REUNI (2)
(Translator : Al Bathory)

Setelah menyelesaikan makan siang, karena tidak ada hal yang bisa dikerjakan, aku hanya bersandar di kursi tanpa melakukan apa-apa.
Aku melihat langit-langit tapi bukan berarti disana ada sesuatu yang menarik. Nah, sekarang, apa yang akan kulakukan selanjutnya?
“Nah, sekarang aku akan membersihkan meja dan kembali sebentar, ya?” (Utano)
Aku melihat Utano-san yang bangkit dari kursinya saat dia bilang begitu. Dia punya wajah yang terlihat serius seperti biasanya.
“Aku punya perasaan tidak enak tentang ini.” (Renji)
“Kasarnya. Kau pikir aku memberimu pekerjaan untuk menggodamu, Yamada-kun?” (Utano)
Tentu, aku yakin... aku ingin tahu apa yang akan terjadi bila aku mengatakan itu?
Sambil memikirkannya, kujauhkan pandanganku dari Utano-san. Aku merasa tatapannya makin dingin, tapi mari kita biarkan itu. Aku merasa akan terseret makin jauh bila aku mengatakannya.
“Biarkan aku membantu.” (Aya)
Seolah mencoba membantuku, Aya berdiri dan mulai mengumpulkan piring pada nampan. Tatapan Utano-san beralih kepada Aya.
Saat aku merasa lega, Utano-san tiba-tiba menatapku lagi. Aku panik dan berakhir dengan meluruskan punggungku.
“Renji-san, tolong beristirahatlah.” (Aya)
“Ya—“
“Aku akan mengawasinya jadi tidak apa!”(Peri)
Hanya sesaat sebelum aku membalas Aya, Anastasia memeberi jawaban sambil berdiri di dekat telingaku. Dia telah kembali ke pundakku dari Utano-san.
“...berat.”(Renji)
“Ahn?”
Sekalipun kamu peri, sangat aneh untuk seorang gadis membuat suara seperti ini. Di dekat telingaku, Anastasia berbicara dengan sangat rendah tapi suaranya dingin. Ini bukan pertma kalinya aku endengarnya seperti ini; dia bicara seperti ini ketika sedang seikit marah.
“Wow, Anastasia mau tinggal denganku, aku sangat senang.” (Renji)
“Bagus, bagus. Tunjukkan rasa hormatmu dengan air mata di matamu, Renji.” (peri)
“Fufu.”
Apa Aya atau Utano-san yang tertawa tadi? Sepertinya mood Anastasia belum berubah. Suaranya sudah biasa tapi mungkin dia masih marah. Atau mungkin dia benar2 marah. Seperti yang kau harapkan dari perempuan—yah, aku ragu secara mental apakah dia sudah cukup berkembang untuk disebut wanita. Sepertinya aku tak seharusnya bicara tentang beratnya. Meski itu hanyalah candaan. Yah, permintaan maaf itu tak bekerja sekarang.
“Anastasia, Akurlah dengan Yamada-kun, ya?” (Utano)
“Tentu saja, tapi jangan khawatir, aku tak melukai orang yang sedang terluka.”
“Tunggu, jika aku terluka maka kau akan melukaiku?”
“Ya atau aku akan menggantungmu di jendela.”
Itu sangat menakutkan! Dasar tak berperikemanusiaan. Aku akan mati, kau tahu!
“Sisi itu, Utano-san...:Renji)
“Hoh ‘sisi itu’...?” (peri)
“Utano-san, bawalah yang satu ini denganmu, dia mulai menakutiku.”
“Jangan khawatir. Aku tak menakutkan, tidak sama sekali.”
Caramu bicara seolah berusaha memengaruhi hewanhanya membuatmu akain menakutkan, bodoh!
“Kalian berdua sungguh dekat.”
“Eh, dimana? Bagaimana?”
Saat aku bertanya itu, Utano-san hanya tersenyum dan Aya menghela nafas. Anastasia diam2 menarik daun telingaku. Tidak sakiy tapi itu geli jadi tolong hentikan. Saat tubuhku gemetar, dia mulai menambah kekuatannya seolah bersenang-senang dengannya.
“jangan memulai pekelahian dan menghancurkan ruangan, oke?” (Aya)
“Jangan khawatir, kami tak akan menirumu dan Koutarou.”
“...kau masih ingat itu?”
Terkejut sebentar, kemudin Aya menyembunyikan wajahnya yang malu.
