YOUNG ADVENTURER
(Author : Rafli Sydyq)
           
            Pada libur musim dingin di tahun pertama masa SMA, aku yang sedang bosan hanya mengutak-atik remot tv tanpa alasan yang jelas.
Disaat aku terus memindah saluran tv untuk mencari acara yang seru, disanalah aku melihatnya.
Itu adalah sebuah iklan yang biasa kau temui saat pergantian acara, tapi bagiku, itu adalah segalanya. Iklan itu hanya berdurasi sekitar satu menit, tapi itu adalah satu menit paling berharga salam hidupku.
Iklan itu bermula dengan pemandangan perbukitan. Saat musik latar yang menenangkan diputar, adegan berganti menjadi penampakan seorang petani yang sedang membajak sawah. Lalu, adegan beralih menjadi seorang pedagang yang sedang menajajakan dagangannya, dan kembali berganti menjadi sesosok anak muda dengan wajah penuh dengan senyuman sedang berjalan memasukki gerbang kota.
Setelah itu, musik latar berganti menjadi musik yang biasa kau dengar saat menonton opera. Adegan seketika berubah menjadi lebih intens.
Sekarang yang ditampilkan adalah adegan sekelompok orang seperti prajurit sedang melawan monster. Kelompok itu tidak hanya terdiri dari manusia, terdapat sesosok wanita dengan bersenjatakan panah yang memiliki telinga panjang dan sesosok pria bertubuh kecil tapi gempal dan memiliki jenggot yang menutupi sebagian wajahnya.
Musik menjadi semakin intens dan adegan berubah menampilkan seorang ksatria dengan rambut semerah bara api yang memakai armor yang sangat mengkilap berdiri dengan gagah diatas tumpukan monster yang dia kalahkan.
Adegan itulah yang paling mengena dalam hatiku. Sesosok ksatria yang gagah berani berdiri menumpas kejahatan sudah menjadi impianku sejak kecil.
Lalu, akhirnya adegan kembali berubah dan menampilkan sesosok pria berambut silver sedang memegang sebuah katana yang berlumuran darah dan disekitarnya terdapat mayat manusia terbaring ditanah.
Jujur, kurasa adegan ini terlalu keras untukku mengingat aku hampir saja muntah hanya dengan melihatnya. Aku sangat bersyukur adegan itu cukup singkat, karena jika diteruskan lagi aku mungkin akan benar-benar muntah.
Akhirnya adegan menampilkan banyak orang termasuk yang sudah tampil sebelumnya yang berbaris bersama membelakangi langit fajar dan secara serentak mengatakan “Jadilah apapun yang kau mau dan wujudkan impianmu yang terpendam. Kami semua menunggumu di Allard” dengan begitu berakhirlah sudah iklan tersebut.
Aku yang sangat terkesima segera mencari tau iklan apa itu dan mendapati kalau itu adalah trailer sebuah game bernama Another Soul Online yang akan keluar beberapa hari lagi.
Juga, tampaknya semua karakter yang ditapilkan didalam trailer adalah para Pemain BETA. Hal ini membuatku semakin bersemangat, karena itu artinya aku bisa bertemu dengan ksatria berambut merah itu suatu hari nanti.
Dengan jantung berdebar, aku segera memesan game tersebut dan mengajak teman-temanku untuk ikut bermain.
...
Setelah menunggu selama beberapa hari, akhirnya A.S.O melakukan perilisan resminya. Aku yang sudah tidak sabar lagi segera Log In.
Aku berada disebuah ruangan putih polos yang menyilaukan. Dihadapanku terdapat menu pembuatan karakter. Karena bagiku itu tidak penting, maka aku hanya membiarkan penampilanku sama seperti diriku di dunia nyata.
Selanjutnya adalah pemilihan job. Tanpa basa-basi aku segera memilih Warrior. Sayang sekali aku tidak bisa memilih Knight karena itu adalah job lanjutan. Jadi, aku menetapkan tujuanku untuk menjadi Knight suatu hari nanti.
Untuk nama, aku menggunakan Lonel Myrddin. Aku mengambil nama ini dari nama pahlawan yang ada dalam cerita yang kubaca saat masih kecil.
Sistem penamaan di game ini cukup unik, dimana Pemain harus menggunakan nama depan dan nama belakang seperti pada kehidupan nyata, serta Pemain tidak diperbolehkan untuk menggunakan nama yang aneh dan tidak bisa dibaca dengan jelas. Aku cukup menyukai sistem ini, karena dengan begini tidak akan ada pemain yang menggunakan nama yang aneh dan tidak ada artinya.
