FIRST REUNION
(Author : Rafli Sydyq)

            Yang kulihat hanyalah kegelapan, kegelapan yang seolah-olah akan menelanku. Perlahan aku mengingat apa yang membuatku menjadi seperti ini, semua ini adalah salah para bandit terkutuk itu.
Saat sedang dalam perjalanan bersama ayah dan beberapa anak buahnya untuk berdagang, kereta kami dicegat oleh sekelompok bandit.
Bahkan sekelompok Petualang yang kami sewa tidak mampu untuk menghadapi para bandit yang menyergap kami.
Dalam sekejap, semuanya sudah binasa. Aku bahkan harus rela melihat ayahku meregang nyawa karena ulah para bandit itu. Hanya tinggal masalah waktu sebelum aku bernasib sama seperti beliau.
Akan tetapi, berkat pengorbanan ayah aku akhirnya berhasil melarikan diri. Namun, para bandit itu tampaknya mengetahui keberadaanku dan mulai mengejar.
Saat sedang berlari, aku mendengar suara udara mendesir dan pundakku terasa panas. Aku mencoba menengok kebelakang dan menemukan sebuah anak panah yang ditembakkan oleh salah seorang bandit dan bersarang dengan sempurna di pundakku.
Sambil berlari, dengan susah payah aku mencabut anak panah tersebut dan menerapkan [Water Magic-Aqua Heal] pada diriku sendiri.
Puluhan anak panah masih menghujani diriku. Beberapa dari mereka berhasil menyerempet dan sisanya berhasil kuhindari.
Menilai akan buruk bila terus begini, sambil tetap berlari aku menembakkan [Water Magic-Aqua Spear] kearah para bandit.
“Gah...”
“Kuh...”
Aku mendengar suara teriakkan. Hujan panah juga sudah berhenti. Tampaknya aku beruntung dan berhasil menumbangkan bandit pemanah.
Akan tetapi, berkat itu para bandit menjadi semakin gencar mengejar diriku. Aku terus berlari jauh kedalam hutan sampai akhirnya aku bertemu dengannya.
Terdapat sepasang orang yang tampak seperti Petualang berdiri di hadapanku. Disana, aku melihat wajah yang sudah lama tidak kulihat tapi aku masih bisa mengenalinya. Dan disaat itulah, aku mulai kehilangan kesadaranku.
...
Meskipun samar, aku mendengar seseorang memanggil. “Noel”, suara yang lembut namun terasa familiar mulai memasuki telingaku. “Noel”, suara itu menjadi semakin jelas.
Perlahan aku membuka mata, sebuah cahaya samar yang menyilaukan mulai memasuki mataku. Aku juga bisa merasakan sensasi getaran seperti berada di dalam kereta yang tengah dipacu.
Setelah kesadaranku pulih seutuhnya, aku bisa melihat seorang gadis dengan rambut crimson dan mata keemasan menatapku dengan cemas.
Dia memakai pakaian penyihir berwarna hitam dengan motif garis-garis merah seperti rambutnya, tangannya yang lembut terus memegang erat tanganku seolah tidak ingin lepas.
Aku mengenal gadis ini, meski sudah bertahun-tahun sejak kami terakhir bertemu dan penampilannya sedikit berubah, tapi aku masih bisa mengenalinya. Perlahan bibirku mulai membuka dan memanggil namanya “Sherina”.
...
            Setelah berhasil memburu sebagian besar bandit yang kabur dan mengambil peralatan mereka, tanpa sengaja aku menemukan sebuah kereta kuda yang kosong dan terdapat banyak noda darah menempel padanya.
Melihat darah yang masih segar, sudah pasti ini adalah kereta milik gadis itu. Tidak jauh dari situ, aku bisa menemukan setumpuk mayat yang sudah hangus. Mereka pasti adalah orang-orang yang berpergian bersamanya.
Disana aku juga menemui lima orang bandit yang menjaga tempat itu. Dengan tenang, aku menembakkan banyak [Light Magic-Radiance Lance] dan berhasil membunuh mereka semua sekaligus.
Karena [Detection] sudah tidak merasakan apapun lagi, aku mengambil semua barang berharga yang ada beserta empat ekor kuda yang mungkin milik orang-orang malang itu dan kembali menuju kereta.
Saat aku akhirnya bisa melihat bayangan kereta, aku mendapati terdapat dua buah tubuh yang hangus terbakar terbaring ditanah.