Dulu, saat perjalanan kami, mereka berdua bertarung di sebuah penginapan yang membuatnya menjadi pertarungan sihir penuh didalam sebuah ruangan. Aku tak ingat alasan dari perkelahia mereka tapi aku ingat betapa merepotkannya mengurusi setelahnya. Kami harus membayar banyak sekali untuk perbaikan.
Tapi itu sangat mudah. Negara akan membayar seluruh tagihan kami.yah, baik aku dan Utano-san harus membungkuk dan meminta maaf kepada komandan ksatria o’brien yang berpetualang beersama kami. Mau bagaimana lagi. Itu adalah salah kami. Yah, salah Aya dan koutraou lebuh tepatnya.
“Betapa mengingatkannya. Juga...kau sangat ingat segala hal tentang Aya eh Yamada-kun?”
“Yuuko-san!”
“Tidak perlu berekasi seperti itu. Jangan jatuhkan piring2 yang kau bawa, oke?”
“u-uh.”
Sambil mengobrol begitu, mereka brdua meninggalka  ruangan.
“Ah, Yamada-kun?”
Hm?”
“Datang ke kamarku di malam hari. Aku akan menunggumu.”
Berkata begitu, dia pergi. Aya terlihat terkejut, atau mungkin, memerah. Yah karena Utano-san akan membicarakan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Ada masalah dengan jantung Dewa iblis. Aku sudah punya banyak khayalan akan dihancurkan olehnya berkali-kali seperti ini. Meski aku sudah belajar dari kekalahan berkali-kali.
Aku penasaran dengan yang Aya pikirkan. Aku akan mengodanya tantang ini nanti.
“Apa yang dia maksud?”
“Yah itu pembicaraan dewasa, kau tak perlu khawatir.”
“...”
.
.
.
Dengan Anastasia masih di pundakku, aku meninggalkan ruangan. Aku sudah berbaring di kasur tapi malah bosan. Karena aku sudah tidur selama 5 hari, aku merasa tidak perlu tidur. Tidak nyaman tetap berbaring di kasur yang tak diperlukan. Jadi aku memutuskan pergi jalan-jalan. Perlu menggerakkan tubuhku sesekali.
“Ketika aku akhirnya bebas dari Ermenhilde, sekarang aku harus berurusan denganmu...”
“Apa-apaan itu? Padahal aku menemanimu agar kau tak kesepian.”
“Ya, ya. Terima kasih banyak.”
“Aku tak merasa kau sungguhan berkata begitu.”
“Oh, aku sangat berterima kasih, sungguh, Anastasia-sama.”
Marah, atau mungkin kesal, Anastasia memalingkan wajahya. Sebelumnya Ermenhilde, sekarang aku punya Anastasia untuk mengobrol. Bisakah aku mendapat beberapa waktu untuk sendirian?
Sambil memikirkannya, aku berjalan melalui koridor yang kosong. Sepatu lars kulit baru yang disiapkan untukku membuat suara yang bodoh. Sedikit dingin disini tapi karena cuacanya bagus, aku yakin tubuhku akan menghangat saat aku berjalan.
Meskipun aku tahanan ranjang sampai sekarang, aku bisa berjalan setelah satu kali makan. Kekuatan [cheat] sungguh sesuatu. Tidak hanya kekuatan fisik, kapasitas pemulihan kami diatas normal. Yah, aku tetap tidak sepadan dengan level manusia super Souichi dan yang lainnya. Jika itu mereka. Mereka mungkin sudah bisa bergerak dengan segera setelah istirahat.
“Kamu punya peri cantik berjalan bersamamu, kamu yakin bahwa kamu manusia yang hidup bukan?”
“Kamu tak seharusnya berkata begitu, tahu?”
