BAB 6
(Translater : Hikari)

Bagian 1
—Di panggung arena yang mengadakan [Duel Para Kreator]

Gift Game : Duel Para Kreator
Komunitas yang Berpartisipasi :
** Total dua puluh empat peserta. Tercantum di lampiran.

Garis Besar Game :
*Babak penyisihan akan menjadi pertarungan antara tiga peserta.
*Yang terakhir bertahan akan maju ke babak berikutnya.

Syarat kemenangan :
*Saat lawanmu jatuh di luar area arena.
*Saat kau menghancurkan Gift lawanmu.
*Saat lawanmu tidak memenuhi syarat kemenangan (termasuk menyerah)

Kondisi diskualifikasi :
*Saat peserta jatuh di luar area arena
*Saat Gift yang dimiliki peserta hancur
*Saat peserta tidak memenuhi kondisi kemenangan yang disebutkan di atas.

Sumpah : Menghormati isi pernyataan di atas, berdasarkan Kehormatan dan Bendera kami, kami akan mengadakan Gift Game.
Cap "Salamandra"

Cahaya matahari terbenam dan gemerlap kandelir lilin mengguyur arena.
Disebabkan oleh Konvensi Para Master yang akan diadakan segera setelah ini, peristiwa ini mengarah ke peningkatan tak terduga pada Duel Para Kreator] yang diadakan sebulan sekali, dan acara ini menjadi lebih meriah dibanding biasanya.
Ketiga peserta berdiri di tiga sudut arena seakan mereka sedang menunggu gong yang mengisyaratkan mulainya game.
Kudou Asuka berdiri di ujung barat arena petarung sambil mengamati lawannya dengan ekspresi masam.
(Tidak pernah terpikir olehku hari di mana aku akan menghadapi Kasukabe-san sebagai lawanku di Gift game akan datang… …Di sisi lain, Willa sang Ignis Fatuus[1], mungkinkah itu… …)
Gadis yang di sana itu, sang pemimpin dari [Will-O'-Wisp] .
Asuka dapat merasakan pesona jahat yang memancar dari karakteristik gadis yang secara kontras terlihat seksi dan imut. Penampilannya adalah lambang dari imoralitas karena mencuri dan mengunci tatapan para Pria dengan sosoknya yang menggoda itu. Namun, jelas bahwa gadis ini tidak sadar dengan pesonanya tersebut; dengan rambut twin tail yang selembut hidangan penutup terbaik yang meleleh di mulut yang menegaskan wajah baby facenya. Sementara itu dadanya yang montok dan sosok yang dapat menyebabkan orang lain untuk melemparkan tatapan penuh nafsu padanya karena mereka tak berdaya tertarik ke arah itu.
Asuka memandanginya dan Willa yang menyadari tatapan itu, menoleh padanya.
"……?"
Dia memberikan gerakan manis menawan memiringkan sedikit kepalanya ke samping. Kebanyakan orang mungkin tidak memahami alasan menjadi fokus dari tatapan Asuka. Setiap gerakannya terlihat imut dan di saat yang sama, menggairahkan tanpa batas.
—Tapi Asuka jelas tentang satu fakta.
Gadis menawan itu adalah iblis yang memerintah Jack o' Lantern.
—dan juga salah satu dari sedikit peserta, yang dapat dihitung oleh jari-jari di satu tangan, yang mewakili Sisi Utara.
"……"
Saat mereka saling bertemu tatap, Willa tiba-tiba mengeluarkan sebuah senjata tumpul berbentuk salib.
*zugashu!*
"‼?"
Rasa sakit menyengat yang mendadak muncul dari dahi Asuka dan dia bergumul di tengah bintang-bintang yang sepertinya melayang-layang dalam pandangannya. Buru-buru, dia mencoba memahami situasinya dengan melihat ke sekitarnya, hanya untuk menemukan senjata tumpul berbentuk salib yang seharusnya ada di tangan Willa—Tidak, lebih tepatnya, palunya berada di sini saat ini.
Terpicu oleh serangan awal yang dilancarkan sebelum pengumuman resmi Game, Asuka melonjak dari kursinya tapi Ayesha segera menghentikannya.
"Tidak, tolong tunggu, maaf soal yang barusan! Itu kebiasaan buruk Willa one-san……"
"Kebiasaan buruk? Melemparkan senjata tumpul ke kepala orang lain?!"
"Ye, yea! Melemparkan senjata tumpul pada lawan yang membuatnya tertarik, untuk melihat respon si target, itulah kebiasaan buruknya! Aku akan memberinya teguran keras soal itu, jadi tolong abaikan masalah ini kali ini saja!"
Ayesha dengan susah payah menahan Asuka di pundaknya. Meskipun Asuka tidak ingin menahan amarahnya, untuk saat ini, dia memutuskan bahwa hal yang terbaik adalah memendamnya.
Bagaimanapun, ini adalah Panggung Game dan hutang apapun yang dimiliki dapat diselesaikan dalam Game tidak lama lagi.
(Begitulah yang kuinginkan! Aku tidak akan membiarkanmu lari setelah menggigitku seperti ini, wahai konstestan terkuat dari Utara!)
"Aku percaya pada kalian semua, Deen. Dan—Almathea."
{"Jangan khawatir, tenanglah, tuanku."}