Kurasa mereka adalah bandit yang berhasil kabur dan berlari menuju kereta. Dan tampaknya mereka bertemu dengan Shery dan berakhir menjadi seperti ini.
Saat sampai dikereta, aku melihat gadis itu sedang terbaring dengan dibalut oleh selembar selimut dan Shery dengan cemas menunggu disisinya.
“Bagaimana kondisi gadis itu?”
“Oh, Rafa. Kondisi Noel sudah sedikit membaik. Lebih dari itu, apakah kau sudah membereskan semua bandit?”
“Tidak juga, beberapa berhasil kabur dan kulihat kau juga sudah mengurus dua diantara mereka”
“Ya, saat itu aku sedang panik dan langsung melemparkan [Fire Ball] kepada mereka”
Tampaknya tidak ada masalah. Setelah mengikatkan kuda yang kudapat di samping kereta, aku masuk dan melihat kondisi gadis itu.
Dia menderita beberapa luka gores dan memar disebagian tubuhnya. Pakaian yang dia pakai juga robek dan telah diganti dengan sebuah daster polos milik Shery.
Aku segera menggunakan [Light Magic-High Heal] pada gadis itu. Seketika semua luka ditubuhnya pulih dan penampilan gadis itu menjadi seperti sedia kala.
Gadis itu memiliki rambut silver yang dipotong pendek dan memiliki kulit yang seputih salju. Karena daster tipis yang dia gunakan, aku bisa melihat sedikit penampakan buah surga yang sedang tumbuh. Jika saja selimut itu tidak menghalangi, maka aku pasti bisa melihat lebih jelas.
Tiba-tiba saja aku merasakan niat membunuh datang dari Shery. Benar saja, saat ini dia sedang menatapku dengan mata sedingin es yang seolah menusuk langsung kedalam jiwaku.
Menilai hal buruk akan terjadi, dengan segera aku menuju kursi kemudi dan mulai melanjutkan perjalanan.
Sudah sekitar empat jam semenjak kejadian itu. Disaat itulah, gadis itu yang awalnya masih tertidur tiba-tiba saja mengeluarkan suara “Ngghh” saat aku menengok kebelakang gadis itu tampaknya sedang mengigau dengan ekspresi kesakitan.
Shery yang berada disampingnya terus menggenggam erat tangan gadis itu dan dengan cemas sambil terus memanggil namanya.
Aku segera menepikan kereta dan bergegas menuju kebelakang. Tidak lama kemudian, gadis itu mulai membuka kelopak matanya dengan lemah.
Dia mulai melihat sekeliling hingga tatapan matanya tertuju pada Shery. Setelah memandang wajah Shery untuk sementara waktu, akhirnya gadis itu mulai membuka bibirnya, dengan suara lirih dia berbicara.
“Sherina”
“Ya, Noel ini aku Sherina. Kau masih mengingatku kan”
“Tentu saja, mana mungkin aku melupakan wajah sahabat baikku”
Keheningan menyelimuti kereta untuk sementara waktu, Shery sedari tadi terus memeluk gadis itu dengan erat seolah-olah tidak akan pernah melepaskannya kembali, terdapat setetes air mata diujung matanya. Tidak mau mengganggu, aku duduk dalam diam sambil memperhatikan mereka saling melepas rindu yang seharusnya tidak pernah ada.
Tidak lama kemudian, Shery akhirnya melepas pelukannya. Dia lalu menyapu air mata yang masih tersisa dan terus memperhatikan wajah sahabat lama yang baru pertama kali dia temui.
Gadis itu juga mengusap air mata yang masih membasahi wajahnya, lalu seolah teringat sesuatu gadis itu mulai terlihat panik.
“Tunggu, Sherina, kenapa kau disini!? Bagaimana dengan bandit-“
Sebelum gadis itu menjadi lebih panik, Shery segera mengusap kepala gadis itu sambil berkata “Tenang, sekarang sudah aman”. Mulai sedikit tenang, gadis itu kembali melihat sekeliling dan memperhatikan kalau dia yang awalnya compang-camping dan penuh luka sekarang sudah memakai daster putih polos yang biasa digunakan oleh Shery saat tidur. Karena ukuran tubuh mereka berdua tidak jauh berbeda, gaun itu sangat pas dengan tubuhnya.
Gadis itu juga menyadari kalau luka yang ada di sekujur tubuhnya sekarang sudah sembuh dan tidak tampak satupun goresan padanya.
Setelah melihat kondisinya sendiri gadis itu kembali mengarahkan pandangannya pada Shery dan bertanya “Bagaimana ini bisa terjadi?”.
