REUNI (3)
(Translator : Hikari)

"Sekarang aku ingat—"
Saat kami meninggalkan arena latihan, Anastasia, yang sedang menarik lengan bajuku, berbicara. Aku penasaran seperti apakah pemandangan di mana seorang pria berumur 28 tahun ditarik-tarik oleh sebuah boneka yang melayang?
Kalau itu adalah pria manis seperti Souichi dan bukannya aku, mungkin tidak akan masalah tapi dalam kasusku… …bagaimana mengatakannya, ya. Bahkan aku sendiri tidak bisa membayangkannya sama sekali. Rasanya itu akan menyakitkan (secara mental).
"Sebelum itu, bisa tidak kau turun dari lenganku?" (Renji)
"Ah, maaf." (Peri)
Saat aku berkata begitu, si ratu peri loli melepaskan tanganku dengan raut wajah malu-malu. Memangnya ada alasan untuk merasa malu begitu?
Mengabaikan reaksinya yang aneh, aku mengguncangkan lengan kananku yang tadi ditarik, beberapa kali. Lengan atas kananku rasanya benar-benar capek sekarang. Tapi aku tidak apa yang Anastasia pikirkan tentang tindakanku ini, dia menudingkan telapak tangan kecilnya ke arahku dengan seulas senyuman. Dan dalam telapak tangan kecilnya itu, mendadak sebuah energi sihir berwarna hijau yang terlihat membahayakan mulai berkumpul…. Kenapa!?
"Aku sama sekali tidak mengerti, tapi ini hanya bercanda!" (Renji)
"Itu, kenyataan bahwa kau tidak mengerti itulah yang membuatku kesal sekarang." (Peri)
"Ini hanya bercanda."
"… …haah."
Karena tatapan dinginnya sangat menakutkan, aku mengangkat kedua tanganku dalam posisi menyerah.
Setelah beberapa saat berlalu, dia hanya menghela napas letih. Tidak, tunggu, siapa yang bisa mengerti situasi saat ini?
Sementara berpikir bahwa ini entah kenapa rasanya tidak masuk akal, aku mulai berjalan kembali ke kamarku. Anastasia, seakan ini adalah hal yang normal, terbang dan mendarat di pundak kananku. Kalau aku bilang rasanya berat saat ini juga, aku pasti akan ditembak dengan sihir yang barusan. Belum lagi dia ahli mengendalikan kekuatan sihirnya dengan sempurna untuk menyebabkan cukup rasa sakit tanpa benar-benar melukai lawannya.
"Jadi, apa yang akan kau katakan barusan?" (Renji)
"Eh?"
"Bukannya kau akan mengatakan sesuatu padaku?"
Saat aku menanyainya lagi, dia menepukkan kedua tangannya seakan akhirnya teringat kembali. Seperti biasa, dia melupakan segalanya saat marah.
"Janji apa yang Faf bicarakan tadi?" (Peri) (TL: Faf adalah kependekan dari Fafnir.)
"Oh itu, hanya janji yang kubuat dengan Eru." (Renji)
Kalau kuingat lagi, Anastasia tidak tahu soal itu, 'kan? Sebenarnya hanya ada sangat sedikit orang yang tahu soal itu di antara kami. Yah, sebuah janji dengan seseorang bukanlah sesuatu yang kau umbar-umbar pada orang lain bagaimanapun juga. Aku juga ragu Eru sendiri mengatakannya pada orang lain soal itu.
"Itu rahasia." (Renji)
"… …rasanya menjijikkan saat seorang pria mengatakan itu, kau tahu." (Peri)
"Seperti biasanya, lidahmu juga tajam, wahai ratu."
"Hanya padamu, Renji."
"Wah, bukankah itu sebuah kehormatan."
"Haah."
Saat aku membalas percakapan remehnya dengan cara yang sama, dia menghela napas lagi.
"Kata orang, kau membiarkan kebahagiaanmu lepas setiap kali kau menghela napas, kau tahu?" (Renji)
"Yuuko dan yang lain juga sudah mengajariku itu."
"Kalau begitu jangan terlalu banyak menghela napas."
"Aku tidak bisa berbuat apa-apa soal itu."
Walaupun dia berkata begitu, dia sebenarnya kelihatan cukup senang.
