa simpan akting lemahmu itu — yang biasanya kau pakai untuk menuntun orang pada kematiannya dengan tanpa niatan untuk mengorbankan nyawamu sendiri — untuk orang lain, Jing! Terhadapku, Feng Lan sahabatmu ini, usahamu itu tidak efektif!
Aku terkekeh dalam hati. Tentang sahabatku, Jing, aku terlalu mengenalnya. Jing mungkin terlihat seperti seorang Lin Dai Yu[1] di permukaannya, tapi…kenyataannya, dia sebenarnya adalah ahli Taekwondo yang tak ada tandingannya.
Yun juga, menghela napas pelan. "Ini benar-benar salahku. Aku bahkan tidak bisa melindungimu sebagai teman karena levelku terlalu rendah."
"Jangan berkata begitu, Yun. Aku sudah sangat bersyukur kau mau membantuku naik level," kata Jing, menatap Yun dengan "rasa terima kasih". "Haah. Aku benar-benar berharap seorang player dewa3 mau membantu latihan kami."
"Sayang sekali, tapi bagaimana mungkin seorang dewa dengan senang hati membantu orang yang sama sekali asing seperti kita?" Yun berkata dengan ekspresi murung.
Sekali lagi Jin menatapku dengan malu-malu. "Kami amat berterima kasih padamu karena telah menyelamatkan nyawa kami, Kakak Dewa. Namaku Lü Jing, dan ini adalah temanku Yun Fei. Bolehkah kami menanyakan nama Dàgē?"
Aku dapat merasakan sensasi menggelitik di kulit kepalaku saat aku digoda oleh Jing. Kapan pun Jing menggoda seseorang, orang itu tidak terelakkan lagi akan menderita nasib mengerikan yang tidak dapat dikatakan.
Setelah aku gagal membalas untuk beberapa saat, mata Jing berkaca-kaca dengan air mata. "Apa mungkin Dàgē bahkan tidak berkenan untuk memberitahukan namanya pada Jing?"
Apa yang harus kulakukan? pikirku, panik. Haruskah aku mengatakan pada mereka bahwa aku adalah Prince? Tapi Yun sepertinya tahu banyak soal Prince; dia mungkin mengetahui bahwa Prince ada di Benua Tengah sebelum aku tahu. Bagaimana aku akan menjelaskan pada mereka alasan kemunculanku di Benua Timur, terutama saat aku sendiri pun tidak tahu alasannya?!
"Jing, karena Dàgē tidak bersedia memberi tahu kita namanya, sudah jelas dia tidak ada minat pada orang-orang lemah seperti kita, jadi jangan mempersulit Dàgē lagi," kata Yun tegas.
Kalau begitu berhenti memanggilku "Dàgē"… pikirku, jengkel.
"Tapi…Huh! Kupikir kita akhirnya menemukan seorang Dàgē petarung yang kuat, pria yang menepati kata-katanya, dan seorang yang adil, lalu kemudian Dàgē dan aku…" Rona kemerahan yang mewarnai pipi Jing dan ekspresi memuja di wajahnya mendadak memperlihatkan kekecewaan tiada tara, dan suaranya terdengar tercekat. "Karena… Karena Dàgē memandang rendah Jing, maka… maka…"
"Jangan merasa kecewa, Jing. Aku yakin Dàgē tidak berniat jahat. Dia pasti punya urusan mendesak yang harus diakukannya, kalau tidak, mana mungkin tidak tega meninggalkan kita… terutama gadis cantik dan manis sepertimu!" hibur Yun. Di sebelahnya, Jing terus mempertahankan posenya sebagai seorang gadis lemah lembut dan lemah.
*sweat* Aku akhirnya mengerti apa yang sedang mereka berdua coba raih, pikirku. Jadi mereka mencoba memanfaatkan kecantikan Jing untuk memancing "Kakak Dewa" ini untuk melatih mereka berdua!
Sebagai sahabat mereka, pada prinsipnya, aku seharusnya membantu mereka berlatih. Akan tetapi, aku dalam situasi yang cukup tidak biasa saat ini. Tidak hanya aku khawatir mereka akan mengetahui bahwa aku adalah Feng Lan, aku juga cemas mereka akan menyadari bahwa aku adalah Prince. Bagaimana seharusnya aku membantu mereka dalam situasi ini? Aku menghela napas.