Bagian 2
—Pintu Masuk Selatan arena [Duel Para Kreator].
Kasukabe Yō dengan tenang memfokuskan pikirannya di sudut Selatan.
Dia tidak tahu kenapa Asuka ingin mengikuti Game ini.
Tapi dia tahu bahwa sekarang ada alasan bagi dirinya sendiri untuk menang dalam game [Duel Para Kreator] ini.
Yō melirik sekilas pada Willa sang Ignis Fatuus di Sisi Timur sambil mengingat kembali percakapan mereka sebelumnya.
"Bagus. Dengan begini, aku bisa memenuhi janji yang kubuat dengan Koumei."
Masih diragukan apakah gadis itu tahu apapun mengenai ayahnya tapi dari nada bicaranya itu, sepertinya dia mengenalnya. Kalau memang benar begitu, tidak masalah lawan manakah yang berdiri di jalannya. Yo harus meraih kemenangan.
Terlebih lagi, Kudou Asuka adalah temannya. Dia tidak bisa membiarkan dirinya kalah dengan cara yang memalukan dalam pertarungan ini.
(Kuro Usagi dan Jack juga ada di bangku penonton. Kurasa itu berarti Asuka telah menerima Gift barunya. Jadi, aku harus mendapatkan hasilnya dalam sekejap sebelum dia bahkan mendapat kesempatan untuk menggunakannya.)
Yō tersenyum saat merasakan semangat tempurnya yang kuat, kepercayaan diri, dan ekspetasi terhadap rekannya membuncah dalam dadanya. Jika Asuka dapat bertahan melawan serangan pertamanya, itu akan membuktikan bahwa Asuka telah mengatasi kelemahannya dari yang sebelumnya.
Sebagai seorang teman, itu akan memberinya perasaan gembira, dapat diandalkan, sedikit mengancam dan menyenangkan.
(Terlebih lagi, barusan…dia…telah menyadari Gift Willa-san dan memberikan balasan yang baik untuk itu… …Tidak masalah. Aku tidak akan kalah.)
Yō berpegangan pada kepercayaan diri yang mutlak serta strateginya.
Tepat saat dia menaikkan konsentrasinya ke tingkat tertinggi, suara dari gong yang menandakan dimulainya Game begema di dalam arena.

Bagian 3
Kuro Usagi, Jack dan Laius duduk di bangku penonton di mana suara-suara orang banyak naik hingga ke titik puncaknya. Dan trio tersebut menunggu mulainya Game.
"Uu……Ini…Ini gawat! Siapa yang mengira bahwa Asuka-san, Yō-san dan Willa-san akan dipasangkan bersama di babak penyisihan yang sama?!"
"Yahoho……benar. Gadis itu yang bertindak sesukanya, aku sudah memberitahunya berkali-kali untuk langsung datang ke bengkel kerja. Tapi seharusnya tidak akan ada masalah untuk Asuka-chan!"
"Ta-Tapi, kemampuan fisik Yō-san jelas berlawanan dengan Asuka-san. Begitu dia terjatuh keluar dari arena……game ini bahkan mungkin mendapatkan pemenangnya muncul dalam sekejap."
"Mustahil."
Jack  menyela tajam dan Kuro Usagi hanya dapat menutup mulutnya karena itu.
Jack telah melihat secara langsung dengan jelas perkembangan kekuatan Yō di [Underwood] namun nada bicaranya memiliki keyakinan dan kepastian.
"Yahoho… …Kasukabe-chan memang seorang musuh yang kuat tapi tetap mungkin bagi Asuka-chan untuk mengalahkannya. Bagaimanapun, Asuka-san belum memahami kemampuan sejatinya… Meskipun berkata begitu, aku hanya memahaminya dari mendengar penjelasan Garol-dono. Tapi setelah mendengarkannya itu dapat membuat seseorang mengerti bahwa kekuatannya bukanlah mengenai mengendalikan gift yang dianugerahkan padanya, tapi milik pihak yang menganugerahkannya——sama dengan menganugerahkan [Mock Divinity].
"YES." Kuro Usagi menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, dia juga memiliki perasaan semacam itu.
Di Little Garden, hal yang disebut [Divinity] menunjuk pada Gift yang dapat menyebabkan sebuah ras atau objek untuk meningkatkan kekuatan spiritualnya hingga ke tingkat maksimal. Di antara semua ini terdapat sesuatu yang disebut [Mock Divinity] yang khusus dalam mendorong Gift ke potensi maksimalnya, menyebabkan mereka melepaskan kekuatannya ke tingkat yang mirip dengan Gift kelas Divine.
Tapi, karena hanya meningkatkan output, ada kemungkinan bahwa itu akan menghancurkan Gift setelah didorong hingga sepenuhnya, karena ketidakmampuannya untuk menahan proporsi peningkatan spiritual.
"Itu adalah kemampuan yang menakutkan sekaligus sangat sulit untuk dikendalikan. Terutama metode penganugerahannya kebetulan adalah 'Pemberian Divinity(bahasa)'. Bahasa menjadi medium di mana kekuatan spiritual menghilang secara instan dan itu memiliki ciri khas merosot kekuatannya sebelum mencapai target yang diinginkan. Tidak lupa juga kita harus memperhitungkan kekuatan spiritual dari target yang mungkin dapat menahan dampaknya. Karena itulah Kuro Usagi-dono, salah mengira kekuatannya sebagai [Kendali] sangat bisa dimengerti."
"YES.. …, tapi memikirkan itu, tidak ada seorang pun yang seharusnya menganggap itu sebagai pemberian keilahian tipuan dari awal."
Telinga Kuro Usagi gemetar marah memprotes.
Jack menahan senyum simpulnya saat mengacungkan jari telunjuknya.
"Karena itulah kami telah menyiapkan perlengkapan paling cocok untuk Kudou Asuka……Gift yang dapat mengeluarkan potensi luar biasa dalam dirinya—Untuk saat ini aku bahkan bisa dengan tenang mengatakan bahwa Asuka-chan sebanding dengan tingkat kekuatan Faceless."
Jack berkata dengan percaya diri.
Melihat bagaimana dia begitu yakin soal itu, Kuro Usagi hanya dapat berharap hal itu menjadi kenyataan.
Dan menelan ludah saat dia melihat arena tempur melingkar itu.
"Sebanding dengan—Faceless-sama?"
"Yahoho! Bukankah aku sudah mengatakannya? Asuka-chan mungkin saja menang—"
"Mustahil. Pemenangnya hanya bisa Willa."
Suara dingin dari samping telah menerobos percakapan mereka.
Laius yang duduk di sebelah Jack dengan tanpa ampun menginjak-injak harapan mereka.
"Willa adalah yang terkuat dari Sisi Utara. Hanya sekedar orang tanpa nama tidak dapat menandinginya. Tapi jika orang yang dibicarakan tersebut memiliki 'Benteng' yang telah kuciptakan, dia mungkin dapat bertahan kira-kira lima menit."
Kata-kata Laius menyela percakapan  santai kedua orang itu.
Jack menghela napas, kelihatan kehilangan momentumnya dalam suaranya yang ceria:
"Haiz… …Kelihatannya kau benar-benar berharap Asuka-chan kalah, ya? Tapi itu adalah senjata yang hanya bisa digunakan sampai potensi tertingginya di tangan Asuka-chan. Laius-kun, kau tahu itu lebih daripada siapapun, 'kan?"
"Hmph, memang kenapa? Aku tidak begitu peduli dengan hal semacam itu. Aku hanya ingin gadis itu dipermalukan. Dan bahan-bahan untuk 'Benteng' itu adalah Adamantium Ore dan bulu domba tersebut. Memisahkannya menjadi logam olahan dan bulu domba untuk dipasarkan akan masih cukup menguntungkan, bukan?"
Laius menyunggingkan senyum tipis dan menyebalkan.
Kuro Usagi mengerutkan alis karenanya, tapi hal yang dia khawatirkan adalah masalah lain.
('Benteng' pastinya adalah Gift baru, 'kan? Tapi benda apakah itu, Adamantium Ore dan bulu domba yang dibicarakan itu?)
"Harus kukatakan, Laius-kun, bulu domba itu dipinjam dari [No Name] dan kau tidak bisa menjualnya begitu saja. Terlebih lagi, sekaliun kau mau menjualnya, tidak ada banyak kegunaannya—]
"Haha, kau benar-benar orang kampung tak bergigi sampai tidak tahu ini. Lembaran bulu kambing gunung itu sebenarnya adalah salah satu barang mewah yang dapat digunakan untuk membantu Komunitas pertanian. Itu begitu penting sampai-sampai mereka bisa menelan ludah saat melihatnya."
"Per, Pertanian? Bulu kambing gunung?"
Bukannya itu Gift yang disebut [Benteng]? Tidak dapat memahami hubungan antara kedua hal itu, Kuro Usagi menelengkan kepalanya kebingungan.
Memang benar, mereka telah mengambil Gift-Gift yang cocok dari perbendaharaan [No Name] untuk digunakan dalam pembuatan Gift, tapi Kuro Usagi tidak pernah mendengar kegunaannya.
Tapi karena itu adalah Gift yang diinginkan untuk pertanian, itu pastilah sesuatu yang menguntungkan untuk membangun kembali ladang-ladang.
Lily dan anak-anak lain akan sangat senang mendengar ini. Bisa jadi Jack telah merencanakan hal itu dengan menyiapkan Gift semacam itu.
"……Ah! Dimulai!"
Kuro Usagi menunjuk ke pusat arena tempur.
Begitu suara gong yang menandai dimulainya Game bergema di udara, tatapan para penonton semuanya terfokus pada area bermain berbentuk melingkar tersebut.
Dan seruan-seruan antisipasi berkumandang di bangku-bangku penonton.
Setelah tiga pukulan gong yang menandai dimulainya acara, gadis yang berperan sebagai Wasit — Ayesha Ignis Fatuus, muncul di tengah-tengah arena dengan rambut biru berkuncir duanya bergoyang di belakangnya.
"Ay…Ayesha-san? Kenapa dia yang jadi wasitnya?"
"Yahoho! Kami dari [Will-O`-Wisp] telah ada di Game ini sebagai peserta tetap! Jadi, Sandra-sama telah menominasikan Ayesha untuk tugas ini sebagai penghargaan keikutsertaan kami yang panjang!"
Jack melonjak-lonjakkan kepala labunya saat tertawa bangga.
Komunitasnya telah muncul di bagian yang dihormati pada [Tablet Lautan Bintang].
Dan alasan kenapa Willa disebut sebagai Pemain terkuat dari Utara tepatnya adalah karena catatannya yang tidak terhitung dalam memenangkan Game, menjadi legenda yang tak terkalahkan.
Memilih wasit dari Komunitas [Will-O`-Wisp] yang telah menunjukkan hasilnya dengan baik pada Festival Kelahiran Naga Api juga adalah sesuatu yang seharusnya tidak begitu mengejutkan.
(Akhirnya dimulai. Yō-san… …Asuka-san… …)
Kuro Usagi menautkan jemarinya seperti sedang berdoa.
Berdiri di atas panggung arena pertempuran, Ayesha mulai membacakan nama-nama dari ketiga kontestan yang sedang menunggu di sudutnya masing-masing.
"—Ronde pertama akan dimulai sekarang!
Dari [No Name], Kudou Asuka!
Dari [No Name, Kasukabe Yō!
Dan idola semua orang! Kandidat paling populer untuk meraih kemenangan mutlak!
Wanita super yang tidak terkalahkan!
Dari [Will-O`-Wisp], Willa sang Ignis Fatuus—!"