"Tapi tetap saja, bukannya tidak adil kalau Faf tahu sementara aku tidak?" (Peri)
"Yah, begitulah. Pria-pria baik memiliki banyak rahasia." (Renji)
"Kau benar-benar memiliki selera yang buruk, serius."
"… …Aku sangat yakin kau jauh lebih buruk dariku."
Kau akan membuatku menangis! Kau benar-benar akan membuat seorang pria dewasa menangis, kau tahu! Sialan!
Sambil menikmati candaan tak berguna ini, kami berjalan melintasi koridor dan mencapai kamarku lebih cepat daripada yang kukira. Saat aku dengan santainya membuka pintu, sebuah armor hitam tinggi berdiri di tengah-tengah kamarku. Di tengah kamar yang dihias penuh warna itu, berdiri seorang kesatria hitam yang begitu sampai-sampai aku harus mendongakkan kepala untuk melihatnya secara utuh. Tapi, aku sudah terbiasa dengan pemandangan aneh semacam ini juga.
Di saat yang sama aku membuka pintu, helm kesatria yang terlihat seperti iblis itu menoleh ke arahku juga. Tapi matanya—tidak, kepala yang seharusnya berada dalam helm itu tidak ada. Sebuah armor hitam lengkap yang kosong di dalamnya. Itu adalah kesatria hantu, Knight.
Jiwa dari para kesatria yang tak terhitung banyaknya dan yang masih memiliki ikatan dengan dunia ini serta tidak dapat menyeberang ke dunia sana, berkumpul bersama-sama dan melahirkan kesatria abadi ini. Dia adalah monster pertama yang dikontrak oleh Yui-chan.
"Oh, jadi kalian di sini." (Renji)
"… …Ah, Renji-san."
Duduk di kursi, seakan terus-menerus dilindungi oleh kesatrianya, seorang gadis kecil putih berbicara dengan suara kecil. Rambut putih dan mata merah. Menurut kata-kata di dunia kami, dia adalah seorang albino. Salah satu dari 13 orang yang dipanggil bersama kami, Hiyuu Yui.
Melihat ekspresi yang lebih dewasa di wajahnya daripada yang ada dalam ingatanku, aku merasa sedikit senang dalam hati. Aku penasaran apakah ini yang seorang ayah rasakan ketika melihat puterinya tumbuh besar.
"Kau sudah tumbuh besar. Apa kau lebih tinggi?" (Renji)
"Y, ya. Tapi…hanya sedikit." (Yui)
"Bahkan rambutmu lebih panjang sekarang. Kau kelihatan lebih dewasa, Yui-chan."
Saat aku berkata begitu, dia menyembunyikan wajahnya yang memerah karena malu. aku penasaran apa yang dia pikirkan saat melihat Yui-chan seperti itu, tapi Knight berdiri di hadapannya seakan menyembunyikannya di belakangnya. Karena dia benar-benar besar, dia menyembunyikan gadis itu dengan sempurna.
Seperti seekor hewan kecil, sikapnya itu benar-benar sangat imut. Begitu imut sampai aku merasa sayang sekali dia tersembunyi oleh Knight. Kurasa, dia sekarang berumur 16 tahun. Karena dia adalah yang termuda di antara kami semua, pertumbuhannya jadi lebih terlihat.
Tinggi badannya bertambah, dan tubuhnya tidak kekanakan juga. Bahkan rambut polosnya yang tidak ditata, kini diikat rapi menjadi dua kepangan. Saat itu, dia hanya setinggi pinggangku, tapi sekarang dia hampir mencapai dadaku. Saat dia bergerak-gerak gelisah karena merasa malu, dia tidak hanya terlihat manis tapi juga begitu kewanitaan. Dengan pakaian bahan kelas atas yang dia kenakan sekarang, dia benar-benar terlihat seperti seorang gadis bangsawan.