"Kenapa kau menghela napas, Dàgē?" tanya Jing, nadanya terdengar perhatian.
Aku menatap mata Jing, yang dipenuhi dengan rasa prihatin, dan berpikir, Meskipun aku sama sekali tidak mengetahui apakah dia benar-benar perhatian dengan keadaanku atau hanya berpura-pura, aku tetap merasa sedikit tersentuh… Oh, lupakan saja, aku akan membantu mereka! Bagaimanapun juga, aku sama sekali tidak memperhatikan mereka sejak kami bermain Second Life, dan mereka tidak pernah mengeluh juga. Kalau aku terus menolak untuk membantu mereka, aku takut akan benar-benar merasa bersalah.
Memantapkan pendirianku, aku terbatuk beberapa kali. Berpura-pura bersikap menjadi seorang Dàgē, aku berkata, "Jangan tanyakan namaku, jangan ikut campur urusanku; ikuti aku sesuka kalian!"
Mendengarkan dengan saksama, aku dapat mendengar Yun bergumam pada dirinya sendiri, berkata, "Wah…. Dia benar-benar orang pro!"
Saat aku berjalan, aku tiba-tiba teringat, Bagaimana seharusnya aku memimpin mereka sementara aku tidak tahu class dan level mereka?
"Level kalian? Class?" Aku melemparkan dua pertanyaan itu pada kedua orang yang mengikutiku dalam jarak dekat.
Yun memperkenalkan dirinya dengan penuh semangat, "Dàgē, namaku Yun. Aku level empat puluh lima dan aku adalah seorang human Barrier Master[2]."
"Nama Xiaomei[3] adalah Lü Jing. Aku level tiga puluh dan aku adalah seorang human Exorcist[4]," Jing membalas dengan malu-malu.
Exorcist? Barrier Master? Class macam apa itu? Kenapa aku tidak pernah mendengarnya sebelumnya? Langkah kakiku melambat hingga terhenti, dan menggaruk wajahku, aku tidak punya pilihan lain selain mengakui ketidaktahuanku dan bertanya, "Tolong jelaskan class kalian padaku."
Yun menyengir padaku sambil membalas, "Barrier Master cukup langka, jadi Dàgē mungkin tidak akan terbiasa dengan class itu! Seperti arti namanya, tugas utama seorang Barrier Master adalah menciptakan dinding penghalang. Penghalang itu memiliki begitu banyak kegunaan; contohnya, kebanyakan penghalang tingkat dasar adalah Flat Barrier, yang dapat menahan serangan. Beberapa penghalang bahkan dapat memantulkan serangan, seperti kemampuan Mirror Shot. Alternatifnya, aku bisa menciptakan penghalang tiga dimensi, memberikan berbagai jenis kondisi status pada player atau monster di dalam penghalang. Contoh singkatnya, aku bisa melancarkan Weakness Barrier, yang dapat menyebabkan serangan mereka menjadi berkurang dampaknya, atau aku bisa menggunakan Slow Barrier untuk menyebabkan monster bergerak lebih lambat."
Aku mengangguk; classnya cukup mirip dengan Gui dalam hal mereka sama-sama class support. "Kemampuan menyerang?"
"Barrier Master tidak punya kemampuan menyerang apapun," kata Yun, masih menyengir padaku.
Tidak ada kemampuan menyerang? Aku terpaku untuk waktu yang cukup lama. Pantas saja Yun sangat lambat menaikkan levelnya; kau tidak bisa berlatih sendirian kalau kau tidak punya kemampuan menyerang! Itu aneh, dia tidak bisa berlatih sendirian? Kalau begitu Yun pastinya memiliki sebuah tim! Tapi aku tidak pernah mendengar dia menyebutkan soal itu sebelumnya… Aku mengerutkan alis. "Bukankah kau harus kembali ke timmu?"
"Aku tidak punya tim." Yun tertawa, merasa malu, dan menjelaskan, "Kebanyakan player tidak benar-benar mengerti tentang class Barrier Master. Dan karena mereka mendengar kemampuanku berkisar tentang membuat dinding perlindungan, mereka lebih mencari seorang mage. Sebagai tambahan, levelku tidaklah tinggi, jadi ada batas efektifitas dinding penghalangku, karena itulah aku masih belum menemukan sebuah tim sampai sekarang."