"―Woooooooooooooooooooooooh!‖" Mendengar perkenalan yang dibuat untuk Willa, seluruh tribun menjadi liar dan bersorak-sorai meriah.
Meskipun dia tidak seakrab Kuro Usagi, tapi Willa masih cukup terkenal. Tapi orang yang dibicarakan malah memiringkan kepalanya kebingungan karena keriuhan semacam itu di tribun.
Melihat kehebohan para penonton, Ayesha menganggukkan kepalanya dengan puas saat dia mengangkat tangan untuk membuat pengumuman.

"Dengan ini kunyatakan——permulaan resmi [Duel Para Kreator]‼!"

Bagian 4
Dalam sekejap—
Angin yang bercahaya sebiru langit muncul dari tanah.
Kasukabe Yō yang dengan cepatnya memasuki posisi tempurnya, dengan segera menilai bahwa fenomena adalah angin yang dilepaskan oleh Willa.
Spiritnya yang bernama [Iblis Api Biru] sebagian adalah karena kemampuannya untuk memanggil gas fosfor yang dapat terbakar dari fosil. Kalau hanya itu, Yō hanya perlu memunculkan pusaran angin untuk menghindarinya.
Tapi sampai terkenal sebagai api terkuat dari Utara, seharusnya tidak sampai di situ saja level fenomena alamnya.
"—Summon, [Ignis Fatuus]."
"……!?"
Gelombang hawa panas terbawa dalam angin biru langit itu dan atmosfir diliputi oleh sensasi terpanggang yang sedikit tersembunyi dari indera.
Meskipun warna apinya berbeda, tapi Yō jelas menyadari bahaya yang dimiliki api tersebut. Karena dia dapat merasakan bahwa ini sama dengan perasaan saat itu di mana Jack telah melepaskan api yang amat sangat kuat saat mereka di [Underwood].
Angin dari Api Penyucian yang telah dipanggil dari Neraka.
Gift yang hanya memerlukan tujuh lentera saja untuk menghancurkan seluruh kota dengan lidah-lidah apinya.
(Apa…Apa-apaan orang ini?! Apa dia mencoba memanggil Api Penyucian di arena……?!)
Game baru saja dimulai dan Willa telah berencana untuk menggunakan kekuatan serangannya yang terkuat. Gerakan pertama yang direncanakan untuk menjadi sebuah serangan skala besar dalam area yang luas dan jurus terang-terangan yang tidak dapat dibayangkan itu muncul dari seseorang yang berpenampilan menggemaskan.
Willa berencana untuk menggunakan serangan pertamanya untuk mengalahkan mereka berdua sejak awal.
(Perubahan rencana……! Karena dia menggunakan Api Penyucian dari Neraka, Asuka juga akan berada dalam bahaya‼!)
Kurang dari sedetik dalam Game, Yō telah mengalihkan targetnya untuk fokus pada Willa. Situasinya telah memaksanya untuk mengabaikan strateginya.
Mencengkeram [Genome Tree]nya, Yō mematerialisasi lempengan berkilau pelindung kaki dari [Pegasus] sambil memunculkan angin menyilaukan untuk menyerbu ke arah Willa. Dan tepat saat dia berseluncur di angin dan akan mendaratkan tendangannya—
Sosok Willa tiba-tiba menghilang.
"Ini gawat—!"
Teleportasi instan—Hanya mereka yang mengendalikan portal antar dunia yang dapat membuka [Gerbang Astral].
Metode aktivasi portal unik semacam ini pada dasarnya berbeda dari kemampuan Jack yang muncul dari dalam api.
Jack dapat bergerak dari satu api ke api lainnya, sebuah pergerakan dari satu titik ke titik lainnya dalam cara linear, tapi teleportasi gadis itu adalah jenis yang instan dan tanpa tanda-tanda awal atau hubungan dengan objek atau penghalang apapun.
Pertemuan sebelumnya juga sama dengan yang ini dan Yō tidak dapat mengerti trik teleportasinya ini.
—Meskipun itu pernah didengar, tapi memang Gift ini melampaui apa yang dapat dipahami pikiran.
Kekuatan semacam itu mustahil untuk ditandingi oleh kecepatan dan kekuatan lima indera. Menghadapi kekuatan semacam itu memerlukan sebuah Gift yang berbeda sama sekali sifatnya tapi sekarang bukanlah waktu untuknya bereksperimen untuk menciptakan Gift baru.
(Angin Biru Langit itu tidak berhenti… …Kalau ini terus berlanjut……)
Yō mendongakkan kepalanya untuk berteriak sekuat tenaga.
"Asuka‼ Cepat! Larilah dari arena ini!"
"Eh—" Wajah Asuka terlihat terkejut dan tercengang. Jelas bahwa dia sama sekali tidak mengerti sifat dari ancaman yang berupa api biru langit itu.
Akan tetapi, sudah pasti bahwa tidak ada cukup waktu bagi Yō untuk bergegas menyelamatkannya.
Ini baru dua detik sejak dimulainya Game.
Willa sang Ignis Fatuus telah memanggil [Ignis Fatuus] dan menyebabkan angin biru langit berhembus melintasi arena. Ayesha yang telah dinominasikan sebagai wasit juga lari dengan wajah pucat menuju luar arena, tapti terhempas ke bangku penonton saat gelombang angin panas meledakkan dia dari belakang.
"Oi, Willa-nee, itu benar-benar berle… …Yaaaaaaah!"
Rambut kuncir duanya memunculkan asap hijau saat Ayesha terjatuh ke bangku penonton.
Bangku penonton disesaki dengan Gift pertahanan untuk melindungi hadirin, jadi kerugiannya hanya sampai situ, sementara pusat dari arena berubah mejadi pemandangan yang mengerikan.
Melampaui Api Penyucian yang dipanggil Jack, lidah-lidah api yang lapar ini membakar segala sesuatu yang ada di dunia alamiah. Seluruh area pertarungan menyala-nyala oleh api biru langit dan dalam sekejap mengubah panggung menjadi garing.
Dan pilar-pilar api biru tersebut menjulang hingga ke Selubung Little Garden.
Gelombang panas yang membakar itu terlepas hingga ke puncaknya sampai cukup kuat untuk memecah lautan awan di langit.
Iblis yang berada di celah antara hidup dan mati—Willa, telah menunjukkan kekuatan yang dapat membinakasan apapun dalam pilar-pilar tersebut. Yang membuat para penonton terdiam atas pertunjukkannya itu.
"Ba…Bagaimana bisa… …"
Tangan Kuro Usagi gemetar saat dia mengerang pilu.
Kekuatan sejati Willa melampaui perkiraannya.
Tepatnya karena Kuro Usagi tahu apa yang telah dilepaskan oleh Willa, dia gemetar atas pemandangan brutal di hadapannya. Kalau dugaan Kuro Usagi tepat sasaran, Asuka dan Yō bukanlah tandinya baginya.
Memanggil Api Penyucian dari Neraka bukanlah perkara mudah.
Seperti Shiroyasha yang dapat memanggil papan Game [White Night Plateau], Willa telah melepaskan kekuatan spiritualnya untuk menghancurkan portal antara realita dan perapian Neraka untuk membakar arena.
"Beraninya dia… …pada mereka berdua… …rekan-rekan Kuro Usagi… …"
Kuro Usagi yang telah membuang sebagian besar logikanya karena murka, telah berubah menjadi ke rambutnya yang sewarna persik menyala.
"Kuro Usagi-san, jangan khawatir. Lihat baik-baik, mereka berdua tidak terluka sama sekali oh~!"
Jack menggunakan nada bicaranya yang riang untuk memberitahu Kuro Usagi yang memancarkan kilat-kilat merah saat hampir menerjang dengan tatapan membunuh.
"—EH?" Kuro Usagi berseru bodoh.
Suara itu mungkin hanyalah tanda untuk serangan balasan, atau mungkin itu hanya murni kebetulan.
*Ding Ling* Pilar-pilar api biru yang membakar—hancur oleh suara merdu seruling dan denting bel.