Karena rasanya aneh untuk berbicara sambil berdiri, aku duduk di kursi sambil langsung menghadap Yui-chan. Aku masih membayangkan dirinya yang terlihat rapuh dan berwajah pucat dalam kepalaku, tapi sekarang dia benar-benar terlihat seperti seorang gadis seumurannya. Bahkan rambut putih albinonya yang tidak biasa kulihat saat itu, sekarang rasanya terlihat indah seperti biasa. Itu pasti berkat diriku yang berkenalan dengan wanita berambut perak seperti Mururu atau Astraera. Sementara aku mengamati Yui-chan, Anastasia sekali lagi memukul kepalaku. Dia mencoba mencolok mataku dengan jari-jarinya yang kecil. Sebagai seorang ratu, kelakuannya benar-benar buruk.
"Tunggu, ini bahkan tidak masuk akal sekarang." (Renji)
"Menatapi seorang gadis seperti itu, apa kau ini orang mesum?" (Peri)
"Aku tidak menatapinya. Aku hanya merasa senang melihat bagaimana Yui-chan bertumbuh."
"Tapi tatapanmu rasanya benar-benar seperti orang cabul."
Saat kami mulai bertengkar, si kesatria hitam melepaskan kekuatan yang luar biasa menekan dalam diam. Dengan tinggi badannya, dan sosoknya sebagai hantu yang asli, rasanya benar-benar aneh. Atau tepatnya, melihat energi magis keluar dari sendi-sendi armornya seperti lidah-lidah api terlihat benar-benar menyeramkan.
Aku tahu apinya tidak akan benar-benar menyebar tapi melihat sosok manusia terbakar di depan matamu benar-benar hal yang menakutkan. Sepertinya Anastasi merasakan hal yang sama karena dia cepat-cepat menutup mulutnya.
"Umm, tolong jangan berkelahi….." (Yui)
"Tidak, tidak, kami sama sekali tidak berkelahi. Ini, yah, itu, ya 'kan Renji?" (Peri)
"Kami hanya bercanda, Yui-chan. Jadi tolong, tahan Knight sedikit." (Renji)
Api biru energi sihir yang menandakan bahwa dia memasuki mode bertarung. Itu mungkin tidak serius tapi tekanan yang diberikan terlalu berlebihan. Aku merasa nyawaku akan terpangkas hanya dengan mendekatinya.
Karena dia adalah hantu dari para kesatria, kemampuan tarungnya berada di level yang benar-benar berbeda. Selevel dengan Souichi dengan kekuatan cheatnya, bahkan mungkin lebih kuat. Sudah jelas, aku percaya diri kalau aku akan kalah dalam pertarungan satu lawan satu. Bahkan sekalipun Anastasia membantuku, dalam situasi saat ini, dia akan dihajar bahkan sebelum bisa mencoba menggunakan sihir, dan kemudian aku akan dengan perlahan dimasak sampai matang olehnya. Yah, aku yakin dia hanya mencoba untuk mengancam dan tidak serius.
"Ah, Knight-san, tidak apa-apa sekarang." (Yui)
Saat dia berkata begitu, Knight mengambil satu langkah mundur. Tekanannya juga dalam sekejap menghilang dan api birunya lenyap. Dia benar-benar setia pada gadis itu. Aku jadi tersenyum melihat Knight yang biasanya. Dia benar-benar sama sekali tidak berubah. Aku tidak tahu apakah aku merasa senang dengan hal itu atau hanya merasa nostalgik
"Fuuh, itu menakutkan." (Peri)
"Ma, maaf…. Ana." (Yui)
"Tidak apa-apa. Memang aku yang salah karena terlalu menggoda Renji. Bukan salah Yui." (Peri)
Anastasia terbang ke sebelah Yui-chan. Dan, seakan itu adalah tempatnya yang biasa, dia terbang dan duduk di bahu Knight. Kekontrasan antara warna putih dan hitam tersebut benar-benar indah untuk dilihat seperti biasanya juga.
"Yah, sudah cukup lama, kurasa aku jadi terlalu banyak bercanda." (Peri)
"Fufu, Ana merasa kesepian karena tidak bertemu Renji-san begitu lama, ya 'kan?" (Yui)
"Tidak mungkin. Aku hanya berpikir bahwa dia mungkin saja sudah mati di suatu tempat di jalanan. Kenapa aku harus mengkhawatirkan orang seperti dia? Aku tidak bercanda, kau tahu?" (Peri)
Kenapa kau menatapiku untuk meminta persetujuan? Untuk sementara waktu, aku mengalihkan saja pandangan mataku sambil menggaruk pipi.