Pantas saja Yun, yang penggila latihan, masih level empat puluh lima, aku menyadari. Aku sama sekali tidak membayangkan berapa banyak waktu yang dia perlukan untuk berlatih sampai ke level empat puluh lima. Sebuah perasaan berat muncul di dalam dadaku begitu aku memikirkan bagaiman aku, sahabatnya, bahkan tidak pernah terpikir untuk membantunya. Ini waktunya aku melakukan yang terbaik untuk membantu Yun, pikirku.
"Dàgē seharusnya lebih terbiasa dengan class Exorcist," kata Jing dengan seulas senyum. "Exorcist pada dasarnya menggunakan Fu[5] untuk melancarkan berbagai macam mantera."
Exorcist? Kupikir exorcist akan menggunakan bel untuk mengatur zombie… Dari penjelasan Jing, sepertinya itu tidak terlalu berbeda dari seorang mage… Aku terus berjalan dengan kepala penuh tanda tanya. Akan tetapi, aku cukup tahu bahwa aku mengerti kalau Jing dapat melancarkan mantera dan Yun adalah class tipe support, jadi aku berhenti mengajukan pertanyaan, dan mulai berpikir keras sebagai gantinya. Monster jenis apa yang paling bagus untuk kami berlatih? Ini gawat, aku tidak begitu tahu monster-monster di Benua Timur ini! Monster jenis apa tepatnya yang harus kami hadapi?
Mendadak, senyuman Yun berkesan membujuk berlebihan. "Dàgē, bolehkah Xiăodì[6] memberanikan diri untuk menyarankan tempat yang bagus untuk berlatih?"
Aku berhenti berjalan. Usulan Yun baru saja memecahkan dilemaku. "Katakan."
"Kita bisa berlatih dengan Lesser Demon. Mereka memberikan EXP yang tinggi dan memiliki rate item drop yang tinggi. Ditambah lagi, ada sejumlah quest yang berkaitan dengan mereka. Makhluk-makhluk itu sangat bagus untuk menaikkan level, mendapatkan perlengkapan, dan menghasilkan uang!" Yun berkata dengan sangat antusias, dan kemudian ekspresi malu merayap di wajahnya. "Tapi seorang player pro seperti Dàgē mungkin tidak memerlukan uang."
Mungkin benar kalau aku tidak kekurangan uang, tapi aku kekurangan tiket kapal yang bernilai lima ribu koin kristal.
"Aku benar-benar penasaran kapan kita akhirnya akan mendapatkan cukup uang. Kenapa tiket kapal untuk ke Benua Tengah begitu mahal!?!" Jing berkata dengan helaan napas letih.
Aku tercengang. Bagaimana Jing tahu kalau aku memerlukan uang untuk tiket kapal?
Yun dan Jing sama-sama terlihat malu. "Dàgē, sebenarnya kami sedang mencoba untuk mengumpulkan cukup uang untuk naik kapal menuju Benua Tengah. Kami berniat untuk mencari teman kami di sana," jelas Yun.
Ah, jadi aku salah paham. Sepertinya Yun dan Jing benar-benar berencana untuk pergi mengunjungi Profesor Min Gui Wen dan Prince…untuk mengunjungiku?
"Tidak perlu pergi; aku sudah di sini untuk kalian berdua lihat," aku tidak bisa menahan diri untuk bergumam sendiri.
"Apa?" Jing, yang memiliki pendengaran tajam, bertanya, kebingungan.
Aku buru-buru berdeham. "Bukan apa-apa."
"Oh?" Jing melancarkan tatapan meragu.
"Ayo pergi dan bunuh beberapa Lesser Demon kalau begitu!" aku berkata, cepat-cepat mengganti topik pembicaraan. "Ayo ambil questnya dulu."
"Oke, Dàgē," Yun membalasku dengan riangnya, tapi …sebagai sahabat Yun, bahkan dengan tudung jubah yang menghalangi pandanganku, aku masih bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang salah dengan senyum cerah yang terlalu berlebihan di wajahnya itu. Aku punya firasat buruk soal ini… Aku tidak akan mati di tangan sahabat-sahabatku, 'kan?