Akhirnya sesi pembuatan karakter sudah selesai dan aku akhirnya bisa masuk kedalam game dan perjalanku akhirnya dimulai.
...
Sudah lebih dari seminggu aku bermain A.S.O dan aku sudah cukup terbiasa dengan permainan ini. Dengan ditemani oleh sahabat terbaik yang selalu menemaniku saat masih kecil yang di game dia bernama Kirei Masako dan biasa dipanggil Masako, aku menikmati setiap saat aku berada di dalam game ini.
Masako adalah seorang gadis seumuranku yang berasal dari negara timur dan pindah ke barat karena pekerjaan orang tuanya. Di dalam game dia mengambil peran sebagai seorang Cleric yang akan membantuku dari belakang.
Meskipun aku akhirnya bisa terbiasa dengan sistem game ini, tapi masih terasa sedikit aneh karena sistem game ini yang jauh berbeda dari game lain dengan genre yang sama.
Disini sama sekali tidak ada sistem level. Dengan ini rencana grinding seharian penuh yang awalnya kurencanakan gagal total. Bahkan, aku dan para pemain lainnya mendapatkan ceramah panjang dari Guild Master, sungguh ini pertama kalinya aku dimarahi oleh orang lain selain orang tuaku sendiri, terlebih lagi dia adalah NPC.
Disaat sedang dimarahi, tanpa terduga aku bertemu dengan salah satu Pemain yang berada dalam trailer. Dia adalah seorang pendekar pedang dengan rambut putih yang terlihat di akhir trailer.
Aku segera memperkenalkan diriku dan berharap agar dia mau melatihku agar menjadi kuat. Sayang, yang kudapat adalah penolakan dan dia menyuruhku agar berlatih sendiri. Tapi, tidak masalah. Masih ada satu Pemain lagi yang bisa kuharapkan bantuan. Ya, dia adalah ksatria berambut merah yang menjadi idolaku.
Oh iya, selain tidak adanya sistem level, di game ini bahkan tidak ada bar HP. Aku yang sama sekali tidak mengetahui hal ini harus rela merasakan kematian karena ditusuk oleh Horn Rabbit tepat dibagian perut. Beruntung aku bisa bangkit di Altar of Light yang ada di kota.
Perasaan saat perutku ditusuk sangat menyakitkan, rasanya berkali-kali lipat lebih sakit daripada saat kakiku terbentur meja saat masih kecil dulu. Dan darah yang mengalir dari lubang diperutku membuatku muntah parah setelahnya.
Meskipun ini menyakitkan dan menakutkan, tapi sebagai seorang ksatria pembela kebenaran, rasa sakit ini harus kutahan karena pasti ada banyak orang yang merasakan rasa sakit melebihi diriku di luar sana. “Yah, aku harus menahannya”.
Sekarang, aku dan Masako sedang duduk santai di Guild sambil menunggu seseorang, dengan Masako yang sedari tadi terus menempel padaku dengan senyum mekar diwajahnya, membuat pandangan para Petualang lainnya mengarah kemari, “Serius, bisakah kau berhenti?”.
Sudah sekitar delapan hari sejak pertama kali bermain, akhirnya dua orang teman masa kecilku yang lain bisa ikut bermain.
Pada saat matahari hampir mencapai puncaknya, akhirnya mereka sudah datang. Perlahan pintu Guild terbuka dan menampakkan dua buah sosok.
Yang pertama adalah seorang pria dengan rambut hitam dengan wajah oriental dan terdapat sepasang mata biru dibalik kacamatanya, dia memakai baju kain kumuh dengan pedang besi terikat di pinggangnya. Sedangkan yang satu lagi adalah seorang gadis dengan rambut hitam panjang dengan wajah oriental dan mengenakan jubah abu-abu gelap dengan sebuah staff  kayu sederhana berada digenggaman tangannya.
Dari [Identify] aku mengetahui kalau mereka adalah pemain. Karena mereka berdua menggunakan peralatan pemula yang berarti mereka baru saja bermain. Mereka melihat sekeliling, sebelum akhirnya melihat kearahku dan langsung menuju kemari.