Bagian 5
Percher yang berjalan ke arena sendirian tertegun oleh keajaiban di depan matanya. Tepatnya karena perubahan dramatis dalam arena yang telah menyebabkan dia memiliki pandangan seperti itu di wajahnya.
—Itu benar. Ini bukanlah sebuah kiasan.
Angin Api Biru yang mengamuk dari Langit ke Bumi—membeku menjadi sebuah pilar es raksasa sebelum pecah menjadi serpihan-serpihan salju yang halus.
"Membekukan seluruh pilar api tersebut… …Mungkinkah itu Asuka—"
Berkata demikian, dia melihat ke arah lubang-lubang dan terkejut lagi.
Asuka tidak lagi berada di gelanggang petarung. Hanya ada Willa yang berdiri di tengah-tengah arena dan Yō yang meloloskan diri ke langit. Dan alih-alih apa yang tadinya adalah permukaan arena—Sebuah bola besi yang tadinya tidak ada sebelumnya, kini berada di tempat tersebut.
(Bola itu……Deen tidak mungkin berubah menjadi bola besar itu.)
Di area arena di mana api penyucian mengamuk, bola misterius itu sama sekali tidak tergores oleh serangan hebat tersebut. Sebuah aliran listrik samar-samar dapat terliaht menari di permukaan bola besi itu dan memberikan kesan sebuah pertahanan tak tertembus melawan serangan siapapun.
Seluruh stadion terdiam dan dari pusat arena—datang suara Asuka, di tengah-tengah angin yang membekukan.
"Tidak apa-apa sekarang. lepaskan pelindung, Alma."