Aku berdiri tenang di luar Guild Petualang White Tiger City, menunggu dua orang yang membawaku ke kota ini untuk mendapatkan quest mereka. Untungnya, ada sebuah peta Benua Timur yang luar biasa besar tergantung di luar Guild Petualang, jadi aku akhirnya melihat sendiri geografi dari benua yang saat ini ada di bawah kakiku. Kurasa tidak ada bedanya aku melihat peta atau tidak, pikirku. Bagaimanapun, aku masih bisa tersasar dari Star City saat aku benar-benar mencoba pergi ke Moon City, jadi mana mungkin aku bisa berharap bahwa sebuah peta saja dapat membuatku pergi melihat-lihat Benua Timur dengan bebasnya?
Aku mengangkat kepala dan melihat peta itu dengan santai. Benua Timur, seperti yang ditunjukkan arti namanya, adalah sebuah benua di timur Benua Tengah. Ada empat kota yang dikendalikan admin di sini, dan mereka berlokasi di empat mata angin: di timur, Green Dragon; barat, White Tiger; selatan, Red Phoenix; utara, Black Tortoise. Benua ini sangat memiliki nuasa Ketimuran. Tidak heran bahwa class-nya sangat bernuasa Timur juga; bahkan makanannya adalah hidangan Cina!
Di bawah tudung jubahku, aku sibuk mengunyah xiaolongtangbao[7] yang baru saja kubeli. Aku akan membeli wonton[8] minyak cabai nanti, kuputuskan.
"Dàgē, kami sudah mendapatkan questnya," suara riang Yun terdengar.
Ehhh? Aku tidak bisa membeli wonton minyak cabaiku, sial!
"Untuk berterima kasih pada Dàgē karena menolong kami, bersediakah Dàgē mengizinkan Yun Fei dan Lü Jing untuk mentraktirmu makan?" Yun bertanya, wajahnya bersinar tulus. Sedangkan aku, tentu saja aku akan merasa senang ditraktir… Ah, wonton minyak cabaiku, aku datang!

Di sepanjang jalan….
"Dàgē, apa kau tidak masalah kalau kita makan di Oriental House?"
"Dàgē, apakah mustahil bagimu untuk memberi tahu kami namamu? Bagaimana kalau kita terpisah di tengah jalan?"
"Dàgē, jubahmu kelihatan sangat bergaya. Kutebak itu juga benar-benar pas dengan tubuhmu? Tidak bisakah kau membiarkan Xiăodì melihatnya sekilas saja?"
"Dàgē, bolehkah Xiăodì memberanikan diri untuk menanyakan rasmu? Karena kau adalah warrior yang sangat kuat, kurasa kau pasti dari ras manusia, benar 'kan? Atau kau adalah beastman? Tapi tubuhmu tidak berotot, jadi kurasa bukan."
"Kita sudah hampir sampai di Oriental House; apa Dàgē pernah makan di Oriental House sebelumnya? Kalau belum, kutebak markas Dàgē bukan White Tiger City, ya?"
Dari awal hingga akhir perjalanan kami, aku hampir tidak mengatakan satu kata pun.
"Kita sudah sampai di Oriental House[9], Dàgē," kata Jing, tersenyum senang saat dia menunjukkan sebuah bangunan tradisional berwarna merah. "Makanan dan arak di restoran ini sangat enak, terutama araknya. Arak Clear Tranquility mereka terutama yang terkenal di White Tiger City! Dàgē, kenapa kau tidak memesan beberapa menu utama untuk mengisi perutmu dulu, dan kemudian memesan hidangan pendamping untuk dinikmati bersama Clear Tranquility."
"Benar, itu benar, jarang-jarang berpapasan dengan orang sebaik Dàgē. Xiăodì harus minum bersama dengan Dàgē hari ini," kata Yun, tertawa lepas.
Minum? Apa yang harus kulakukan kalau aku bangun dan menemukan diriku di Benua Barat berikutnya?
Begitu aku menerima menunya, aku cepat-cepat memesan wonton minyak cabaiku, sebagai tambahan makanan lain yang kedengarannya enak. Akhirnya, aku menaruh buku menu itu dengan enggan dan menunggu hidangan yang menggugah selera itu disajikan.
"Itu saja, dan bawakan kami dua botol Clear Tranquility," Yun berkata pada si pramusaji.
Aku mengawasi, dengan tatapan penuh antisipasi, saat hidangan-hidangan itu disajikan satu demi satu. Meskipun aku masih belum melihat wonton minyak cabaiku yang menggemaskan, bukan ide buruk untuk mencicipi hidangan lainnya lebih dulu, pikirku. Tanganku terangkat, sumpitnya terjun, dan aroma sedap dari gigitan makanan itu sampai di mulutku yang berliur. Untunglah aku terlindungi oleh jubahku, kalau tidak gambaran diriku sebagai "Kakak Dewa" akan hancur total.