"Eh, tunggu, apa-apaan reaksimu itu!?" (Peri)
Saat aku bersikap seakan-akan aku malu, kau juga jadi malu, ya? Sementara aku menikmati reaksi yang terduga dari Anastasia dalam pikiranku, aku tetap diam. Seperti yang kukira, sekarang dia mulai membuat alasan-alasan tak berguna. Padahal aku tidak berpikir situasi ini memerlukan penjelasan darimu.
Dan tatapan Yui-chan saat melihat Anastasia dengan hangat juga menawan. Seperti biasanya, Anastasia benar-benar menghibur.
"Anastasia." (Renji)
Saat aku memanggil namanya dengan suara selembut dan semanis mungkin, dia jadi benar-benar terdiam dalam sekejap.
"Tunggu, aku tidak malu hanya karena itu. Aku bukan anak kecil‼" (Peri)
Detik berikutnya, telapak tangan yang dia arahkan padaku ditangkap oleh kelebatan lengan Knight. Pandangan Yui-chan berubah dari hangat menjadi cemas. Atau tepatnya, dia mulai kebingungan dengan perubahan situasi yang mendadak ini.
"Lepaskan aku, Knight. Tidak apa-apa, aku tidak akan membunuhnya." (Peri)
"Jangan katakan hal sekejam itu dengan senyuman, oh ratu." (Renji)
"Haruskah aku benar-benar mencambukmu, dasar bodoh?" (Peri)
"Waa, tolong jangan lepaskan dia, Knight-san. Ana juga, kau seharusnya sekarang terbiasa dengan kepribadian Renji-san….." (Yui)
Karena Knight menahan Anastasia, aku punya banyak kebebasan tapi kata-kata Yui-chan secara tak terduga memberikan kerusakan yang paling besar. Pasti karena belum lama terbangun setelah cedera parah, tapi tubuhku sepertinya mendadak mulai bergoyang. Melihatku seperti itu, Yui-chan semakin kebingungan. Dia benar-benar imut. Aku merasa seperti orang tua yang penyayang, entah bagaimana.
"Abaikan saja itu, Yui-chan—" (Renji)
"Apa maksudmu dengan 'itu'!?! Beraninya kau memperlakukan kesucian gadis muda dengan remehnya!?" (Peri)
Siapa yang gadis muda? Kau lebih tua dariku, brengsek.
"Renji-san juga, jangan terlalu menggoda Ana." (Yui)
"Reaksinya sangat menggelikan. Mau tidak mau aku melakukannya." (Renji)
Tapi tunggu, karena para peri semuanya adalah perempuan, mungkin dia benar-benar adalah seorang gadis?
Sementara aku sedang memikirkan hal bodoh seperti itu, Anastasia mengamuk dengan wajah memerah. Melihat ekspresi Yui-chan yang sama sekali tidak mengerti situasinya, aku jadi merasa sedikit bersalah. Kurasa aku benar-benar harus menghentikan candaan semacam ini di depan Yui-chan dan Aya.
"Maaf, maaf. Aku akan mendengarkan apapun yang akan kau katakan, jadi maafkan aku untuk saat ini." (Renji)
"Beraninya kau membicarakan hal ini dengan ringannya?! Aku tidak akan memaafkanmu, bodoh!" (Peri)
"Apa kau yakin?"
"Eh?"
"Aku akan mendengarkan apapun, oke? Apapun, aku serius."
"….uu."
Yah, karena ini Anastasia……setidaknya di depan Yui-chan, dia tidak akan mengatakan apapun yang terlalu beresiko. Mungkin. Untuk sementara waktu, aku akan mundur ke mana pun Yui-chan berada kapan pun Anastasia mengungkit hal ini nantinya. Tapi kalau dia masih menuntutku hal yang aneh……yah, akan kupikirkan hal pada saat itu. Mari kesampingkan itu untuk nanti.
Karena Anastasia akhirnya tenang, aku menghela napas lega. Yah, akulah yang sepenuhnya bersalah. Tapi ada sedikit kesalahan pada Anastasia juga karena memberikan reaksi menghibur semacam itu saat dikerjai, menurutku.
