ANOTHER TROUBLE
(Author : Rafli Sydyq)

Sudah sekitar dua hari semenjak kami meninggalkan Lawton. Butuh waktu sekitar tiga hari lagi sebelum kami mencapai tujuan kami.
Tujuan kami berikutnya adalah kota akademi, Harva. Disana kau bisa menemukan banyak sekali ‘Magic Book’ dan buku-buku lainnya.
Digadang-gadang sebagai pusat pengetahuan kerajaan Tristen, kota Harva memiliki banyak sekali akademi baik itu untuk pelajar penyihir, kesatria, dan bahkan pelajar biasa.
Terdapat tiga bangunan penting di kota Harva. Yang pertama adalah akademi kerajaan, Karlsruhe. Sebuah akademi yang memiliki puluhan mata pelajaran yang bisa diikuti dan mampu untuk menampung ribuan murid sekaligus. Bagi Pemain yang mengawali permainan di kota Harva, tempat ini merupakan tempat pertama yang wajib mereka kunjungi.
Yang kedua adalah perpustakaan kerajaan, Ganesa. Sebuah perpustakaan raksasa yang menampung semua pengetahuan di kerajaan Tristen. Dengan koleksi buku yang sangat lengkap, para Pemain bisa mempelajari lebih banyak sihir dan teknik bertarung.
Yang terakhir adalah colosseum, Ares. Sebuah arena pertempuran yang dimana setiap harinya menampilkan banyak duel seru. Baik itu PvE atapun PvP.
Sambil memberitahukan informasi itu kepada Shery, kami tiba di sebuah persimpangan dan mendapati sebuah masalah, masalah yang sangat besar dan menyusahkan.
Dikejauhan, terdapat kumpulan orang-orang yang sedang mengelilingi kereta dan tampaknya sedang terjadi pertarungan disana. Dengan menggunakan [See-throught] aku bisa dengan jelas melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Terdapat sebuah kereta mewah dengan warna hijau daun dan terdapat sebuah lambang keluarga disamping pintu kereta itu. Dan disekeliling kereta, terdapat puluhan bandit dengan pakaian kumuh dan masing-masing membawa senjata berupa pedang, belati dan panahan.
Para bandit itu saat ini sedang melawan kesatria yang menjaga kereta dengan sekuat tenaga, kondisi para kesatria cukup mengenaskan, beberapa terluka cukup parah atau bahkan telah kehilangan nyawanya, sedangkan hanya beberapa saja yang masih sanggup bertarung, itupun hanya menunggu waktu sampai mereka dikalahkan sepenuhnya.
Jika bisa aku ingin menghindari ini, tapi terdapat dua hal yang membuatku mustahil untuk melakukannya.
Yang pertama, para bandit itu telah menghalangi jalan sehingga tidak memungkinkan bagi kami untuk sekedar lewat. Yang kedua, aku sangat mengenal lambang keluarga di kereta itu yang membuatku mustahil untuk mengabaikannya.
Masih ada waktu sebelum para bandit itu menyadari kedatangan kami. Sampai saat itu, aku merencanakan metode paling efektif untuk menghabisi para bandit itu.
“Shery, Noel, didepan terdapat kereta yang dihadang oleh sekelopok bandit, kita akan menolong mereka”
“Apakah kau punya rencana?”
“Ya, rencananya adalah...”
Setelah selesai menjelaskan strategi pembasmian bandit, mereka berdua menggangguk paham dan mulai bersiap.
...
            Namaku adalah Rain Frey Wakiza. Aku adalah seorang pengawal pribadi dari salah satu anggota keluarga bangsawan paling penting di kerajaan Tristen. Sebagai seorang pengawal pribadi, sudah tugasku untuk melindungi tuan yang aku layani dengan seluruh nyawaku.
Dan saat ini tekadku sedang diuji. Disaat kami sedang menuju kota Harva, kami tiba-tiba disergap oleh sekumpulan bandit.
Kami tiba-tiba saja diserang dengan hujan panah yang beberapa diantaranya berhasil mengenai dua orang kesatria yang ikut menjaga tuan bersamaku. Kesatria yang tersisa langsung membentuk garis pertahanan dan aku keluar dari kereta untuk ikut serta dalam pertempuran.
Dari balik hutan, muncullah beberapa orang dengan pakaian kumuh dan senjata ditangan mereka. Sudah jelas mereka adalah bandit yang menyerang kami.
“Hahaha... tampaknya kita mendapat tangkapan besar disini”
“Malam ini kita akan mengadakan pesta besar”
“Hooou....!!!”