Yun mengambil cangkir arakku dan mulai menuangkan hampir seluruh isi botol Clear Tranquility yang besar ke dalam cangkirku. "Dàgē, mari kita minum dulu?"
Aku tidak bisa diganggu untuk menjawabnya. Dengan makanan enak di hadapanku, siapa yang peduli soal teman baik? Aku mengulurkan tangan ke arah silver thread roll[10] sekali lagi...
Dari atas kepalaku muncul suara Meatbun yang mirip anak kecil. "Mama, Meatbun-bun ingin makan-makan juga."
Kebingungan, Jing dan Yun memandang tajam ke kiri dan ke kanan, mencari-cari sumber suara tersebut. Aku membeku, aku hampir sepenuhnya melupakan keberadaan Meatbun. Sepertinya Meatbun tertidur di atasa kepalaku, karena itulah dia begitu tenang selama ini! Aku menyambar diam-dian sebuah silver thread roll, menyambar Meatbun dari atas kepalaku dan menaruhnya di pangkuanku, lalu kemudian menjejalkan seluruh roti—yang mana lebih besar dari Meatbun—ke dalam mulut Meatbun. Yang terakhir, aku menjejalkan Meatbun kembali saku. Akhirnya tenang, pikirku dan menghela napas lega.
Tentu saja, semua operasi tersebut dilakukan di bawah naungan jubaku. Jubah, oh jubah, kau benar-benar alat yang tak tergantikan untuk diam-diam memberi makan pet dan mempertahankan gambaran diri!
"Aneh, kurasa aku mendengar suara anak kecil barusan?" ujar Jin, mengerutkan alis.
Aku menurunkan kepalaku dan menyibukkandiri dengan makan saat mendengarnya.
Melihatku tetap makan, Jing dan Yun berhenti menggangguku dan mengambil sumpit mereka untuk mulai makan juga.
"Bukankah ini Xiao Jing?" Suara yang cukup menyebalkan datang ke telingaku. Siapa orang ini yang tidak punya mata untuk melihat kalau dia menggangguku di tengah-tengah santapanku ini? Aku menyipitkan mata dan mengangkat kepala untuk melihat…
Ya ampun, ini benar-benar klasik, benar-benar si pesolek klasik! Dia sedikit mirip dengan Fan, dengan semua armor emas yang terlihat mencolok mata dan bersinar itu, tapi dia memiliki keanggunan ataupun kekejaman yang indah seperti Fan. Apa yang membuat penampilannya makin konyol adalah helm bertatahkan permata di kepalanya dan jubah merah berbordir naga yang dia kenakan. Hanya ada satu kata untuk menggambarkannya, dan itu adalah…vulgar!
Ini pertama kalinya aku melihat seseorang sevulgar ini sampai langit dan bumi pun terguncang dan iblis-iblis pun akan meratap. Aku ragu aku akan mendapat efek sekonyol itu sekalipun aku memakai batangan emas untuk bajuku! Sayang sekali karena penampilan orang ini masih bisa dibilang cukup tampan, tapi gara-gara pakaiannya itu, rasanya dia jadi begitu vulgar sampai tidak bisa ditolerir, haah! Aku menurunkan kepalaku dan terus makan. Kalau aku terus melihatnya, aku takut penglihatan dan pengecapku sama-sama rusak sampai tidak bisa diperbaiki.
Ada ekspresi masam di wajah Jing saat dia melihat si pesolek vulgar itu. Yun juga, tidak seperti dirinya yang biasa saat dia terus makan dalam diam dengan raut wajah beku.
"Xiao Jing, kenapa kau tidak memberitahu kalau kau makan di Restoran Cina ini? Aku yakin si pramusaji brengsek itu tidak memintamu, nyonya besarnya untuk membayar, 'kan? Kalau iya, aku harus menegur mereka," kata si pesolek, dan kerumunan di belakangnya tertawa setengah hati.
Nyonya besar? Sejak kapan Jing membuka restoran ini? Kenapa aku tidak pernah mendengar dia mengatakan ini? Aku bertanya-tanya sambil mengunyah ceker.