Yah, benar, Anastasia memang cantik. Dengan rambut hijau ikal dan sayap di pungggungnya. Seorang peri, yang hanya ada dalam dongeng dan legenda di dunua kita, ada disini seolah-olah memang hal biasa. Dan untuk beberapa alasan juga duduk di pundakku. Tingginya hanya 15 cm tapi meskipun begitu kecantikannya luar biasa. Wanita lain disekitarku—seperti Aya atau Utano-san juga cantik tapi kecantikan Anastasia hampir tak terkira. Tubuhnya bahkan memiliki lekuk dan tertutupi dengan gaun sutra putih tipis, aman bila kukatakan itu adalah racun untuk setiap mata pria, meski dengan ukurannya. Meski seperti ini, dia imut seperti boneka. Yah, dia kan peri. Aku tidak akan berlabuh pada hal aneh untuk seoran peri seukuran boneka. Aku tak terlalu jauh pergi, bahkan tak haus. Faktanya, jika aku akhirnya melihat dia dengan cara itu, kupikir aku akan kalah. Dan entah bagaimana, Anastasia juga paham pikiranku jadi dia sering menggodaku dengan cara itu. Kembali, Koutarou dan yang lainnya yang bersemangat dipanggil ke dunia lain juga bersemangat berkata “Ini adalah dunia fantasi!” ketika mereka bertemu dengannya tapi sepertinya di mata Anastasia, reaksi itu adalah sesuatu yang spontan. Meski pendapatku orang-orang macam itu akan lebih senang menggoda seperti ini. Tapi entah kenapa, dia memutuskan bahwa aku akan menjadi satu-satunya orang yang ken godaannya. Aku tak tahu dasar dibelakang semua ini.
Dia juga terlibat banyak pertengkaran dengan Ermenhilde. Kikira “Semakin banyak bertengkar, semakin dekat mereka”, atau yang sepeti itu.
“Kalau saja kepribadianmu tidak seperti itu...”
“Oh? Aku bertanya-tanya apa artinya ya?”
“Siapa yang tahu...”
Tapi, bagaimana bisa aku tak melihat orang lain meskipun masih sangat terang diluar? Rasanya seperti kami adalah satu-satunya orang disini.
“Kamu mau kemana?”
“Entahlah.”
Aku pergi karena aku bosan di dalam ruanganku. Bukan berarti aku sudah memutuskan sebuah tujuan ketika aku pergi.
Dan untuk beberapa alasan, Anastasia, Aya, dan Utano-san. Tak seorangpun dari mereka akan memberitahuku dimana Ermenhilde.
Bahkan aku tak mu melarikan diri setelah semua ini...mungkin. aku agak khawatir dengan Feriona dan yang lainnya. Aku ingin pergi dan menemui mereka.
“Haah... kalau begitu ayo ke lapangan latihan mungkin? Yui dan yang lain pasti ada disana sekarang.”
“Aku mengerti.”
Anastasia berkata dengan semangatnya. Karena aku tak tahu mau kemana, aku kembali untuk pergi ke lapangan latihan. 3 tahun lalu, meski tidak lama, tapi aku tinggal disini. Aku ingat jalannya. Belok ke kanan, menuruni tangga. Dimana aku bertemu beberapa tentara yang sedang berjaga. Akhirnya aku menemukan orang di dalam kastil tapi meski aku menyapa mereka mereka hanya memberi hormat. Mereka pasti sudah sangat terlatih. Aku hanya mengagumi mereka. Meski akan bagus bila mereka membalas sapaanku. Aku hanya seorang petualang sekarang.
Aku mungkin memang dipanggil sebagai pahlawan tapi alasan mengapa aku dipanggil sudah terpenuhi. Untuk seseorang sepertiku yang hanya bisa bertarung penuh melawan Dewa Iblis, aku tak berpikir punya nilai tersisa sekarang. Tapi, tatapan para tentara yang kulewati terlihat seolah mereka melihat sesuatu yang suci, berisi semangat. Di duniaku, aku tak akan mendapat sesuatu semacam itu dan au jadi bingung bagaimana harus menanggapinya.
Dia pasti merasakan sesuatu tentang ini saat Anastasia mulai menepuk pipiku segera setelah kami keluar dari pandangan para tentara.
“Kenapa kau tiba-tiba gugup?”
“Sejujurnya aku tidak tiba-tiba gugup.”
Jika aku harus memilih, aku merasa lebih ke berdosa daripada kegugupan. Selama perjalanan, aku berguna hanya di saat terakhir. Dan kekuatan itu tercapai setelah mendapat pengorbanan tak terhitung. Tapi Dewa Iblis sudah tak ada. Dan pengikutnya bisa dikalahkan tanpa bantuanku. Dan ketika mereka sudah tiada—Cheatku benar-benar akan tak berguna.sebuah senjata pembunuh dewa hanya berguna saat ada dewa yang perlu dibunuh.
Kekhawatiran apalagi yang dimiliki manusia saat itu. Aku hanyalah seorang petualang dan Ermenhilde tak lebih dari medali berbicara. Yah, dia langka sih.