{"Baik, tuanku."}
—*Plonk* Bola itu memantul.
Bagian luar sangkar logam yang dingin itu terlihat berdenyut sebelum berubah bersama suara desis kilat di sekelilingnya.
Tanduk-tanduk panjang yang agung, empat kaki hewan berkuku belah yang kuat, rambut hewan keperakan yang terus berkilauan dengan listrik. Sosok luar biasa dari Divine Beast Kambing Gunung berdiri di sebelah Asuka, menjagainya.
(Kambing Gunung….Divine Beast? Dan dapat mengeluarkan kilat? Itu tidak mungkin Divine Beast biasa!)
Kisah ini telah diceritakan turun-temurun dalam legenda-legenda, Gift 'Petir' yang merupakan simbol dari roh kelas Dewa. 'Petir' adalah energi alam terakhir yang Umat Manusia berhasil kendalikan, dan dapat mempertahankan rasa hormat dan keyakinan yang abadi sejak zaman kuno.
Pengucapan bahasa Jepang untuk 'Petir' juga bisa ditulis sebagai 'Raungan Dewa'. Angin kencang, hujan dan raungan hebat halilintar adalah kumpulan rasa takut yang tidak terbatas untuk Manusia saja tapi untuk banyak ras lainnya juga, menjadi keyakinan tertua dari semuanya.
Roh kelas Dewa dari spektrum terakhir Tetua Dewa akan secara bertahap akan semakin sulit untuk mengeluarkan petir saat mereka semakin dekat dengan Dewa-Dewa normal di akhir spektrum.
(Itu aneh……Divine Beast Kambing Gunung sudah jelas memiliki kekuatan yang lebih besar daripada Asuka. Bagaimana bisa Asuka berhasil menjinakkan monster semacam itu……?)
"Percher! Apa yang kau lakukan di tempat seperti ini?"
Percher yang cepat-cepat mengembalikan pikirannya ke saat ini, segera menolehkan kepalanya. Orang-orang yang memanggilnya barusan adalah Jin dan yang lain yang berpisah jalan sebelum ke Koridor Pajang.
Trio tersebut berlari ke arah Percher yang mereka temui secara tidak sengaja dan menyadari bahwa Rin tidak terlihat di mana pun, mereka bertanya :
"Di mana Rin?"
"Entahlah, aku tidak tahu. Dia mengatakan sesuatu tentang harus melakukan hal yang mendesak dan karena itulah kami berpisah jalan. Soal masalah apakah itu, kurasa Yang Mulia adalah orang yang harusnya kau tanyai, 'kan?"
"Hm? Oh, tidak masalah. Aku tahu soal itu. Rin seharusnya sekarang sedang mengejar penjahat dari 'Kamikakushi' saat ini, ya 'kan?"
"Begitukah?"
"Karena dia mengatakan sesuatu tentang menemukan beberapa petunjuk— Dibandingkan dengan itu, coba lihat arena. Harus kukatakan bahwa Game ini terlihat akan sangat menarik."
Yang Mulia menyipitkan iris matanya yang keemasan saat tertawa riang.
Bersandar di selasar, dia sepertinya mengamati Asuka dan Divine Beast Kambing Gunung dengan tatapan penuh selidik.
"Terlihat seperti boneka tapi bukan sebuah boneka. Bagaimanapun itu memiliki kesadarannya sendiri dan terlihat hidup. Aku penasaran siapa yang dapat membuat mahakarya semacam itu."
"Um……itu mungkin Gift yang diciptakan Jack dan Willa-san dari [Will-O`-Wisp], kurasa."
Jin membuka mulutnya untuk membalas santai dan Yang Mulia mengnaggukkan kepala tanda mengerti.
"[Iblis Api Biru]……iblis yang mengendalikan portal antara hidup dan mati? Aku mengerti, sepertinya memang begitu. Karena bagi wanita itu, menganugerahkan nyawa tidaklah terlalu sulit. Makhluk itu mungkin adalah reinkarnasi Divine Beast."
"Reinkarnasi?" Jin dan Percher menelengkan kepala mereka.
Yang Mulia tersenyum saat menudingkan jari pada Ayesha yang pingsan di antara para penonton.
"Sebagai contohnya gnome itu. Dia adalah sesosok gnome yang diimplankan pada tubuh orang mati, untuk terlahir dalam bentuk kehidupan yang baru. Kebanyakan tubuh hidup pada dasarnya kehilangan hasil spiritual yang dicapainya setelah mati, tapi ada beberapa yang bahkan melanjutkan hidupnya setelah mati dan bereinkarnasi ke kehidupan berikutnya."
"……Apa maksudmu kebangkitan?"
"Tentu saja bukan! Bagaimana mungkin? Sebuah kehidupan baru memiliki warisan dari kepribadian yang baru. Terlebih lagi, bagi yang sudah mati sepenuhnya untuk kembali hidup akan memerlukan operasi kosmologi independen. [Iblis Api Biru] belum mencapai kekuatan selevel itu. Meskipun roh akan kurang lebih mempertahankan sebagian ingatannya, tapi apa yang benar-benar dia warisi adalah penampilannya saja. Dalam reinkarnasi semacam itu, kekuatan spiritualnya sudah pasti akan berkurang—"
Mendadak, Yang Mulia menghentikan kata-katanya.
Senyum yang dia miliki sebelumnya kini terhapus sepenuhnya dari wajah saat dia terlihat terkejut menatapi Divine Beast Kambing Gunung.
(…kalau ini melewati proses reinkarnasi, kekuatan spiritualnya sudah pasti akan berkurang. Karena jumlah kekuatan spiritual yang diwariskan dalam reinkarnasi akan tergantung dari kekuatan spiritual generasi berikutnya. Dalam kasus normal, keilahian dari kehidupan masa lalu juga akan kembali… … Kalau begitu, kenapa Kambing Gunung itu masih bermaterialisasi sebagai Divine Beast?)
Yang Mulia penuh dengan keraguan saat dia memandangi Asuka dengan tatapan tajam.
Dalam perang di [Underwood], dia telah mendengar tentang Gift yang dimiliki Kudou Asuka.