“Jadi kalian ada disini yah”
“Ternyata itu memang kalian, ayo duduk biar kita bisa bicara”
Seperti yang kuduga, kedua orang itu memang sahabatku. Setelah berbincang sebentar dan memperkenalkan diri masing-masing, aku mengetahui kalau nama mereka di game adalah Kenzo Arnius dan Asuka Shiori.
Untuk job, Kenzo adalah seorang Warrior yang berfokus pada serangan, sedangkan Shiori adalah seorang Witch yang menguasai Black Magic.
Setelah bersantai sejenak, kami memutuskan untuk mengganti peralatan pemula yang Kenzo dan Shiori pakai dan setelahnya kami akan melakukan sebuah quest.
Kami lalu berpencar menjadi dua tim, aku bersama dengan Kenzo pergi membeli peralatan khusus ksatria, sedangkan Masako bersama dengan Asuka pergi membeli peralatan khusus penyihir.
 Setelah berpisah, aku dan Kenzo pergi menuju toko langgananku. Itu adalah sebuah toko senjata yang dikelola oleh seorang NPC Dwarf.
Setelah berjalan beberapa saat, kami akhirnya sampai didepan toko yang terdapat deretan baju besi di etalasenya dan diatasnya terukir nama toko tersebut yang bertuliskan toko senjata Maynard.
Kami segera memasuki toko. Didalam kau bisa melihat deretan senjata seperti pedang, perisai, tombak, hingga mace terpajang rapi di rak-rak toko.
Dibelakang kasir kau bisa melihat seorang NPC Dwarf sedang duduk dan menatap tajam kearah kami. Meskipun dibilang NPC mereka sungguh responsif terhadap apa yang aku ucapkan hingga terasa seperti berbicara dengan orang yang sebenarnya.
Karena sudah sering berbelanja disini, aku segera menyapa Dwarf tersebut.
“Hai pak Melvin, apa kabar”
“Hmph... jadi, apa yang kau cari kali ini?”
“Aku kesini untuk menemani temanku yang hendak membeli peralatan baru”
Dwarf itu yang bernama Melvin segera memandang Kenzo dari atas kebawah sambil membelai jenggotnya.
“Jadi, senjata macam apa yang kau inginkan?”
“Kalau bisa aku ingin sebuah longsword dan light armor dengan harga kurang dari 1.000 R”
“Hmph, baiklah tunggu disini sebentar”
Melvin segera pergi kebelakang dan dengan waktu singkat dia sudah membawa seperangkat leather armor dengan sebuah iron sword yang lebih panjang dari yang kumiliki.
Setelah melihat armor dan pedang untuk sementara waktu, Kenzo mangambilnya dan segera diarahkan oleh Melvin menuju ruang ganti.
Setelah beberapa saat Kenzo muncul dengan dibalut oleh leather armor berwarna coklat yang menutupi sebagian tubuhnya dan sebuah pedang tergantung dipinggangnya. Dia menolak helm yang ditawarkan oleh Melvin karena menurutnya itu akan menghalangi kacamatanya.
“Bagaimana? Apakah itu sudah sesuai denganmu?”
“Ya, ini sempurna. Jadi, berapa harganya?”
“Untukmu, aku kasih diskon menjadi 600 R”
“Terlalu mahal, buat itu menjadi 400 R”
“Tidak bisa, setidaknya buat itu menjadi 550 R”
“Baik aku ambil”
Setelah melakukan tawar menawar, Kenzo segera melakukan pembayaran dan kami langsung pergi menuju gerbang barat untuk berkumpul dengan Masako dan Shiori.
Karena tampaknya mereka masih belum datang, kami hanya bisa duduk dan menunggu kedatangan mereka.
Sembari menunggu Masako dan Shiori di depan gerbang, kami berdua berbagi info tentang game ini.
Aku memberitahu Kenzo tentang masalah level sistem dan combat sistem game ini yang kuperoleh dari penjelasan panjang Guild Master tempo hari.
Selain itu, kami juga berbagi cerita tentang pengalaman pertama kami bermain game. Kenzo mengatakan padaku kalau lawan pertama yang dia temui adalah Mad Bee dan berhasil mengalahkannya meskipun itu membutuhkan waktu dan usaha, berbeda denganku yang mati hanya karena diserang oleh kelinci kecil.
Matahari semakin meninggi saat akhirnya Masako dan Shiori datang. Kali ini, Shiori sudah memakai jubah lebar berwarna ungu serta sebuah topi runcing khas penyihir berada dikepalanya.