"Huang Wei[11], jangan bersikap kurang ajar dengan kata-katamu itu! Memangnya kau pikir kau ini siapa memanggil dia 'nyonya besar'?" Jing menggebrak meja dan bangkit berdiri dengan kasar, murka.
Huang Wei!? Bukan nama yang jelek, tapi untuk orang ini, itu kedengaran… aku terus mengunyah Taro Pie-ku.
"Tentu saja itu kau, Xiao Jing. Restoran Cina ini milikku, dan kau adalah istriku tercinta, jadi sudah pasti kau adalah nyonya besarnya!" Huang Wei mengerling pada wajah cantik Jing.
Yun akhirnya merasa muak. "Jing bukanlah istrimu, jadi berhentilah berbicara omong kosong. Sudah jelas kalau kau hanyalah orang mesum besar yang terus mengganggu Jing." Dari suaranya jelas menunjukkan bahwa dia sedang mencoba untuk mengendalikan amarahnya saat bicara.
Senyum angkuh Huang Wei langsung menghilang dalam sekejap, digantikan oleh raut wajah kebencian, meskipun bagiku itu terlihat lebih mirip ekspresi orang yang baru saja menginjak kotoran anjing.
"Jadi, sampah sepertimu masih berani menempel pada Jing? Sudah kukatakan padamu sebelumnya kalau aku akan membunuhmu setiap kali aku melihatmu. Apa kau tidak mengerti atau kau menikmati dibunuh?"
Eh? Hidangan yang si pramusaji bawakan sekarang, bukankah itu wonton minyak cabai kesukaanku? Aku menelan ludah dan menatap lekat-lekat hidangan wonton minyak cabai berwarna merah memikat dan beraroma harum itu, hatiku menjerit. Bagaimana dengan yang terjadi di dekatnya? Entahlah, perutku yang berpikir saat ini.
Memangnya kenapa? Sekalipun kau berencana membunuhku, Jing akan tetap berada di sisiku, dan bukan kau!" Yun tersenyum padanya tanpa takut.
Raut wajah Huang Wei mendadak berubah, dan dia meraung, murka," Brengsek, jangan sombong dulu! Tunggu saja; akan kuhajar kau seperti makanan ini." Dengan tangan kanannya, Huang Wei menyambar piring dari si pramusaji, membantingnya ke tanah dan kemudian menginjak-injak piring beserta isinya dengan kakinya.
Aku menyaksikan saat wonton minyak cabai itu, yang hampir sampai padaku, mendadak dirampas oleh sebuah tangan dari pramusaji di depan mataku sendiri, di mana wonton berwarna merah manyala itu meluncur di tengah udara dan mendarat di tanah di tengah-tengah pecahan piring. Ditambah lagi, kaki terkutuk itu menginjaknya dan bahkan menggilasnya hingga hancur; dan begitulah wonton-ku tergeletak di sana, mati perlahan, kenikmatan dan keindahannya hilang selamanya… Saat rasa terguncangnya luar biasa tak tertahankan, aku menemukan diriku duduk termenung menatapi pemandangan tersebut, berpikir, Wonton minyak cabaiku…lenyap?
"Hmph, jangan pikir aku mudah untuk dijahati, aku punya seorang Dàgē," kata Yun, menatapku dengan percaya diri.
"Dàgē? Hahaha, lalu apa?" Huang Wei memandangku rendah. Dia memberi tanda dengan tangannya dan segera lima atau enam Xiăodì di belakangnya menggosok-gosokkan telapak tangan dan mengepalkan tinju, jelas-jelas merasa gatal untuk berkelahi. "Aku juga memiliki banyak Xiăodì. Kenapa tidak kita lihat berapa banyak serangan yang Dàgē-mu bisa terima dari para Xiăodì-ku?"
Jing dan Yun sama-sama memucat luar biasa, dan Jing berkata dengan dingin, "Aku melarangmu menyakiti mereka berdua, Huang Wei."
"Baiklah, kalau begitu jadilah istriku dengan patuh, dan kemudian, hehe…" Huang Wei mulai tertawa dengan berani.
Tiba-tiba, aku meloncat, mendarat di meja dengan ringannya pada kedua kakiku, dan kemudian melompat ke arah Huang Wei, menghunus Black Dao-ku di tengah udara. Cahaya menari-nari di bilahnya, dan aku mendarat di belakang Huang Wei.