Para bandit itu mulai meneriakkan sorakan kemenangan mereka seakan itulah yang akan terjadi. Tapi sayang, mereka hanya memiliki harapan palsu.
Kami berjumlah 20 orang termasuk aku, sedangkan mereka mungkin sekitar 60 orang.  Meskipun jumlah mereka jauh lebih banyak, bukan berarti mereka bisa menang.
Sebagai seorang kesatria yang telah mendedikasikan hidupnya untuk melayani tuannya, aku telah dilatih dengan sangat keras hingga memiliki kemampuan setara dengan prajurit elit kerajaan.
Dengan bersenjatakan knife knuckle dikedua tanganku, aku bersiap untuk bertempur.
Sudah sekitar setengah jam semenjak pertempuran dimulai, dan sayangnya kami telah terdesak. Tidak disangka kalau para bandit sialan itu telah mengoleskan racun pada senjata mereka.
Meskipun seharusnya kami bisa menangani musuh seperti mereka dengan mudah, tapi dengan adanya racun tersebut, luka sekecil apapun telah membuat segalanya menjadi sulit.
Dari dua puluh kesatria, sekarang hanya tersisa kurang dari setengahnya termasuk diriku sendiri.
Disaat aku mulai bersiap untuk mati, dikejauhan aku bisa melihat sebuah kereta dagang menuju kemari.
“Hei bos, tampaknya kita punya mangsa baru”
“Ohh... sungguh beruntung, tampaknya kita bisa berpesta selama seminggu penuh, hahaha”
Sial, situasi semakin memburuk. Karena kelalaian kami, mereka juga harus ikut terlibat. Akan tetapi, disaat aku hendak berteriak meminta mereka menjauh dari sini, sebuah hal yang sangat mengejutkan terjadi.
Tiba-tiba saja tiga buah lingkaran sihir bersinar diantara kami dengan para bandit. Dari lingkaran sihir itu, muncullah tiga sosok kesatria berarmor hitam pekat setinggi 2,5 meter. Ditangan mereka terdapat sebilah pedang yang memancarkan aura kematian.
Kemudian, muncullah dinding api berwarna biru yang mengelilingi kami semua. Para bandit menjadi panik dan mulai berteriak meminta penjelasan.
Disaat itulah para kesatria hitam mulai bergerak dan menebas semua bandit yang ada dihadapan mereka. Tidak hanya itu, bola-bola api putih kebiruan mulai melayang kesana kemari dan membakar semua bandit yang mengenainya.
Disaat kepanikan semakin menjadi, pengemudi kereta yang wajahnya tertutupi oleh jubah yang dia pakai, mulai berdiri dan langsung melompat keangkasa dan disaat dia sudah dekat dengan permukaan, dia menghujamkan tinjunya dengan kuat ke tanah.
Kekuatan penghancur yang dibawanya sangatlah luar biasa, seketika tanah tempat dia mendarat menjadi retak dan menghempaskan semua yang ada disekelilingnya.
Bandit yang kurang beruntung terlempar tepat kearah dinding api dan terbakar hidup-hidup. Sedangkan yang cukup beruntung sedang mengerang kesakitan diatas tanah.
Akan tetapi, keberuntungan itu tidak bertahan lama. Orang itu mulai menarik pedang yang tersembunyi dibalik jubahnya dan mulai menebas bandit satu persatu.
Pedang yang dipakai orang itu cukup aneh, itu adalah pedang hitam pekat dan hanya memiliki satu sisi yang tajam dengan ujungnya melengkung. Kalau aku tidak salah ingat, itu adalah pedang yang biasa digunakan di Benua Timur.
Mengesampingkan itu, jumlah bandit semakin berkurang. Karena tidak memiliki tempat untuk kabur, mereka terpaksa harus bertarung.
Merasa mustahil untuk mengalahkan kesatria hitam yang tampak menyeramkan, mereka mulai mengerumuni si pengemudi berharap bisa menghabisinya.
Akan tetapi, harapan mereka ditolak. Orang itu ternyata sangatlah kuat. Selain menguasai ilmu pedang dan seni bela diri, orang itu ternyata juga menguasai Light Magic.
Tombak cahaya yang dia keluarkan menembus jantung para bandit, dan pisau cahayanya memotong para bandit menjadi dua.
Tiba-tiba saja, badanku diselimuti oleh cahaya, bukan hanya aku, kesatria lainnya juga sama. Seketika aku merasakan luka ditubuhku perlahan mulai menutup.