...dan sejujurnya, aku tak punya masalah dengan itu tapi apa yang dipikirkan Ermenhilde tentang itu? Akankah dia memintaku untuk memperlakukannya seperti senjata? Atau... aku ingin Ermenhilde menemukan jalan dimana dia bukanlah senjata lagi. Itulah mengapa aku ingin menunjukkan dunia kepada Ermenhilde agar membukakan pilihan untuknya.—aku ingin menemukan jalan itu bersama. Itu adalah alasan dibalik perjalananku. Meskipun itu kupikir adalah tujuan kekanakan. Kupikir Utano-san sudah menyadarinya. Intuisinya terlalu tajam.
“Ada apa, mendesah seperti itu. Apa ada masalah?”
“Hanya merasa sedikit malu...”
“Haah?”
Saat aku mengatakan itu, Anastasia membuat suara terkejut.
Bagi bereka, aku mungkin pahlawan yang menyelamatkan dunia. Tapi aku memilih Ermenhilde daripada dunia. Daripada mendukung seluruh dunia, aku memutuskan untuk mendukung partnerku. Aku tidak memiliki ciri pahlawan, dan tidak menyebutkan bahwa aku menaruh orang lain dalam bahaya agar aku bisa bertarung dengan benar. Tidak ada hal itu yang bisa disebut pahlawan. Itulah mengapa—tatapan itu, dari para tentara yang aku tak tahu namanya, terasa berat.
“Ini adalah kerajaan manusia dan kamu adalah pahlawan dari para manusia itu. Percaya dirilah...kau tidak keren sekarang.”
“Meski aku merasa aku tidak akan pernah bisa bertingkah keren?”
Aku tidak pernah hidup dimana aku bisa hidup dengan ‘keren’. Aku hanya pasrah. Dan berhasil beruntung untuk bertahan hidup sampai akhir, itu saja.
Kelihatannya Anastasia paham saat dia menepuk pipiku sambil tersenyum. Jemari mungilnya terasa menusuk dan aku mengerutkan wajah karenanya. Reaksiku pasti terasa menakjubkan karena Anastasia tertawa dengan suara kecilnya.
“Yah, menurutku itu benar.”
“Apa kamu bermaksud menolakku?”
“Kamu ingin aku menolakmu ketika kamu dirimu sendiri berkata itu duluan?”
“Ya.”
“Aku tak paham dirimu.”
Saat kami mengorol, beberapa bangsawan berpakaian bagus muncul untuk lewat di depan kami.
Saat akumembiarkan mereka lewat duluan, mereka melihatku dengan kebingungan.
Yah, sepertinya mereka juga tak paham. Aku berpakaian yang tidak lebih dengan sebuah tunik bagus dan celana panjang. Itu bukanlah pakaian normal orang ketika berada di dalam istana kerajaan. Para tentara mungkin mengingatku karena aku sering pergi ke lapangan latihan 3 tahun lalu tapi aku ragu para bangsawan begitu. Aku tidak pernah kembali ke sini setelah Dewa Iblis dibasmi. Jadi aku tak pernah punya kesempatan bertemu dengan para bangsawan secara langsung seperti teman-temanku yang lain. Aku benci sesuatu yang seperti jamuan daan pesta jadi saat itu aku hanya berdiri didekat dinding. Jadi hanya sedikit sekali bangsawan yang mengingatku.
Mereka pasti menemukan bahwa aneh bila seorang manusia memiliki Ratu Peri Anastasia, yang telah berkontrak dengan Pahlawan Hiyuu Yui, di pundaknya. Mereka pasti telah memutuskan bahwa itu adalah teman anastasia kerana mereka tidak bertanya apapun padaku.
“Normalnya mereka yang akan membiarkan kita lewat duluan tahu?”
“Tidak juga.”
Aku tak begitu paham tentang bagaimana administrasi negri dan sebaginya bekerja, tapi aku tahu bahwa para bangsawan itu yang menjalankan negeri. Mereka jauh lebih berguna daripada aku, yang hanya tahu bagaimana mengayunkan pedangnya, sekarang dunia sudah bebas dari Dewa Iblis.
“Kau ini... kenapa kau selalu menaruh dirimu sendiri dibawah yng linnya?”
Saat aku berjalan menuju lapangan latihan, Anastasia berkata begitu kepadaku. Baik itu Ermenhilde ataupun Anastasia, kenapa semuanya berkata hal yang sama? Dibanding dengan Souichi atau yang lain, kemampuan dan pencapaianku ada di bawah mereka.