Menurut Aura yang telah melawannya, gadis itu tidak diketahui kelahirannya, tapi dia dapat mengendalikan api yang dapat menyebabkan [Mata Maut Balor] menjadi tidak efektif.
Karena itulah, Yang Mulia berspekulasi bahwa gadis itu memiliki semacam kekuatan luar biasa super Gift pembunuh Dewa yang mirip dengan garis keturunan Garuda Phoenix.
(Tapi orang ini tidaklah sama. Untuk meningkatkan kekuatan spiritual, akan memerlukan anugerah Divinity atau kemampuan dengan area efek yang luas—Tidak peduli apa pun itu, semuanya melampaui kemampuan pengaruh alam Manusia.)
Yang Mulia merunduk menatapi Asuka dan Divine Beast misteriusnya.
Setelah itu, dia menangkap pemandangan dari Kasukabe Yō, yang meloloskan diri ke langit, dari sudut matanya. Yō telah menggunakan [Genome Tree] yang menggabungkan Gift dari Salamander dan Rat, mengenakan lamellar armor kulit 'Tikus Api' yang dapat membuatnya dapat meloloskan diri dari badai ganas Api Penyucian.
(Oh? Yang satu ini menggunakan [Genome Tree] untuk lolos dari kematian? Kelihatannya api Penyucian Neraka tidak dapat membunuh tikus yang lahir dari plasenta api.)
Tapi menggunakan Salamander dan Tikus untuk bergabung menjadi 'Tikus Api' bukanlah ide yang sangat bagus karena itu sama saja dengan mengumumkan pada orang lain mengenai kekuatanmu yang sebenarnya. Yang terbaik adalah tetap dengan kombinasi sederhana agar tidak membongkar rahasia mengenai fakta bahwa dia mengendalikan Pohon Filogenetik.
(Meskipun itu sedikit kasar dan kekanak-kanakan……tapi [No Name] ini benar-benar harta karun seperti yang kuharapkan. Akan jauh lebih baik kalau aku dapat membungkus mereka dan membawanya sebagai oleh-oleh.)
Yang Mulia mengedutkan ujung-ujung bibirnya menjadi seulas senyuman. Tersenyum gembira seperti seorang anak kecil yang mendapatkan mainan baru, dia juga mulai memperlihatkan raut wajah menakutkan yang ingin merampas segala yang ada di depan matanya untuk dirinya sendiri.
Jin melirik sekilas sebelum mengembalikan pandangannya ke bawah cepat-cepat untuk melihat-lihat bangku penonton.
"……Ah, Kuro Usagi! Dan Jack!"
Mendengar namanya disebut, telinga kelincinya bergerak dengan cepat.
Kuro Usagi melihat ke sekeliling untuk waktu yang lama sebelum akhirnya menemukan Jin di bangku penonton atas.
"Jin-bocchan! Apa yang kau lakukan di sini?!"
"Yaho? Sandra-sama juga di situ!"
"Aku membawa Jin berkeliling kota untuk berjalan-jalan sedikit. Senang bertemu denganmu, [Bangsawan Little Garden]-san, lama tidak bertemu sejak yang terakhir kali."
Sandra mengenakan senyum pura-puranya dengan nada bicara dewasa untuk berbohong begitu saja. Setelah terbiasa dengan peran sebagai seorang Master, mungkin saja dia secara tak terduga bagus dalam acting.
Laius yang pada dasarnya merasa tertekan saat melihat Master Sandra, segera berdiri untuk menunjukkan senyum tulus yang tidak pernah terlihat dari dirinya sebelumnya sambil mempersilakan mereka untuk duduk di sampingnya.
"Wah, bukankah ini Sandra-sama dari [Salamander]? Saya tidak mengira akan bertemu Anda di bangku penonton biasa! Silakan, duduklah!"
"Anda benar-benar ramah, terima kasih, Laius-sama. Anda juga tiba di wilayah Sisi Utara, ya?"
"Ya. Saya tidak tahan dengan suasana daratan negara Sisi Timur dan tertarik dengan budaya peradaban Utara. Dan saat ini kami dari [Perseus] telah mengembangkan hubungan dengan Komunitas Jack o Lantern."
"Itu terdengar sangat bagus. [Will-O`-Wisp] sedang dalam peningkatan, mendapatkan bantuan dari tekhnik yang diberikan Gift [Perseus] sudah pasti bagaikan Naga dengan tambahan sayap untuk mengarungi Little Garden. Tolong berikanlah kepada mereka tekhnik-tekhnik dan kemampuan berharga sebagai ganti kebudayaan tersebut."
"Um……soal itu…Yah, saya akan menangani sebaik yang dapat saya lakukan."
Laius menyunggingkan senyuman yang seperti kejang-kejang sebagai balasan.
Sandra secara halus memintanya untuk 'menyerahkan semua tekhnik yang berharga pada Jack dan yang lainnya'. Dengan permintaan semacam itu, Laius tidak dapat melanjutkan responnya yang ramah dan hanya dapat membalas dengan ambigu.
Setelah digoda oleh Sandra, Laius melihat ke arah Jin dan lainnya yang berdiri di belakangnya dengan perasaan tidak senang.
Kemudian tiba-tiba, pandangannya berhenti pada Yang Mulia.
"Oi, bocah berambut puitih di sana."
"Apa?"
Yang Mulia dengan tenangnya membalas cara memanggil yang tidak sopan itu.
Di saat-saat biasa, Laius pasti akan marah dengan sikap semacam itu dari Yang Mulia. Dia yang memiliki harga diri yang tinggi tidak akan pernah membiarkan seorang anak remaja biasa yang kelihatannya berumuran dua belas tahun untuk berbicara dengan nada semacam itu.
Tapi ini adalah kasus yang berbeda.
Dia mengamati bocah berambut putih dengan iris mata keemasan itu yang adalah Yang Mulia sebelum menegakkan tubuhnya sedikit untuk bertanya :
"Kau…. Pernahkah kita bertemu di suatu tempat sebelumnya?"