"Tidak tahu malu!" kataku dingin.
Asal kau tahu, setiap butir dari sebuah hidangan adalah sebuah kerja keras. Bukan hal mudah untuk membuat wonton minyak cabai, jadi bagaimana bisa kau membuang-buang makanan seperti ini? Terutama saat makanan itu adalah milikku! Sekalipun langit tidak menghukum orang seperti dia, aku akan melakukannya!
Semua orang yang hadir tertegun, bertanya-tanya. Apa yang sebenarnya barusan terjadi? Saat itulah, leher Huang Wei mendadak tersayat dari pinggir ke pinggir. Pertama, aliran kecil darah mulai merembes turun dari lehernya, kemudian—selagi orang banyak menyaksikan, dengan mata terbelalak—sebuah air mancur darah mulai menyembur ke udara, dan seluruh kepala Huang Wei terlontar menjauh dari tubuhnya oleh aliran darah. Kepala itu berguling beberapa kali di lantai, dan kemudian dia berubah menjadi pilar cahaya putih dan pergi, hanya meninggalkan genangan darah segar di lantai.
"Bagaimana mungkin?" guman Yun. "Huang Wei memakai helm dan armor seluruh tubuh, bagaimana bisa begitu mudahnya memisahkan kepala dari tubuhnya?"
Aku menatap dengan hati yang berat pada bangkai wonton di lantai, merasa amat sangat kesal. Setelah begitu menantikannya, harapanku dihempaskan pada akhirnya, itu benar-benar MEMBUAT. AKU. JENGKEL! Aku mengangkat Black Dao-ku pada kelima Xiăodì dan, dengan nada bicara yang luar biasa dingn dan kasar yang amat sangat jarang kugunakan, aku berkata, "Sepuluh detik. Enyahlah, atau mati!"
Para Xiăodì itu membeku. Mereka memandangiku, jelas-jelas enggan untuk pergi tapi juga takut untuk datang maju. Tidak satu pun dari mereka yang berani bergerak.
"Hmph!" Aku mendengus dingin. Menjejak ringan tanah dengan kedua kakiku, aku meluncur melintasi lantai dengan tangkasnya sampai berdiri di depan Xiăodì terdekat, dan kemudian melancarkan jurus terkenalku: Nine-headed Dragon Slash! Dihiasi lidah-lidah api, sepuluh tebasan beruntun membentuk garis-garis yang indah di udara dengan secepat kilat. Sebagai serangan penutup, aku menebaskan senjataku dengan berat pada musuh, membelahnya menjadi dua. Kemudian, aku perlahan bangkit berdiri dan menyarungkan pedangku sebelum kembali ke kursiku. Saat aku berbalik, Xiăodì yang tidak beruntung itu berubah menjadi pilar cahaya putih dan pergi.
Dari awal hingga akhir pertunjukkan itu, tidak ada satu pun yang bergerak. Hanya setelah aku kembali ke kursiku, barulah Xiăodì yang tersisa akhirnya mulai melarikan diri menyelamatkan nyawa. Aku mengambil sumpitku dengan puas dan kembali menyerang makananku.
Setelah cukup lama, Jing dan Yun akhirnya sadar kembali. Mereka kembali ke kursi mereka dengan gugup, tapi tidak melanjutkan makan mereka dan hanya menatapiku, dengan mata melebar.
Setelah beberapa lama lagi, aku menaruh sumpitku dan berkata dengan tegas, "Yun, Jing, Dàgē ingin meminta sesuatu pada kalian berdua."
Yun menelan ludah, sementara ekspresi Jing menjadi waspada. "Ada apa, Dàgē?" mereka berkata secara serempak.
"Bisakah aku memesan wonton minyak cabai lagi?"
"…"
[½ Prince Jilid 3 Bab 4 End]

Catatan Kaki

[1] Lin Dai Yu : Seorang karakter wanita terkenal di literatur Cina. Lin Dai Yu (林黛玉 lín dài yù) adalah salah satu karakter utama di novel "Mimpi Kamar Merah" (Hong Lou Meng). Dia adalah simbol dari seorang wanita yang dalam kesulitan, cantik, rapuh, mudah hancur hati, dan pada akhirnya, mati.