“Itu hanya sifatku.”
“Itu bukan ‘sifat’ itu adalah penyakit... perbaikilah, itu tidak keren.”
Dia bilang itu dengan tidak suara main-main biasanya tapi dengan lebih serius—sungguh seperti ratu peri.
“Aku baik-baik saja dengandiriku. Aku menemukan bahwa statusku lebih dari sewajarnya, sejujurnya.”
“Kamu akan bilang bahwa kesederhanaan adalah kebaikan tapi dari sudut pandangku, kesederhanaan yang keterlalun adalah membuat merendahkan diri. Itu tidak enak. Itu tidak cocok untukmu Yamada Renji.”
“...kamu berkata hal yang sama dengan Ermenhilde.”
“Tidak mungkin!?”
Dia terlihat begitu tertekan. Betapa imut karaktermu. Terhibur karenanya, aku menghela nafas. Bagaimana seharusnya aku mengatakan ini.
“Kamu belum berubah.”
“Renji, kamu menjadi lebih berbeda. Daripada itu, kamu lebih energik.”
“Yah, aku sudah kehilangan tujuanku di dunia ini. Terang saja aku akan menjadi malas.’
Dewa Iblis sudah dikalahkan. Selama dia masih hidup, hidup yang akan kalah. Kami tidak bisa memaafkannya itulah mengapa kami pergi dan membunuhnya selama 2 tahun. Menaruh nyawa kami di depan, setelah membuat pengorbanan tak terhitung,menerima banyak kepercayaan, dan berdiri menuju harapan seluruh dunia.
Sekali lagi, aku melewati beberapa tentara. Kali ini, mereka pergi dan menunduk padaku.... sungguh, hentikn. Aku tak suka berada di posisi seperti ini. Seolah-olah tahu apa yang kupikirkaan, Anastasia menghela nafas.
“dunia sudah damai, aku akan bilang aku diizinkan untuk hidup senggang bukan?”
“Yah, aku juga berpikir sama. Bagaimanapun, kita berkeliling dunia dengan Fafnir. Yui sudah bisa mengobrol dengan orang lin atas kemauannya sendiri, kau tahu?”
“Oh bagus. Dulu dia selalu bersembunyi dibelakangku atau Kuuki.”
“Sungguh. Master kami sungguh orang yang pemalu.”
Kupikir itu salah satu nilai baiknya. Sebagai pria, pada akhirnya kau ingin melindunginya apapun yang terjadi ketika dia bertingkah seperti itu. Bagaimana mengatakannya, dia seperti binatang kecil. Itu seperti Yui-chan. Punya suara kecil, bahkan tingginya—yah, dia yang paling muda jadi mau bagaaimana lagi.
Saat aku mengingat masa lalu, Anastasia, kali ini, mencubit pipiku. Meski tidak menyakitkan.
“Seperti yang kubilang, janganberpikir tentng wanita lain ketika kamu bersama dengan seorang cantik sepertiku.”
“Wanita lain katamu.... dia adalah mastermu, tahu.”
“Sekalipun! Kau sungguh tidak mengerti hati wanita, Renji.”
“ya, bagaimanapun aku kan pria.”
“disana kamu salah. Meski tidak memahami mereka, memberi perhatian dan khawatir untuk wanita adalah yang membuat pria baik, Renji.”
Terdengar begitu sulit. Saat aku mengerakkan pundakku, pipiku dicubit lagi. Jika aku memerlakukannya seperti wanita, aku hanya akan digoda jadi aku tidak mau.... meski aku jadi kasar.
Kelihatannya dia paham pikiranku karena dia tidak marah. Dia tersenyum, faktanya.sungguh, bagaimana hati perempuan bekerja? Aku sungguh tak paham hingga akhir hidupku.
“Apakah itu cara nya bekerja?”
“Itulah caranya bekerja.”
Berapa kali aku tak paham pembicaraan ini? Meski partnerku berganti dari Utano-san,Aya, dan sekarang Anastasia. Dasarnya, aku akan diceramahi untuk mengerti perasaan wanita lebih dari kelihatannya. Meski aku sudah berusaha lebih baik.
Ada orang yang memberitahuku bahwa tidak perlu untuk mengerti hati wanita. Sambil memikirkannya, aku menggeleng. Saat itu juga, kepalaku mengenai Anastasia lagi.