"Entah kenapa, kau sepertinya sangat bersemangat, Renji-san." (Yui)
"Yah, aku tidak bisa terus-terusan tidur sepanjang waktu, 'kan." (Renji)
Saat aku mengatakan itu, Yui-chan mulai terkekeh. Rambutnya berayun saat tertawa dan tinggi badannya yang bertambah membuatku sekali lagi menyadari betapa waktu benar-benar telah berlalu.
"Senang melihatmuaa juga penuh semangat, Yui-chan." (Renji)
"Ya."
"Knight juga, terima kasih karena selalu melindungi Yui-chan."
Saat aku berkata demikian, Knight mengangguk diam. Helm dan armornya saling berbenturan mengeluarkan suara kering. Sosoknya yang menjawab hanya dengan gestur tubuh karena tidak dapat berbicara membuatnya terlihat keren seperti biasa. Tapi karena aku punya kebiasaan berbicara tanpa henti, aku tidak pernah bisa seperti dia. Suatu hari nanti, aku ingin menjadi seorang pria yang bisa berbicara hanya dengan tindakannya saja. Yah, kemungkinan besar aku tidak akan bisa. Aku mungkin akan ditertawakan karena mencoba bersikap keren.
"Ngomong-ngomong, Yui-chan. Apa kau tahu di mana Ermenhilde?" (Renji)
"Eru-san?" (Yui)
"Ya, Utano-san dan Aya tidak mengatakan apapun padaku. Tentu saja, Anastasia juga tidak."
"Apa maksudmu dengan 'tentu saja'……mouu." (Fairy)
Mengabaikan Anastasia yang menggembungkan pipinya dengan tidak senang, aku melihat Yui-chan. Tapi sepertinya dia tidak tahu apapun karena dia menggelengkan kepalanya. Aku memandang Knight juga, tapi dia hanya menggeleng dalam diam. Rasanya sedikit tidak nyata.
"Yah, menyerah saja. Kau sudah diundang Yuuko nanti malam, 'kan? Minta saja padanya untuk mengatakan padamu kalau begitu." (Peri)
"Kelihatannya begitu. Yah, setidaknya aku harus menggerakkan tubuhku." (Renji)
Tepat saat aku berkata begitu, aku pun menguap.
"Kau sebaiknya tidak terlalu banyak bergerak setelah berbaring di tempat tidur begitu lama……bagaimana kalau kau tidur lagi?" (Peri)
"Kurasa sebaiknya begitu. Aku kehabisan stamina lagipula." (Renji)
"A……Apa kau baik-baik saja?" (Yui)
Suara keterkejutan dan kecemasannya terasa benar-benar menyenangkan untuk didengar.
"Yui-chan, kaulah satu-satunya orang yang mengkhawatirkanku seperti ini." (Renji)
"…Ahn?" (Peri)
"Apa? Bukannya barusan kau bilang kau sama sekali tidak mengkhawatirkanku?"
"Ugh……"
Saat aku mengingatkannya, Anastasia mengerang dengan suara yang sama sekali tidak feminin. Serius, apa para peri tidak masalah yang satu ini menjadi Ratu mereka?
Saat aku menggoda Anastasia seperti itu, Yui-chan tertawa senang.
"Yui-chan, kau akan ada di ibu kota untuk beberapa waktu juga?" (Renji)
"Ya. Turnamen pertarungan juga sebentar lagi." (Yui)
"…Oh, benar."
Sekarang aku mengingatnya, sudah waktunya untuk itu di tahun ini. Di dunia ini, setahun terdiri dari 9 bulan. Setiap tahun di bulan kedelapan di awal musim dingin, diadakan festival terbesar benua Imnesia. Ini lebih seperti Olympic sebenarnya. Bagaimanapun acara ini penuh dengan hal-hal yang berbahaya. Turnamen yang melibatkan pedang, tombak dan sihir, dll.
Karena aku tidak punya kenangan yang bagus soal itu, aku hanya bisa membalas pendek seperti itu.
"Sepertinya Souichi-oniichan dan yang lain juga akan ikut." (Yui)
"Oh iya, aku memang mendengar hal seperti itu darinya juga, kurasa…."
Tapi tetap saja, Souichi akan ikut ambil bagian. Di tahun pertama saat kami dipanggil, Souichi dan Masaki-chan memenangkan turnamen pria dan wanita. Sudah 2 tahun sejak saat itu. Benar-benar nostalgik.