“Baik, apakah kalian sudah siap memburu beberapa Goblin”
““Ayo””
Dengan semangat penuh, kami segera berangkat dan meninggalkan gerbang kota jauh dibelakang kami.
...
Sebelumnya, kami sudah mengambil quest rank D yaitu pembasmian Goblin. Dengan begitu, tujuan kami hari ini adalah memburu Goblin sambil membuat Kenzo dan Shiori terbiasa dengan pertarungan di game ini.
Butuh waktu lama bagi kami untuk menemukan target buruan kami. Dia adalah makhluk fantasi paling umum dengan tubuh sebesar anak kecil berwarna hijau yang biasa disebut sebagai Goblin.
Dengan cekatan aku langsung menebaskan pedangku kearah leher Goblin tersebut namun berhasil dihindari. Kenzo yang segera menebasnya juga mendapati serangannya ditangkis dengan pedang berkarat yang dibawa Goblin tersebut.
Goblin itu juga cukup lincah untuk menghindari serangan sihir yang dilancarkan oleh Shiori. Tubuhnya yang kecil dan lincah membuat kami kesulitan untuk menumbangkannya. Butuh waktu sekitar sejam sebelum akhirnya kami berhasil menundukkan Goblin tersebut.
“Huh, tidak kusangka ini akan membutuhkan waktu lama”
“Benar, ini jauh lebih sulit dari game lainnya”
“Goblin itu sama sekali tidak punya pola serangan, sungguh apa yang dipikirkan para pengembang tentang ini”
Mengesampingkan itu, dengan begini kami telah berhasil mengalahkan satu Goblin. Karena quest mengharuskan kami setidaknya menundukkan sepuluh ekor goblin, membuat perjalanan kami masih sangatlah panjang.
Saat hari sudah sore, kami berhasil menundukkan empat ekor Goblin lainnya. Karena kelelahan, kami memilih untuk beristirahat di tempat terbuka sambil berbincang santai dan menyantap bekal yang kami beli.
“Bilang aaaa...”
Masako kembali mencoba menyuapiku, hal ini selalu saja terjadi saat kami sedang makan bersama. Meskipun aku sudah melarangnya dan berkali-kali mengingatkan kalau “Aku bukan lagi anak kecil”, tapi Masako tetap memaksa.
“Ayolah Lonel, biarkan saja Masako menyuapimu”
 “Oh Lonel, cepat jadilah dewasa dan sadarlah akan perasaan Masako”
Shiori yang sedari tadi hanya melihat kami bukannya berusaha menghentikan Masako, tapi malah mendukungnya. Bahkan Kenzo yang sedang menyantap roti juga mendukung Masako.
Hah? Perasaan Masako? bukannya dia hanya menganggapku sebagai anak-anak. Meskipun sudah bertahun-tahun kami bersama dia tetap melihatku sebagai anak kecil. “Lihat, dia bahkan masih berusaha menyuapiku seperti anak kecil”.
Menerima tatapan intens dari Kenzo dan Shiori serta Masako yang sedari tadi mengarahkan sendok penuh makanan kepadaku, mau tidak mau aku menerimanya. Setelah mengambil satu suapan wajah Masako menjadi berseri-seri. “Apakah kau bahagia memperlakukanku sebagai anak kecil?”.
Waktu telah berlalu, setelah menyelesaikan makan malam kami bersantai sejenak sambil berbincang santai dan menikmati alam bebas yang tidak mungkin dirasakan di dunia nyata.
“Hei Lonel, apakah kau tau seorang pemain kuat disekitar sini?”
“Hmm.... sepengatuhanku sih ada satu, cuman dia sudah pergi kemarin”
“Seberapa kuat dia?”
“Sangat kuat, kulihat dia menyelesaikan misi peringkat S sendirian, dan itu tiga sekaligus”
“Benarkah!?”
“Makhluk Buas macam apa yang dia lawan?”
 “Kalau tidak salah dia melawan Goblin King, Great Black Phyton, dan Black Wolf Leader”
“Sekuat itukah dia?”
“Bagaimana cara dia melakukannya? Ini bahkan baru seminggu semenjak game ini dimulai”
 “Yah, bagaimanapun dia seorang Pemain BETA”
“Kalau benar begitu maka wajar dia sangat kuat di awal permainan”
Dengan begitu kami tetap mengobrol santai sampai matahari tenggelam sepenuhnya. Setelah merasa siap, kami kembali melanjutkan perburuan kami.