Bingung akan situasi ini, aku hanya bisa menatap heran dan kembali mengarahkan pandanganku ke medan pertempuran.
Disana aku melihatnya, karena terlalu banyak bergerak, membuat tudung yang menutupi wajah orang itu terbuka dan menampakkan wajahnya.
Aku sangatlah mengenalnya, dari itu aku tau kalau dia datang untuk menolong kami. Merasa semua beban dipundakku telah terangkat, aku bersujud datas tanah dan meneteskan air mata kebahagiaan.
...
Aku menutupi tubuhku dengan jubah agar peralatanku tidak terlihat, sedangkan Shery dan Noel menyembunyikan wujud mereka dibalik kereta. Aku perlahan memacu kereta tepat menuju sekawanan bandit.
“Hei bos, tampaknya kita punya mangsa baru”
“Ohh... sungguh beruntung, tampaknya kita bisa berpesta selama seminggu penuh, hahaha”
Tampanya para bandit itu sudah menyadari keberadaan kami. Merasa waktunya sudah tepat, aku segera memberikan sinyal.
Atas petintahku, Noel mulai melafalkan mantranya [Summon-Dark Knight], tiga buah lingkaran sihir tercipta diantara bandit dan kesatria. Dari sana, muncullah tiga sosok Dark Knight yang memancarkan aura intimidasi.
Menyusul Noel, Shery segera mengaktifkan sihirnya {Sacred Flame Magic-Flame Prison}  sebuah dinding api yang berkobar kebiruan tercipta dan mengelilingi kami semua.
Dinding api itu meluas hingga mencapai para bandit yang bersembunyi di dalam hutan. Api itu segera melahap pohon dan bandit yang bersembunyi dibaliknya.
Untungnya ini hanyalah api magis sehingga bisa dikendalikan dan hanya menghanguskan sedikit bagian hutan, yah, hanya sedikit.
Para bandit menjadi panik, disaat itulah para Dark Knight mulai bergerak dan menebas semua bandit yang ada dihadapan mereka.
Shery segera mengaktifkan mantra selanjutnya {Sacred Flame Magic-Dancing Flames} Puluhan bola api yang menyala kebiruan segera menari di udara dan menghanguskan semua bandit yang menyentuhnya.
Tidak mau kalah, aku segera melompat dari kereta tepat ketengah kelompok bandit yang sedang berlari tanpa arah dan mengatifkan skill [Martial Skill-Ground Impact].
Aku menghujamkan tinjuku dengan kuat ke permukaan tanah. Hasilnya, para bandit yang berada disekitarku terlempar jauh dan beberapa diantaranya terbang tepat kearah dinding api dan terbakar hidup-hidup.
Sedangkan untuk yang masih bertahan, harus rela kehilangan nyawanya oleh tebasan pedangku.
Sambil terus menghabisi para bandit, aku juga memperhatikan para kesatria yang sedang menjaga kereta.
Tubuh mereka ditutupi oleh luka dan dalam kondisi yang tidak memungkinkan lagi untuk terus bertarung. Lalu, aku melihat sesuatu yang aneh. Terdapat seorang kesatria yang meskipun hanya mendapat luka kecil, tapi dia terlihat dalam keadaan sekarat.
Dari situ aku berasumsi kalau mereka terkena racun. Karena itulah, aku menyembuhkan mereka dengan menggunakan [Light Magic-Area Cure].
Tubuh para kesatria mulai diselimuti oleh cahaya penyembuh. Luka mereka sepertinya telah menutup dan kondisi mereka sudah tampak lebih baik.
Para bandit itu seketika berkumpul didekatku, sepertinya mereka merasa jauh lebih mudah untuk berhadapan denganku dibandingkan dengan Dark Knight. Sayangnya, mereka membuat pilihan yang salah.
Aku menggunakan [Light Magic-Radiance Lance] dan [Light Magic-Radiance Cutter] kepada mereka semua.
Beberapa bandit mendapati tubuh mereka berlubang ditembus oleh tombak cahaya, sedangkan yang lainnya harus rela tubuhnya terbelah oleh pisau cahaya.
Beberapa waktu telah berlalu, dan tidak terasa kami sudah menghabisi semua bandit yang ada.
Setelah menyarungkan kembali pedangku, aku berjalan mendekati seorang kesatria yang saat ini sedang bersujud ditanah sambil meneteskan air mata.
Disaat itulah, pintu kereta terbuka dengan keras dan menampilkan sosok anak kecil yang langsung berlari kearahku sambil berteriak...
“Kakaaaak...!!!”