Shery kembali mengelus kepala gadis itu dan tersenyum lembut “Lihat, sekarang sudah aman bukan”
“Ya, tapi bagaimana?”
“Saat aku dan Rafa sedang berburu, kami tidak sengaja bertemu denganmu. Dan kami juga sudah mengurus sekelompok bandit yang mengejarmu”
“Rafa?”
“Oh, dia adalah su-suamiku. Dia sekarang sedang duduk disana dan dia jugalah yang menyembuhkan semua lukamu”
“Suami!” gadis itu langsung menoleh kearahku. Matanya yang berwarna silver menatapku dari atas sampai bawah seolah-olah dia sedang menilaiku. Setelah mengangguk puas, dia kembali melihat kearah Shery dan berkata “Seleramu tidak buruk juga”.
“Benarkan. Tapi yang lebih penting, bagaimana kondisi tubuhmu sekarang?”
“Sekarang sudah tidak apa-apa, terima kasih”
“Sama-sama, sungguh sebuah keberuntungan kami bisa menemukanmu. Lalu, Noel, kalau kau bersedia, bisakah kau ceritakan bagaimana ini bisa terjadi”
Gadis itu diam sejenak, lalu akhirnya dia menceritakan semuanya. Setelah beberapa saat, akhirnya dia selesai. Tampak dia akan segera menangis kembali dan dengan sigap Shery kembali memeluknya seperti seorang kakak yang menenangkan adiknya.
...
            Karena matahari sudah hampir tenggelam dan memikirkan kondisi gadis itu, kami memutuskan beristirahat untuk malam dan mendirikian kemah sederhana dipinggir hutan.
Saat tengah menikmati makan malam berupa bubur dengan daging cincang, aku mengetahui kalau nama lengkap gadis itu adalah Noel Whitley.
Noel adalah putri tunggal dari seorang pedagang kaya yang juga merupakan teman masa kecil Sherina di dalam game. Sebelum Noel bangun, Shery sudah menceritakan padaku tentang masa lalu Sherina bersama Noel saat mereka masih kecil.
Dari situ juga aku mengetahui kalau ibu dari Noel sudah lama meninggal karena sakit. Serta dari cerita Noel kami bisa mengetahui kalau sekarang ayahnya juga telah tiada.
Sekarang Noel sudah menjadi seorang yatim piatu. Karena itulah, sekarang Noel harus memutuskan tujuannya dimasa depan.
Sekarang, aku sedang menikmati makananku sambil melihat Shery dengan Noel sedang mengobrol seolah-olah mereka adalah teman lama sungguhan.
Setelah menghabiskan makananku dan melihat mereka berdua masih seru mengobrol, aku memilih untuk membiarkan mereka berdua dan mengisi waktu luang dengan merawat semua peralatanku.
“Rafa, bisakah kau kesini sebentar”, disaat aku tengah merawat peralatanku, Shery memanggilku. Aku langsung menghentikan kegiatanku dan segera berjalan menghampirinya. Sesampainya disana, aku melihat Noel sedang memegang mangkuk kayu yang telah kosong memandangku dengan tatapan penuh tekad.
“Jadi, apakah kau sudah memutuskan” ucapku kepada Noel yang tampaknya sudah memutuskan apa yang akan dia lakukan mulai sekarang.
“Ya, aku sudah memutuskan” terdiam sebentar, lalu dia melihat kearah Shery seolah meminta persetujuan yang dibalas dengan anggukan kecil sebelum melanjutkan, “Karena aku sudah tidak punya apa-apa lagi, maka aku sudah meminta ijin untuk ikut bersama kalian sampai aku tau apa tujuanku”
Seperti yang kuduga, dia pasti akan meminta ikut bersama kami. Setelah melihat kearah Shery yang memberiku tatapan seolah mengatakan “Ijinkan saja”, membuatku hanya bisa menyetujuinya.
“Baiklah, jadi apa yang bisa kau lakukan?”
“Terima kasih, untuk kemampuanku, aku menguasai Water Magic hingga tingkat menengah”
Setelah mengatakan itu dengan penuh semangat, dia memegang tangan Shery dan melompat-lompat kegirangan sambil mengatakan “Terima Kasih” berulang kali.
Dengan ini rekan perjalanan kami bertambah dan semakin banyak pula yang harus kubeli di kota berikutnya. Tapi, untuk saat ini aku hanya akan menikmati malam yang bising ini.