Karena gelap, aku dan Masako menggunakan [Light Magic-Light] sebagai penerangan. Kami berempat berjalan ditengah hutan yang gelap hanya ditemani oleh dua buah bola cahaya sebagai penerang jalan kami.
Berbeda dengan siang tadi, saat malam kami dengan mudahnya menjumpai kelompok lima ekor Goblin.
Jumlah mereka lebih banyak dari kami, kami segera mengatur posisi dengan formasi yang sudah kami bahas sebelumnya. Aku dan Kenzo berada didepan, Shiori melakukan serangan jarak jauh dengan sihirnya dari belakang dan Masako berada disampinya sebagai pengamat dan memberikan support.
“Gagagagaga”
Para Goblin berteriak sambil memukulkan senjata mereka ketanah, sebagian besar senjata mereka terdiri dari pedang, perisai, tombak, dan belati yang sudah berkarat. Pakaian yang mereka pakaipun tidak lebih dari sepotong kain usang dan salah satu dari mereka yang bertubuh paling besar memakai leather armor yang sudah robek disana-sini.
Setelah memasang kuda-kuda, aku segera mengangkat perisaiku dan mengaktifkan [Shield Skill-Charge] dan segera berlari kedepan. Goblin yang memegang belati segera terlempar jauh terkena seranganku. Dua Goblin lainnya yang menggunakan pedang segera berlari kearahku tapi pergerakan mereka terhenti oleh tali hitam pekat yang melilit tubuh mereka.
Bisa dipastikan itu adalah [Black Magic-Shadow Bind] milik Shiori. Tanpa banya penundaan, aku dan Kenzo segera menebas leher kedua Goblin tersebut.
Lalu, Goblin yang menggunakan tombak segera menusukkan tombaknya tapi kutangkis dengan perisai dan Goblin yang gerakannya terhambat, langsung ditebas oleh Kenzo.
“Gaaaa...!!!”
Goblin yang tersisa mengaum dengan penuh amarah karena semua temannya telah dibantai. Dengan segera dia segera mengayunkan pedangnya kearahku yang aku tangkis dengan mengangkat perisaiku. Tidak disangka Goblin itu sangat kuat, tanganku langsung mati rasa setelah menerima serangnnya.
Kenzo yang berniat menyerang dari belakang, mendapati pedangnya dipantulkan oleh perisai Goblin dan langsung terdorong mundur karenanya. Goblin itu bahkan berhasil menghindari serangan sihir yang dilancarkan oleh Masako dan Shiori.
Merasa Goblin ini jauh lebih kuat daripada Goblin lainnya, aku memutuskan untuk menggunakan [Identify] padanya. Tidak kusangka dia ternyata bukanlah Goblin melainkan Hobgoblin. Tidak heran kenapa dia bisa sekuat ini.
Shiori kembali menggunakan [Black Magic-Shadow Bind] dan berhasil menahan gerakan Hobgoblin tersebut. Tanpa banyak penundaan aku dan Kenzo segera menghujaninya dengan serangan kami.
Aku menggunakan [Swod Skill-Sword of Anger] dan menghujani Hobgoblin itu dengan serangkaian tebasan kuat. Hobgoblin itu masih mampu menggerakan tangannya hingga dia berhasil melindungi bagian kepalanya yang dimana membuatku tidak bisa langsung mengincar lehernya, tapi setidaknya seranganku berhasil membuat tubuh Hobgoblin itu dipenuhi oleh luka.
Efek Shadow Bind hampir berakhir, melihat Hobgoblin yang masih belum bisa bergerak, Kenzo segera mengaktifkan [Sword Skill-Thrust] pedang miliknya segera menembus dada Hobgoblin tersebut.
“Gaaaaa...!!!”
Mendapati dadanya tertembus pedang, Hobgoblin tersebut berteriak sekeras-kerasnya sebelum akhirnya dia tumbang tak bernyawa.
“Huh, itu sangat sulit”
“Ya, mari kita segera ambil bukti penaklukan dan segera kembali ke kota”
““Setuju””
Dengan begitu, kami mengakhiri perburuan kami. Setelah Masako menyembuhkan luka kami dengan [Light Magic-Heal] kami berempat kembali ke kota Pruistine sambil sebisa mungkin menghindari pertempuran dengan Makhluk Buas yang berkeliaran di gelapnya malam.