"Renji-san, apa kau akan ikut juga?" (Yui)
"Aku sama sekali belum mendengar soal itu, jadi, tidak." (Renji)
"Kau mungkin akan ikut. Atau tepatnya, pak tua itu atau Yuuko akan membuatmu ikut, ya 'kan?" (Peri)
"Jangan mengatakan hal serealistis itu……itu pertanda buruk." (Renji)
Pak tua yang dibicarakan Anastasia——O'brien-san, kalau itu dia, dia pasti akan mencoba membuatku untuk ikut serta. Atau malahan, dia benar-benar akan memaksaku melakukannya. Aku berutang lebih daripada sekedar nyawaku, jadi kalau dia memintaku……yah.
Oh kumohon, tidak. Aku tidak mau mencolok seperti itu. Yah, karena Souichi ikut ambil bagian juga, aku akan bersembunyi saja dalam bayang-bayangnya. Seorang pria yang tetap tersembunyi selama setahun dan si Pemberani yang tampan. Sudah jelas siapa yang paling banyak menarik perhatian.
Untuk sementara waktu, ayo tidak mencemaskan hal itu karena aku masih belum mendengar apapun tentang aku yang ikut dalam hal itu. Tidak baik terlalu khawatir.
"Baiklah kalau begitu, kita juga harus kembali sekarang, Yui." (Peri)
"Y, ya. ……umm, kalau begitu, sampai ketemu nanti?" (Yui)
Saat Anastasia berkata demikian, Yui-chan dengan kikuk mengatakan itu juga.
"Yah. Aku akan ada di ibu kota untuk beberapa lama juga. Kenapa kita tidak pergi keluar untuk bermain kapan-kapan?" (Renji)
"Ya. Aku akan menantikannya!" (Yui)
Senyumannya benar-benar terlalu menyilaukan. Itu membuatku sekali lagi sadar betapa banyak dia telah bertumbuh. Dulu, dia lebih muram dan akan selalu lebih pendiam bahkan saat seseorang mencoba untuk mengajaknya pergi seperti ini. Melihatnya menjadi lebih dewasa seperti ini, aku merasakan kehangatan dalam hatiku. Saat dia dengan cepat berjalan ke pintu dan membukanya untuk pergi, dia berbalik dan memberikan satu lambaian sebelum pergi. Ini mungkin kekanakan mengingat dia sudah 16 tahun, tapi itu hanya membuatnya semakin kelihatan manis.
Setelah dia, Knight, dengan Anastasia di pundaknya, merunduk sedikit dan pergi juga. Karena tingginya hampir 2 meter, kurasa mau tidak mau harus begitu. Aku tertawa singkat.
"Nah sekarang." (Renji)
Setelah mengantar kepergian Yui-chan, aku berbaring di ranjangku. Tidak lama kemudian, aku memejamkan mata dan tertidur.
Sementara mataku terpejam, aku teringat sesuatu dari masa lalu. Kalau kupikirkan lagi, saat itu Yui-chan biasa memanggilku [Onii-chan] juga. Aku penasaran kapan dia memanggilku seperti itu lagi. Perasaan rumit muncul dalam hatiku. Aku merasa senang melihatnya bertumbuh, namun di saat yang sama, kenyataan bahwa begitu banyak waktu yang berlalu membuatku merasa sedikit sedih. Selagi memikirkan itu, kesadaranku perlahan memudar.
Di saat terakhir, hanya kata-kata Fafnir yang tersisa.
[Kenapa kau begitu terobsesi pada Ermenhilde?]
Itu adalah kata-kata yang sama yang juga dikatakan padaku oleh Astraera dan Shelfa, setahun yang lalu.
Naga, Demi, Raja Iblis. Kenapa semua makhluk yang melampaui manusia selalu mengganggu pikiranku dengan begitu mudahnya? Mereka punya terlalu banyak waktu.
……..Tapi, aku tahu makna di balik kata-kata mereka juga. Ermenhilde. Eru. Satu-satunya yang tidak dapat kulindungi. Satu-satunya yang benar-benar ingin kulindungi.
Aku tertidur lelap. Kuharap, hanya untuk malam ini saja, aku tidak ingin melihat mimpi apapun.