Bagian 6
Di tengah-tengah badai datang suara renyah dari tiga permata berwarna biru langit yang pecah saat mereka menyentuh tanah.
Itu semua adalah cangkang-cangkang kosong Gift yang berjatuhan dari tangan Asuka setelah membekukan Api Penyucian.
(Uu……Padahal Permata Beku jauh lebih mahal daripada Permata Api……)
Asuka penuh penyesalan dalam hatinya saat dia bersedih atas penggunaan Giftnya yang boros itu.
Akan tetapi, sebagai seorang Ojou-sama dari keluarga yang kuat keuangannya, dia tidak bisa membiarkan perasaan semacam itu muncul di wajahnya.
—Hanya membicarakannya sedikit, meskipun itu melenceng dari topik pembicaraan.
Alasan mengapa Permata Beku lebih mahal sudah pasti bukan karena perbedaan penggunaannya.
Alasan sebenarnya adalah Gift semacam itu dapat menyebabkan pembalikan dalam energi kinetik sebuah objek dan menyangkal hukum kedua termodinamika; sebuah berkah yang mustahil bagi Umat Manusia tiru. Kalau fenomena semacam ini dengan mudah ditiru, Manusia akan dapat membuat sebuah Mesin Gerak Abadi dengan gampang. Karena itulah, meskipun ini adalah dunia Little Garden, satu-satunya keberadaan yang dapat menentang hukum fisika ini hanyalah Iblis.
Dan Gift mahal semacam ini sudah dapat dibeli untuk harga yang mahal sebesar satu keping koin emas untuk satu permatanya!
——Oke, selesai sudah gossip yang melenceng ini.
Asuka telah memperbesar kekuatan angin beku ini untuk menciptakan "fenomena pembekuan" dalam skala besar yang ada di hadapan mereka.
Itu adalah sebuah Gift yang berada di ujung lain spektrum Api Penyucian yang seharusnya dapat membuat semua yang ada menjadi abu. Bahkan di antara Dewa-Dewa Nordik, hanya ada satu dewa yang dapat mengendalikan badai sebesar ini.
Benturan antara keduanya telah menyebabkan panggung Game meleleh ke tanah, sama sekali tidak meninggalkan bayangannya. Tapi jika seseorang menajamkan matanya untuk melihat lebih dekat, jejak-jejak samar keberadaannya dapat terlihat dan bergerak keluar dari arena tersebut akan segera menjadi diskualifikasi.
Saat Asuka menegaskan kembali garis keliling arena pertarungan, Yō turun di sebelahnya.
Diselubungi lamellar armor 'Tikus Api, Yō menyeka keringat dinginnya saat mendekati Asuka sambil tersenyum.
"Asuka, itu hebat! Tapi bagaimana caranya kau membuat api itu……"
"Hoho, itu rahasia……Meskipun itu yang ingin kukatakan, tapi lawan kita sepertinya bukanlah orang yang mudah untuk diajak main-main kali ini," Asuka melemparkan tatapan tajam pada Willa.
Tidak repot-repot menyembunyikan rasa permusuhannya, Asuka langsung berniat membunuh.
"Senang bertemu denganmu untuk yang pertama kalinya, Willa-san. Namamu juga terkenal di Sisi Timur tempatku tinggal."
"……"
"Tapi, aku sama sekali tidak menyangka kau akan mencoba membunuh kandidat potensial untuk Aliansimu. Aku meminta jawaban darimu, pemimpin [Will-O`-Wisp]. Tolong jelaskan apa motifmu."
Asuka berdiri dengan berkacak pinggang saat bertanya dengan nada mengancam pada Willa.
Yō juga memiliki pemikiran yang sama karena [Duel Para Kreator] yang diadakan Master tentunya melarang membunuh lawan. Itu adalah aturan yang diketahui dengan baik dan tidak perlu dituliskan pada [Geass Roll].
Melihat Willa melepaskan serangan fatal tersebut, hampir benar bagi orang lain untuk berkesimpulan bahwa dia melakukannya tanpa niat untuk bermain mengikuti aturan Game dan atau mungkin kekurangan akal sehat dasar.
"Tolong jawablah. Kenapa kau memanggil api seberbahaya itu? Tergantung dari jawabanmu, kami mungkin harus memikirkan ulang perjanjian Aliansi kita."
"……?"
Willa tertegun untuk sesaat.
Menelengkan wajahnya yang bisa dibilang lebih manis daripada permen, dia memperlihatkan raut muka yang sedikit kebingungan saat dia bertanya:
"……bahaya?"
"Huh?"

"Apa. Bahayanya. Dari. Api. Selevel. Itu?"