“Maaf.”
“Karena kamu meminta maaf dengan baik, akan kumaafkan kamu kali ini.”
“Owh, terima kasih.”
“Bersyukurlah, oke?”
“oh aku sangat berterima kasih, Anastasia-sama.”
Ketika bicara dengan candaan, dia memukulku lagi. Setelah berjalan beberapa waktu, aku akhirnya sampai ke pintu masuk lapangan latihan. Di setip sisi koridor ada pedang besi, tombak, kapak, dan perisai, bersandar di dinding. Saat melihat pemandangan itu adku merasa sedikittanang.
Disini. Tempat aku memulai. Tempat dimana aku, yang punya cheat lemah, mendapat kekuatan untuk bertarung pertama kali. Tempat aku belajar menggunakan senjata.
Untuk beberapa alasan, jantungku mulai berdebar keras. Aku sedikit, bersemangat didalam. Aku sendiri tidak sadar bahwa langkahku makin ringan saat aku melewati gerbang.
“bagaimanapun dia ini laki-laki.”
Anastasia mengatakan sesuatu dalam suara kecil tapi aku menghiraukan dan masuk ke lapangan pelatihan. Dan setiap pandangan tentara terfokus padaku. Itu juga sangat nostalgik. Aku bahkan mengenal beberapa wajah.
Lapangan berbentuk persegi itu besar, bahkan dengan beberapa ribu tentara berlatih diwaktu yang sama, masih ada ruang tersisa.
Sekarang ini, ditengah lapangan ini ada seekor naga merah tua beristirahat sambil mendekam. Cahaya matahari pasti terasa sangat bagus untuknya karena dia tidak bergerak dan terlihat tidur. Meski aku ragu dia benar-benar tidur. Dia sangat sensitif akan kehadiran yang lain. Meski dia masih menutup mata saat aku memasuki lapangan.
Saat aku melihat sekitar, pandanganku bertemu dengan beberapa tentara lagi. Kali ini mereka melambaikan tangansambil tersenyum senang. Bagiku, ini reaksi yang jauh lebih baik daripada tatapan memuji yang kudapatkan.
Sambil menyapa mereka dengan anggukan kecil, aku berjalan ke arah familiar bertubuh merah gelap—ke arah Fafnir.
Sadar akan kehadiranku, dia sedikit berbalik.
“Sudah lama ya, bodoh.”
“Wow, sakitnya.”
Wajahku menegang pada kata2 pertamanya. Ya benar, faktanya au memang bodoh. Si bodoh yang memilih Ermenhilde daripada dunia, daripada teman-temanku.tapi tetap saja, itu bukan seharusnya yang kamu katakan ketika memulai percakapan.
Dia membuka matanya dan mata emasnya menusukku. Tubuhnya berukuran lebih dari 30meter, bahkan kepalanya sendiri lebih besar dariku. Kepalanya tiba2 mendekat kepadaku dan nafasnya membuat rambutku berkibar. Tekanannya sendiri sudah membuatku takut.
“Kau sudah berubah.”
“Hm?”
Aku mengambil langkah mundur. Aku mungkin memang tak banyak menghabiskan waktu dengannya sebgai teman tapi aku sadar akan kperibadiannya. Dia tidak pemarah maupun menyenangkan. Awalnya, dia tak terlalu peduli tentang kelakuan dari seorang manusia. Alasan aku mundur karena kepalanya terlalu dekat dan setiap nafasnya begitu menyakitkan. Anastasia hampir terhempas olehnya. Dia memeluk wajahku dengan erat tapi itu membuatku merasakan kelembutan, jadi hentikanlah.
Satu katanya bergema ditubuhku sepertipetir. Ini adalah naga. Sebuah keberadaan yang bisa disebut sebagai salah satu yang terkuat di dunia. Satu hembusan nafasnya bisa membakar daratan dan menghancurkan atmosfer dengan sayapnya. Kukunya lebih tajam dari logam dan satu ayunan dari ekornya bisa membuat seekor ogre menjadi pasta. Dia adalah keberadaan yang bisa disebut tidak normal bahkan dengan pengguna cheat seperti kami. Dia adalah Fafnir. Raja Naga Terkuat.
Omong-omong, alasan dia menjadi teman kami—berkontrak dengan Yui-chan sungguh sangat bodoh.