Dalam cerita, Dai Yu dan kakak sepupunya, Jia Bao Yu, tuan muda dari keluarga Jia, jatuh cinta. Akan tetapi, Dai Yu tidak begitu disukai oleh anggota keluarga tersebut karena dia berasal dari keluarga cabang yang cukup miskin. Dia juga mudah merasa tertekan atau sedih—sebagai contoh, dia mengumpulkan kelopak-kelopak bunga yang layu dan menguburnya, kemudian bertanya, "Hari ini, aku mengubur bunga-bunga ini. Saat aku mati, siapa yang akan menguburku?"
Hubungan Jia Bao Yun dan Lin Dai Yu menjadi rumit dengan fakta bahwa Bao Yu telah dipasangkan dengan sepupu lain, Xue Bao Chai, yang relative lebih riang dan berakal sehat dibanding Dai Yu. Keluarga Bao Chai juga kaya, karena itulah keluarga Bao Yu lebih menyukai hubungan pria itu dengan dia.
Pada akhir kisah, Jia Bao Yu menikahi Xue Bao Chai, tapi bukan karena keinginannya—dia ditipu supaya percaya bahwa dia menikahi Lin Dai Yu (karena wajah pengantin wanita ditutupi tudung merah sampai malam pengantin). Pada akhirnya, diketahi bahwa Lin Da Yu telah meninggal karena sakit. Saat mengetahuinya, JIa Bao Yu memutuskan untuk menjadi biksu.
Untuk informasi lebih jauh, silakan bukan Wikipedia https://en.wikipedia.org/wiki/Lin_Daiyu

[2] Barrier Master : Kemungkinan sebuah referensi pada manga Kekkaishi
[3] Xiaomei : Kata ini berarti "adik perempuan". Meskipun ini biasanya digunakan untuk menyebut perempuan yang lebih muda daripada diri sendiri, ini bisadigunakan untuk menyebut diri sendiri dalam cara yang imut atau merendah.
[4] Exorcist : Secara tekhnis, kata ini seharusnya diterjemahkan sebagai seorang "Taoist", tapi hanya karena pengusiran setan semacam ini biasanya dilakukan oleh para Taoist dalam dunia fiksi. Taoist modern tidak selalu mengusir serta, akan tetapi, dalam kasus ini (exorcist) secara khusus lebih akurat.
[5] Seperti yang Prince katakan di kalimat berikutnya, exorcist menggunakan bel untuk mengusir setan di kebanyakan drama Cina. Akan tetapi, fu, yang biasanya adalah kertas khusus dengan huruf-huruf yang tertulis di permukaannya dengan sapuan kuas dan tinta, biasanya dipakai untuk melumpuhkan zombie supaya tidak bergerak.
[6] Xiăodì : Ini berarti "adik laki-laki". Meskipun ini biasanya digunakan untuk laki-laki yang lebih muda daripada diri sendiri, ini bisa dipakai untuk menyebut diri sendiri dalam cara imut atau merendah.
[7] Xiaolongtongbao : Xiaolongbao kadang dikenal juga sebagai sup pangsit. Makanan ini memiliki kulit tepung yang tembus pandang yang berkebalikan dari kulit lembut seperti bakpao daging atau mantou, dan biasanya cukup kecil untuk muat di sendok sup Cina (lokal :sendok bebek).
Apa yang Prince makan di sini adalah variasi dari sup pangsit tersebut, disebut Xialongtangbao. Itu sedikit berbeda dari xiaolongbao yang biasanya dengan lebih menekankan pada kualitas supnya.
[8] Wonton minyak cabai : Wonton adalah sejenis dim sum pangsit berisi cincangan daging
[9] Oriental House : Dalam bahasa asalnya ditulis Zhong Hua Lou (华楼 prn. zhōng huá lóu). Banyak restoran dan penginapan di Cina kuno (dan bahkan saat ini) memiliki huruf “” di dalamnya, yang pada dasarnya adalah sebuah bangunan dengan lebih dari satu lantai.
[10] Silver Thread Rolls : Ini seperti roti, tapi yang kau lakukan adalah memotong adonannya menjadi potongan-potongan panjang mirip mie, dan kemudian membungkusnya menjadi bentuk roti sebelum memanggangnya. Silakan klik ini untuk melihat seperti apa bentuknya.
[11] Huang Wei : Nama Huang Wei ditulis 皇威” (prn. huáng wēi). "Huang" berarti raja atau kaisar, sementara "Wei" berarti perkasa, hebat, bahkan agresif.