Kachi, mereka berdua menjadi kaku di saat bersamaan.
Pikiran dan tubuh mereka secara tak sadar mematung seakan dikutuk.
Tidak perlu dikatakan, jawaban Willa telah mencabik-cabik harga diri mereka sampai berkeping-keping. Jawaban tanpa emosi semacam itu lebih tepatnya digambarkan sebagai 'mencabik-cabik keberadaan mereka sampai berkeping-keping'.
Tidak pernah mereka bayangkan bahwa dirinya yang membuka tungku Neraka dapat digambarkan olehnya hanya sebagai "Selevel. Itu." Karena dari nada bicaranya jelas terasa bahwa dia telah menahan diri.
Asuka menahan kemarahannya sambil memaksakan tersenyum menatap Willa.
"Be…Begitukah? Yah, kau benar. Api seperti itu bukan apa-apa."
"Te…Tentu saja. Sama sekali tidak masalah dengan api seperti itu."
Asuka dan Yō menanggapi dengan tergagap-gagap…… Kata-kata yang terdengar kaku itu sudah jelas bukan karena masalah dengan pendengarannya.
Dan memikirkan apa yang terjadi pada kedua orang itu, Willa memiringkan kepalanya ke kiri dan ke kanan seperti seekor hewan yang kebingungan sementara kuncir duanya berayun bersama gerakan itu. Kemudian, sepertinya menyadari sesuatu, dia mengangkat kepalanya.
"—kalian, kuat."
"Eh?"
"Kalian memandang rendah diri kalian. Kata-kataku sama sekali bukan sindiran. Saat melawan kalian berdua, Api Penyucian dari Neraka sama sekali bukan apa-apa. Bahkan tidak mendekati apa yang harusnya kalian takutkan."
"……"
"Haah* Asuka secara tidak merilekskan suasana dirinya yang tegang yang hampir menarik keluar pedangnya dalam situasi yang membuat emosi tersebut.
Badai ganas Api Penyucian benar-benar mengerikan, atau setidaknya itulah kasus yang ada di ingatan Asuka dan Yō. Tapi setelah merasakannya secara langsung, mereka berdua masih tidak terluka sama sekali.
Setiap kali Yō lolos dari cengkeraman dingin Kematian, dia akan menjadi lebih kuat.
Meskipun Asuka kerepotan dengan bakatnya, kelihatannya dia akhirnya mendapatkan Gift yang sesuai.
Sejak hari di mana mereka tiba di Little Garden, mereka berdua telah mengumpulkan pencapaian dan karma yang jumlahnya terus bertambah, membuat bakat mereka mekar dalam kecepatan yang tidak terduga. Itu adalah kata-kata yang Willa coba katakan.
"Terutama Asuka. Aku sudah mendengar tentang situasimu dari Faceless."
"Benarkah? Dari dia?"
"Mhm. Mendengar itu darinya, aku kemudian menciptakan Giftmu—[Benteng Almathea]."
Willa menjulurkan jari telunjuknya.
Menuding tepat ke Divine Beast Kambing Gunung yang terlihat agung.
"[Benteng Almathea] adalah aku dan Jack…dan Lulu kerjakan bersama—"
"Lulu? Siapa itu? Mungkinkah maksudmu adalah si Tuan muda?"
"Uhuk, apa yang barusan kukatakan tidak termasuk."
Willa memulainya dari awal. TAKE 2[2]
"[Benteng Almathea] adalah aku dan Jack…dan Laius kerjakan bersama untuk menciptakan sebuah mahakarya. Dirimu saat ini, dapat sebanding dengan Fei Fei…Ehem Face. Less. Jadi kau seharusnya lebih percaya diri."
Willa mencoba sebisa mungkin untuk membuat wajahnya kaku dengan keseriusan.
Meskipun dia berusaha keras untuk menasehati mereka berdua, akhirnya tetap saja jauh dari kata sempurna, dengan beberapa kekeliruan dalam tindakannya.
Tapi kelihatannya dia ingin melanjutkan dengan sikap serius sampai akhir saat dia membentangkan lengannya dalam gestur menyambut mereka berdua.
"……Aku tidak suka bertarung ataupun berpartisipasi dalam Game. Tapi agar kalian berdua menyadari potensi sejati kalian—Aku telah ikut serta dalam kompetisi ini sebagai Pemain Terkuat dari Sisi Utara. Dan aku akan memberikan yang terbaik untuk membuat ini sebagai tanda terima kasih pada kalian."
"Tanda terima kasih?"
"Jack dan Ayesha telah diselamatkan dua kali dari tangan Raja Iblis oleh kalian. Tanda terima kasih ini adalah untuk itu," si gadis terkuat dari Utara tersenyum.
Asuka dan Yō menatap satu sama lain sebelum mengangkat bahu sambil merasa sedikit kebingungan.
"……Bagaimana mengatakannya, ya. Kurasa orang yang merasa diselamatkan adalah kami."
"Mhm. Dan kami belum pernah membalasnya."
Menganggukkan kepala, mereka berdua mengambil posisi bertarung untuk bersiap bertempur.
Mereka berdua akhirnya memutuskan untuk menikmati [Duel Para Kreator] sepenuhnya.
Dia, pemain terkuat dari Utara, membentangkan lengannya menerima tantangan tersebut, bagaimana mungkin mereka menahan perasaan tersebut? Anak-anak bermasalah dari Timur tidak pernah merasa sesenang dan sesemangat ini sebelumnya.
"Meskipun ini akan berat bagi Willa-san, kami akan meminta maaf lebih dulu karena melakukannya secara dua lawan satu."
"Tidak masalah. Aku juga akan menunjukkan kekuatanku sepenuhnya di pertarungan berikutnya. Kalau kalian tidak melakukannya secara tim, mungkin akan berbahaya."
Berkata demikian, Willa mulai melepaskan angin biru dari tangannya.
Meskipun dalam skala kecil, bersentuhan dengan [Ignis Fatuus] tidak diragukan lagi akan menyebabkan luka fatal.
Pertama-tama, mereka harus menembus angin biru tersebut. Dan meskipun lamellar armor kulit 'Tikus Api' bisa saja menahannya, itu tidak dapat melancarkan serangan. Terlebih lagi, kalau mereka tidak punya cara untuk menangani teleportasi instan itu, semuanya akan sia-sia.
Yō memeras otaknya memikirkan sebuah rencana untuk menyerang saat Asuka mencondongkan tubuh untuk berbisik pelan.
"Kasukabe-san, aku ada rencana…… Bagaimana denganmu?"
"……Apa resikonya?"
"Hanya bisa mendapatkan keuntungan besar dengan resiko yang besar, 'kan?"
Asuka tersenyum nakal. Bagi Asuka yang bahkan membicarakan rencana, itu artinya ada kemungkinan hal tersebut berhasl. Mengerti tentang bagian dirinya yang itu, Yō mengangguk setuju.
"Baiklah. Katakan padaku, rencanamu itu kalau begitu."
Dalam sekejap Asuka menganggukkan kepalanya——

Situasinya telah mengalami perubahan dramatis.


[1] Ignis Fatuus berari Api si Bodoh yang membakar para orang bodoh
[2] TAKE 2 : Seperti saat syuting dan si sutradara bilang "Take One" "Take Two"