Sebuah tombak menancap di telapak kakinya dan dia tidak bisa melepaskannya sendiri. Saat dia mengamuk kesakitan, kami mengalahkannya dan Yui yang mengetahui alasan dibalik amukannya mencabut tombak dan menyelamatkannya. Sungguh, sangat, alasan yang bodoh.
Meski alasannya sangat bodoh, kami hampir mati saat menghadapi Fafnir yang mengamuk. Aku masih punya sedikit trauma. Souichi, masaki-chan, Aya, Kuuki; setiap anggota petarung spesial melawannya dan mereka bisa membunuhnya hanya dengan membawa naga terbang jatuh ke tanah.
“Kau kehilangan ambisimu. Kau tumbuh pengecut, God Slayer.”
“Mau bagamana lagi. Aku melakukan sesuatu yang luar biasa seperti membunuh dewa meskipun aku seorang manusia. Normal saja jika aku telah kehilangan energi setelahnya.
Meski bertanya-tanya jika aku pernah punya sesuatu semulia beberapa ambisi dalam diriku.
“Kau membunuhnya dengan kebencian urni. Tidak, mungkin itulah mengapa kau jadi sepengecut sekarang.”
“...pengecet, pengecut. Kau sungguh tidak menahan diri, kan?”
“Tapi tentu saja, kau sangat berbeda dari dirimu yang setahun lalu.” (peri)
“bagaimanapun kau telah berubah dari pria yang dijatuh cintakan oleh serangga kecil ini.”
“Siapa yang kau panggil serangga?!”
Tunggu, itu yang membuatmu marah?
“Jangan sombong, dasar bodoh tak berkompeten!!”
“Wow, itu sangat menyakitkan tahu.”
Meskipun Fafnir yang mengatakannya, kenapa aku yang kena marah? Memang sih dia marah ketika aku bercanda tentang tubuhnya.
“Setelah kupikir mulai tenang, malah jadi berisik lagi.”
Ketika aku bilang begitu, Fafnir menutup matanya lagi. Saat dia membaringkan lehernya ke tanah, rasanya seperti tanah bergetar. Itulah eberapa banyak tekanan yang diberikan oleh naga. Aksi kecil pun bisa membuat gugup. Apakah ini kekuatan dari raja? Seperti yang diharapkan dari sebuah makhluk yang diakui superior bahkan oleh Raja Iblis, yang mengatur seluruh monster.
“Yui khawatir tentangmu. Jangan buat dia terlalu khawatir, GodSlayer. Dia itu masih kecil...ketika dia menangis, dia lebih merepotkan daripada serangga disana.”
“Aku tak bermaksud melakukannya.”
Aku sungguh tidak senang membuat wanita menangis. Ketika aku mengatakannya, aku merasa seolah tekanan dari naga di depanku berkurang sedikit. Dia berbicara kasar tapi paling mengkhawatirkan Yui. Aku bisa merasakan hubungan antara mereka tidak hanya seorang penjinak monster dan naga tapi sesuatu yang lebih. Bahkan Anastasia, yang selalu berisik, terdiam ketika nama Yui-chan muncul. Disanalah, seperti Fafnir—aku bisa merasakan sebuah ikatan dan emosi. Saat pipiku melepaskan senyum, Fafnir membuka matanya lagi.
“Apa?”
“Kamu juga sudah berubah.”
“—Mm.”
“Dia jadi tsundere, kuberitahu kamu. Dia mencoba bertingkah keren dan menjauh tapi juga mengkhawatirkan tentang kamu Renji.”
“Kata itu tidak coco jadi tolong berhentilah, Anastasia.”
Jangan katakan seseatu seperti ‘tsunder’ ketika ada di dunia fantasi. Pikirkan tentang impian dan harapanku.
“Apa arti kata itu? Aku tak paham tapi rasanya sesuatu yang tidak menyenangkan.”
“Kalau kamu mau komplain, silakan ke Koutaro. Aku juga berencana melakukannya.”
“Sungguhan... bocah itu merepotkan seperti biasa. Mengajari kata-kata aneh pada gadis berisik ini.”
Tapi tetap saja, aku memerhatikan sekeliling. Ada para tentara yang melihat kami dengan penasaran tapi orang yang kucari tidak ada.
Yui-chan, Kuuki, dan Knight. Kemana mereka?
Yah, Kuuki pasti sibuk dengan banak pekerjaan mungkin.
“Dimana Yui-chan?”
“Pergi mencarimu dan serangga itu. Knight pergi bersamanya.”
“Huh, tapi kenapa kami tidak bertemu?”
“Bodo amat. Kau pasti saling melewatkan.”
Yah, itu buruk. Aku seharusnya bermalasan lebih lama di kamar. Yup, mari bermalasan di kamar ketika aku kembali.
Aku sudah bekerja keras akhir-akhir ini, aku harus santai lebih banyak.
“Selain itu, Fafnir.”
“Hm.”
“Tahu dimana Ermenhilde?”
“Tidak.”
Penolakan langsung. Bisakah memilih kata yang lebih baik? Ketika pembicaraan terpotong seperti ini, aku tak bisa melanjutkan obrolan sekarang.
“Siapa yang peduli dengan wanita medali itu?”
“Jangan begitu. Dia mudah kesepian kau tahu?”
“.....”
“Bisakah kau berhenti menarik rambutku diam-diam. Tolong.”
Bagaimana jika aku botak? Si bodoh ini.
Tapi, dimana mereka menyimpan Ermenhilde? Dia tidak terlalu berguna untuk orang lain, kecuali dia banyak bicara.
Mari kita cari Kuuki sekarang. Aku berbalik dari Fafnir dan mulai berjalan.
Aku tidak mau bertemu Komandan O’brien meski tidak sengaja. Orang itu berpikir dengan ototnya jadi jika dia menemukanku yang melarikan diri ke desa, akan berakhir menjadi obroran fisik. Karenanya, aku sangat ingin menghindar. Aku masih pemulihan. Aku akan menghindarinya meski jika tak bisa.
“Renji.”
Saat aku sedang memikirkan itu, Sang Raja Naga memanggilku. Dengan nama, seperti dulu. Senang tidak dipanggil dengan julukan yang luar biasa memalukan, aku berbalik saat mata emas itu menusukku lagi.
“Apa yang kau lakukan, selama satu tahun ini?”
“Berkeliling.....dengan Ermenhilde?”
Rasanya berakhir seperti pertanyaan. Aku hanya bermalasan di desa saja, sih.
“Tidak.”
Tapi, seolah tidak puas dengan jawabanku, Sang Raja Naga melihatku dengan mata yang kuat. Suara bergemuruhnya memerangkapku. Dan mata berkeinginan kuatnya melihatku. Satu kata itu saja, seperti memiliki kekuatan, membuat tubuhku megeras.
Yah, dia adalah makhluk yang jauh melampaui manusia. Kelemahanku, sakit, luka, tanpa memikirkannya, dia melampauiku.
“Kenapa kau sangat menginginkan Ermenhilde?”
“Karena dia partnerku. Dan aku berjanji padanya.....bahwa setelah mendapatkan perdamaian, kami akan pergi melihat dunia bersama.”
Itu benar. Aku menjanjikannya. Janji berhargaku—seberharga hidupku. Berwarna emas...
“Bukan itu Yamada Renji.”
Anastasia berdiri di bahuku dan menarik bajuku. Dia terlihat ingin mengatakan sesuatu tapi aku tak bisa mendengarnya.
Aku tak bisa pindah dari mata Fafnir. Daripada berkata bahwa aku tidak bisa memindahkan mataku, rasanya aku akan kalah kalau aku menglihkan mataku.
“Janji itu dibuat dengan Eru, bukan Ermenhilde.”
Ya, itu benar, maka dari itu aku akan memenuhi janji itu.”
Ketika aku mnerangkan itu—
“Aku mengerti.”
Hanya berkata begitu, dia menutup matanya lagi.
Terlepas dari mata emasnya, aku menghela nafas. Entah kenapa Anastasia juga meghela nafas. Biasanya mereka bicara santai tapi seperti yang diharapkan, ada perbedaan level antara naga dan peri. Bahkan aku hanya bisa berbisik pada diriku sendiri bahwa dia adalah sekor naga yang terus terang meski melawan temannya sendiri.
“Ayo pergi. Kita lihat Kuuki selanjutnya.”
“Y—ya. Ayo. Karena Yui juga mencari kita juga, kita akan segera bertemu nanti.”
“Nah, Sampai jumpa Fafnir.”
“Ya. Selanjutnya,aku ingin bertemu dirimu yang tidak pengecut, Renji.”
“Akan kucoba hidup dengan harapanmu.”
Mengatakan itu, aku mengangkat bahu. Tapi Fafnir bahkan tidak melihatku.